Senin, 03 Agustus 2015

Apa yang mau Dibina untuk Veteran ?

Jakarta, 2 Juli 2015. Tenis adalah salah satu cabang olahraga yang menyediakan banyak sarana jika ingin terus  berprestasi . Jiwa kompetisi yang telah ditanamkan sejak masih tingkat yunior bergulir terus sampai akhir hayatnya. Karena cabang olahraga tenis juga sediakan sarana pertandingan sejak yunior sampai veteran.

Muncullah pertanyaan, apa yang mau dibina untuk Veteran ?


Harus diakui kalau petenis veteran saat ini lebih banyak yang untuk rekreasi karena mengenal tenis bukan sejak yunior sehingga sarana ini dimanfaatkan untuk rekreasi. Tetapi bagi petenis yang sudah ikut berkompetisi sejak yunior, maka ajang kompetisipun bisa dilanjutkan didunia Veteran. Masalah di Indonesia adalah minimnya sarana turamen prestasi bagi veteran, karena lebih banyak untuk rekereasi sehingga bentuk pertandingan sudah keluar dari jalur tenis veteran internasional. Akibatnya justru kejar prestasi keluar negeri yang setiap tahun selalu digelar baik di asia sekalipun.

ITF (International Tennis Federation)  sebagai induk organisasi dunia telah sediakan sarana pertandingan baik secara perorangan atau individual event tetapi juga ada yang dalam bentuk beregu sebagai ajang membawa nama negara  mulai usia 35 tahun dan seterusnya sampai 80 tahun.
Masalah di Indonesia sangat berbeda sekali karena minimnya turnamen resmi dilaksanakan oleh induk organisasi tenis PELTI sehingga saat ini ditangani salah satu Badan resmi naungan Pelti yaitu BAVETI (Badan Veteran Tenis Indonesia).

Keberadaan Baveti ini perlu juga menertibkan tata kelola turnamen veteran yang diselaraskan dengan dunia Internasional jika ingin memajukan tenis sebagai salah satu sarana pengembangan tenis di Indonesia.
Banyak hal yang perlu dibenahi mulai dari aturan mainnya dalam bentuk ketentuan tunamen nasional Baveti kemudian dibuatlah sistem peringkat nasional veteran seperti juga sudah ada dikelompok yunior maupun umum atau dikenal dengan PNP (Peringkat Nasional Pelti). Setelah itu diterbitkan pula kalender Turnamen nasional veteran. Targetnya tahun 2016 sudah bisa berjalan dengan step by step.

Dalam perjalanan turnamen veteran mempunyai kendala dilapangan pertandingan karena banyak keluhan dari petenis veteran yang baru mengenal tenis jika keikut sertaan mantan petenis nasional muncul diarena veteran membuat mundur keinginan ikut serta. Ini akibat jika yang dipertandingkan hanya event ganda saja. Sebaiknya juga dipikirkan pelaksanaan event tunggal sehingga bentuk peningkatan prestasi lebih menonjol. Ini sarana yang ditunggu tunggu oleh mantan petenis  nasional  yang telah berusia lanjut saat ini.

Materi pemain cukup banyak dan juga mayorits pemainnya sudah mapan alias sudah memiliki pekerjaan tetap ataupun yang sudah pensiun tentunya berbeda kelas kategori usianya.
Yang terjadi saat ini absennya veteran Indonesia dikancah internasional khususnya dalam kejuaraan dunia beregunya, tetapi masih ada kegiatan petenis veteran secara individu ikuti turnamen internasional veteran di Tiongkok. Bisa terlihat saat ini hanya satu petenis veteran yang memiiki peringkat dunia veteran.

Ada fenomena yang berbeda diturnamen veteran internasional dan nasional. Petenis veteran diluar negeri khususnya Eropa dan Amerika, prize money bukanlah suatu keharusan karena keikutsertaan mereka bukan untuk mencari keuntungan dari hadiah atau prize money bahkan turnamen tanpa prize moneypun banyak peminatnya. Tetapi di Indonesia itu berbeda sekali, bahkan keinginan menaikkan prize money sangat besar . Ini beban bagi penyelenggara disaat kesulitan mendapatkan sponsor sponsor tenis.
  
Peranan Baveti untuk meluruskan permasalahan ini dengan aktip ikut serta ke kejuaraan dunia beregu diluar negeri. Jadwalnya setiap tahun sudah lengkap bahkan kategori usianyapun tersedia.

Dunia veteran internasional mengenal Young Seniors World Team Champisonships dan Super Seniors World Team Championship seperti  Britania Cup ( putra 65 th), Jack Crawford Cup ( putra 70 th), Bitsy Grant Cup ( putra 75 th), Gardner Mulloy Cup (putra 80 th), Kitty Godfree Cup (Putri 65 th), Althea Gibson Cup (Putri 70 th), Queens Cup (Putri 75 th), Doris Hart Cup (Putri80 th).
Ada juga dikenal Young Seniors World Team Championships dengan Italia Cup (putra 35 th), Tony Trabert Cup (putra 40 th),  Dubler Cup (putra 45 th), Fred Perry Cup (putra 50 th), Austria Cup (Putra 55 th), Von Cramm (putra 60 th), Suzanne Lenglen Cup (putri 35 th), Young Cup (putri 40 th), Margareth Cup (putri 45 th), Maria Ether Bueno Cup (putri 50 th), Maureen Connolly Cup (putri 55 th), Alice Marbie Cup (putri 60 th)

Baveti harus bisa meniru seperti ITF, sediakan sarana turnamen bagi mantan petenis nasional yang masih memungkinkan membela nama negara diajang kejuaraan dunia diluar negeri.
Selain turnamen individual perlu juga disediakan turnamen beregu baik itu antar klub ataupun antar Pengda Baveti yang saat ini sudah ada yaitu Sumatra Barat, Lampung, Kepri, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,


Peningkatan aktivitas petenis veteran tentunya akan mendukung pula pembinaan petenis yunior karena hubungan antara petenis veteran dan yunior sangatlah erat sekali. Marilah kita memulai karena kapan agi kalu tidak mulai sekarang, asalakan punya konsep yang jelas. Mulai ikuti semboyan yang lagi trend yaitu Revolusi Mental 

Tidak ada komentar: