Kamis, 30 April 2015

"Saya sudah jadi anggota BAVETO"

Jakarta, 30 April 2015. Semalam saya mau main tenis di lapangan tenis UMS Rasuna Said, Kuningan. Karena beberapa minggu lalu Theo Sambuaga yang sudah lama dikenal baik oleh keluarga istri ,juga saya sudah kenal, saya terima telpon dan diminta untuk datang latihan sama sama dia pada hari Rabu malam. Beberapa bulan lalu memang saya pernah datang latihan disana.
Sayapun datang untuk memenuhi undangan tersebut, karena undangan langsung oleh Ketua Baveti Theo Sambuaga yang waktu tilpon sedang berada di Manado..
Ternyata setiba dilapangan saya lihat petinggi Badan Veteran Tenis Indonesia sedang duduk disatu meja dan saya tidak sangka ada rapat kecil. Dan begitu saya masuk  oleh Theo Sambuaga langsung bilang kepada saya dan teman teman lainnya yaitu Samudra Sangitan, Husni Madjid , Johannes Susanto.

Melibatkan Oknum di Pengda

Jakarta, 30 April 2015. Ketika mendengar masalah belum tuntasnya masalah mutasi atlet, ada lagi cerita baru. Saya terima satu copy surat penolakkan mutasi dari KONIDA kepada atlet yang mengajukan permintaan mutasi, dengan alasan atlet tersebut masih dalam kontraknya sampai PON 2016. Tetapi saya dengar pula kalau masalah ini sudah dituntaskan oleh BAORI (Badan Arbitase  Olahraga Indonesia). Artinya ada sengketa antara 2 KONIDA sehingga cepat2 diselesaikan oleh BAORI. Artinya ada sidang juga seperti dipengadilan umumnya.
Ketika saya ditanyakan masalah ini apakah PP Pelti juga dipanggil dalam sidang tersebut. Saya katakan kemungkinannya tidak, karena PP Pelti tidak ikut campur masalah atlet atlet untuk PON   Masalah ini tidak terangkat oleh media

Yang dicari PRESTISE bukan PRESTASI

Jakarta, 30 April 2015. Dari pertemuan di lapangan tenis Kelapa Gading disaat turnamen nasional Piala Gubernur DKI, saya jadi bertanya tanya karena ulah dari salah satu daerah di Jawa ini. Kelihatan sekali kalau PRESTISE lebih diutamakan dibandingkan PRESTASI. Kenapa bisa demikian ya. Ini dampak dari Pekan Olahraga Nasional. Saya sangat setuju sekali khusus cabor tenis itu lebih baik PON tersebut dibubarkan saja. Ini statement dari salah satu Gubernur yang saya dengar langsung beberapa tahun silam dari salah satu rekan Pengda Pelti . Kata beliau lebih baik PORDA itu dibubarkan saja. Itu sama saja dengan PON lebih baik dibubarkan saja. Karena ini merupakan "project" dari KONIDA saja. Saya tidak lupa tujuan awal diadakan PON adalah persaudaraan dalam rangka mempersatukan Negara Republik Indonesia. Sedangkan cabor Tenis merupakan salah satu cabor yang banyak kompetsisinya. Dalam satu tahun bisa puluhan turnamennya skala nasional plus internasional baik yunior sampai senior. 

Minggu, 26 April 2015

Orang Buta Tuntun Orang Buram

Jakarta, 26 April 2015. Pertemuan makin sering dengan masyarakat tenis maka yang muncul kepermukaan atau dalam pembicaraan adalah masalah nasib tenis di Indonesia. Begitu pula hari ini saya bertemu dengan pelatih tenis BN, pelatih BW, panpel  JS  maupun orangtua atlet.
Semua yang terangkat adalah kekecewaan mereka dengan situasi pertenisan kita. Sehingga diungkapkan oleh BN disimpulkan kalau saat ini tenis dipimpin oleh orang buta dengan dukungan orang mata burem. Ada ada saja ungkapan kekecewaan itu muncul.

Pengakuan Ortu soal jual beli atlet

Jakarta, 26 April 2015. Hari ini saya jalan jalan ke Kelapa Gading sport club, ingin nonton langsung babak final turnamen nasional Piala Gubernur DKI Jakarta 2015. So pasti bertemu rekan rekan tenis yang lainnya. Bahkan ada yang sudah lama tak berjumpa. Seperti orangtua dari petenis yang sedang bertanding hari ini. 
Ungkapan menarik justru datang dari salah satu orangtua tersebut. Ketika terpancing bicara dan terungkap sudah masalah putranya yang awalnya ada rumor pindah kesalah satu daerah diujung Timur Nusantara. Tetapi kenyataannya tidak terjadi transaksi dan pindah keujung timur pulau Jawa. Ini cukup menarik ketika saya mendengar suatu pengakuan didepan rekan rekan wasit dibawah tenda.

Kamis, 23 April 2015

" Siapa nama Ketua Umum PP Pelti ? "

Jakarta, 23 April 2015. Disela sela turnamen nasional Piala Gubernur DKI Jakarta, saya sempat mendengar suatu pernyataan yang sudah sering saya dengar selama ini dimasyarakat tenis baik di Jakarta mapun diluar Jakarta.
Pertanyaan yang sederhana. Selain bertanya masalah program tenis ada lagi yang bertanya yaitu siapa nama ketua umum PP Pelti. Bayangkan sudah diresmikan sejak 17 Februari 2013 sampai saat ini masih ada masyarakat tenis yang tidak mengenalnya.

Beli Atlet Jadi Mubazir

Jakarta, 23 April 2015. Disaat bertemu muka dengan salah satu pelatih dilapangan tenis Kelapa Gading, berkembang diskusi tentang tenis Indonesia. Pelatih tersebut berasal dari salah satu provinsi di Jawa dimana kakak beradik menjadi pelatih.
Ketika menyinggung masalah PON XIX 2016 tentang jual beli atlet, kemudian terungkap kalau salah satu daerah di Jawa ini anggota timnya praktis datang dari daerah lain, alias dibeli dan tidak tanggung tanggung kalau 4-5 atlet putra semuanya beli dari luar daerah.
" Ini memalukan Pengda di Jawa. Apa sih yang dikerjakan oleh Pengda tersebut yang selama ini dikenal penghasil petenis nasional. Lain ceritanya kalau Pengda diluar Jawa yang tidak punya atlet." ujarnya berapi api. " Terus terang Om, itu sangat memalukan Pengda di Jawa." ujarnya

Prosedur Mutasi Belum Tuntas

Jakarta, 23 April 2015. Ada yang menarik kali ini ketika saya berjumpa dengan salah satu orangtua atlet dan juga sebagai pelatih putranya. Pertemuan di lapangan tenis Kelapa Gading Jakarta. Karena saya sudah mendengar sebelumnya kalau putranya itu dibeli oleh salah satu daerah diujung Timur Nusantara.
Saya hanya ingin tahu saja , dan sudah saya ungkapkan kepadanya kalau saya hanya ingin membantu daerah maupun atlet dalam hal mutasi atlet dalam rangka PON yang sering terjadi selama ini. Jangan sampai nanti disaat saat terakhir baru ribut, akibatnya atlet tidak diperkenankan ikut bertanding.
Didapat keterangan yang kalau saya simpulkan belum tuntas, seperti yang saya duga, tetapi sudah dibeli oleh daerah baru yang menurut saya daerah tersbut saking semangat lupa atau tidak mau tahu masalah mutasi tersbut. Ada kemungkinan daerah tersebut membutakan diri atas aturan mutasi.

Sim Salabim, Tim Nasional Latihan 2 x seminggu.

Jakarta, 23 April 2015. Hari ini saya jalan jalan ke lapangan tenis Kelapa Gading Jakarta. Ingin meliput kegiatan turnamen nasional Piala Gubernur DKI Jakarta 2015 yang so pasti banyak petenis luar kota hadir berlaga. 
Seperti kebiasaan selama ini sering kali dimanfaatkan untuk berbincang bincang masalah pertenisan kita ini. Ketemulah dengan Bunge Nahor, Sulistyono dan juga Anto orangtua dan pelatih dari petenis Surabaya M.Rizky Widhianto.

Sabtu, 18 April 2015

Sekitar Jual Beli Atlet menjelang PON

Jakarta, 19 April 2015. Masalah mutasi atlet menjelang Pekan Olahraga Nasional selalu jadi perhatian tetapi tidak diperhatikan masalah aturannya, sehingga bagi pelaku pelakunya hanya dianggap angin lalu. Disinilah kelemahan dari rekan rekan yang duduk di Pengda Pelti, akibat kurang paham masalah aturan yang dibuat oleh KONI Pusat selaku pemilik PON tersebut, sehingga terbuai dengan rayuan orangtua atau pelatih yang menawarkan atlet atletnya. Saya makumi rekan rekan di Pengda banyak muka baru sehingga ingin tunjukkan prestasi kerjanya yang semu tersebut. 
Sebagai pemilik PON, KONI Pusat telah membuat aturan yang cukup jelas dan sudah diedarkan keseluruh KONI Provinsi maupun Pengda Pelti telah menerimanya.

Kamis, 16 April 2015

Pembinaan Usia Dini terabaikan

Jakarta, 16 April 2015. Saya teringat kemarin ketika jumpa salah satu rekan tenis Nico  di lapangan tenis Klub Rasuna Kuningan. Ujarnya waktu itu mempertanyakan gaung dari tenis saat ini. "Dulu saya suka dengar ada pelatih asing Suresh  datang ke Jakarta untuk melatih petenis usia dini. Kenapa sekarang tidak ada ya ?" suatu pertanyaan yang menarik sekali.
Memang tugas dari induk organisasi tenis ini banyak sekali. Salah satunya yang terpenting adalah PEMBINAAN. Yang terdengar saat ini hanya pembinaan petenis nasional saja. Mulai dari tim Davis Cup dan Fed Cup ditambah Jr Davis Cup dan Jr Fed Cup. Begitu juga tim nasional usia 14 tahun.

Rabu, 15 April 2015

Banyak Kasus Mutasi

Jakarta, 15 Apri 2015. Dalam cerita cerita dengan salah satu orangtua petenis di Jakarta cukup menarik karena topiknya adalah perpindahan atlet tenis dalam persiapan Pekan Olahraga Nasional XIX 2016. Saya sudah tahu dampak dari keinginan daerah mengutamakan PRESTISE dibandingkan PRESTASI. Diceritakan pula ada atlet yang sudah terima uangnya tapi statusnya mash belum tuntas pindah kedaerah lainnya. Ini yang menurut saya akan timbul masalah.

Apa Yang Bisa didapatkan Christo "

Jakarta, 15 April 2015. Ketika berbicara dengan pelatih BN salah satu pelatih terkemuka di Jakarta, disampaikan cerita masalah latihan atlet nasional yang masuk dalam Pelatnas putra. Menurut pendapatnya saat itu ketika melihat Christopher Rungkat sparring dengan atlet yunior maka diapun katakan kalau itu sangat merugikan Christopher Rungkat sebagai atlet nomor satu Indonesia. Apa yang diharapkan kalau latihan bersama atlet yunior ? Itu pertanyaan menarik bagi pelatih kita. 

Tetapi beberapa bulan lalu ketika saya melihat tim pelatnas latihan di Senayan, ada petenis kidal yang saya lupa namanya karena melihat dari jauh. Sayapun bertanya dengan petugas di Senayan siapa atlet kidal tersebut dan disebutnya itu anaknya BN

Ungke Tako Pa Tole

Jakarta, 15 April 2015. Hari ini saya mencoba menonton turnamen tenis internasional di Klub Rasuna Jakarta. Tentunya akan bertemu teman teman tenis lainnya yang sudah lama tidak berjumpa, dan saya yakin akan banyak cerita muncul dilapangan.
Ada kisah lucu saya ketemu dengan rekan pelatih BN. Dan betul juga ketika itu diapun cerita kalau kemarin hampir terjadi clash besar dengan salah satu petinggi Pelti yang juga berasal dari Provinsi Nyiur Melambai.
Diapun cerita dengan semangat masalah kemarin dan sudah selesai kemarin juga. Dikatakan kalau dia itu hampir lempar batu ataupun gelas jika ada ditangannya.

Selasa, 07 April 2015

Ini bukan Lip's service

Jakarta, 7 April 2015. Ketika di Makassar sempat bertemu dengan masyarakat tenis berasal dari Kabupaten/Kotamadya di Sulawesi Selatan. Ternyata sama saja dengan rekan2 lainnya di Sumatra jika bertemu saling tukar pikiran.
Saya hanya beri motivasi kepada mereka untuk bisa berbuat lebih baik untuk tenis. Ada yang duduk dalam kepengurusan Pelti di Kabupaten atau Kotamadya. Kesan saya mereka ini tidak tahu mau mulai dari mana untuk tenis. Ini kesempatan bagi saya untuk ikut memajukan tenis didaerah dengan beri konsep konsep yang baik

Mau adakan Remaja Tenis Masters diakhir tahun 2015

Jakarta, 7 April 2015. Dalam pembicaraan pertilpon dengan rekan pelatih dari Jawa Tengah tersebut ada masukan bagus menurut saya sehingga saya berpikir ulang dan ada kemungkinan bisa dilakukan.
Saya diberi masukan agar RemajaTenis juga berikan jadwal untuk MASTERS diakhir tahun, sehingga bisa kembali berjaya di Jawa seperti beberapa tahun silam.
Ini salah satu masukan yang kalau saya mau pusing2 sedikit so pasti bisa saya lakukan.

Akhirnya saya berpikir juga untuk memenuhi keinginan masyarakat tenis yang masih mencintai RemajaTenis bisa tersaluri dengan baik, sehingga bisa membantu pembinaan pertenisan nasional juga. Saya juga sampaikan kalau selama ini saya lebih konsentrasi diluar Jawa karena mereka sangat amat membutuhkan keberadaan turnamen. Ada kepuasan bathin saya jika terlaksana, walaupun tidak ada kepuasan finansialnya. Dan saya merasakan amat sangat ketika ungkapan dari hati para orangtua kepada saya sewaktu tatap muka dimana mereka ungkapkan terima kasih sekali. Ini sudah cukup menghibur dirika saja.

Pembohongan Publik Terjadi Pula di Tenis

Jakarta, 7 April 2015. Hari ini ketika saya sedang dalam perjalanan pulang kerumah, saya terima telpon dari salah satu pelatih di Jawa Tengah yang ingin menyampaikan ada sesuatu pembohongan kepada masyarakat tenis dilakukan oleh organizer turnamen diakui Pelti. Ini bukan peristiwa pertama kali terjadi, tetapi jika saya sampaikan kepada induk organisasi tenis di Indonesia yaitu PP Pelti maka saya dianggap ada kepentingan juga sehingga seolah olah protes terhadap pelaksana turnamen yang dianggap kompetitor saya, padahal saya tidak merasa punya kompetitor.
Disampaikan beberapa hari lalu ketika saya berada di Makassar,  disalah satu Ibukota telah ada turnamen 3 hari juga dilakukan oleh salah satu organizer yg bonafid  yang sedang digandrungi oleh masyarakat tenis karena banyak janjinya sehingga saya anggap mereka ini dibuat terbuai.
Kenapa demikian.

Penjelasan Pelatih atas Tulisan di blogger ini

Makassar, 6 April 2015. Hari ini saya sedang menunggu keberangkatan pesawat dari Makassar ke Jakarta setelah selesai selesaikan salah satu program di Makassar kota kelahiran saya 69 tahun silam.
Sedang asyiknya menunggu saya terima WA dari salah satu pelatih tenis yang sedang berada di Asutralia membawa tim tenis Junior Davis Cup.
Yang disampaikan adalah masalah tulisan saya diblogger ini sebelum ini yaitu perilaku pelatih kita.

Diminta agar saya sebelum menulis agar cross check dulu kepadanya. Sedangkan maksud tulisan di blogger (pribadi) ini merupakan diary saya selama diperteisan Indonesia. Ketika saya terima telpon langsung saya ungkapkan apa yang terjadi terutama tentang pertenisan kita. Memang seaktu saya terima telpon dari salah satu orangtua yang putrinya diutus mewakili Indonesia ke LN maka ada yang menurut saya aneh karena saya tidak diberitahu yang jelas. Akibatnya saya pun menulis pendapat saya kalau pelatih tersebut (saya tidak sebut namanya) tidak boleh berbuat seperti itu. 

Karena saya tidak diberitahu yang detail. Karena ada kaitan dengan pengiriman atlet dimana bersamaan dengan event tersebut maka saya anggap pelatih tersebut memanfaatkan.