Minggu, 30 Agustus 2015

Ada isu Munaslub

Minggu, 30 Agustus 2015. Disela sela Kejurnas Veteran Baveti III th 2015, tepatnya pada hari terakhir Minggu 23 Agustus 2015 dilapangan tenis Gelora Bung Karno, sempat bertemu dan sekedar bertukar pikiran saling bercanda sebagai hiburan diketegangan yang sudah terjadi selama seminggu.
Bertemu dengan 2 rekan lama yang saat ii mendapatkan kepercayaan duduk sebagai pengurus harian PP Pelti. Yang satu ketua bidang sedangkan yang satu lagi wakil ketua bidang. Dua bidang berbeda tetapi paling aktip.


Yang besangkutan (Ketua Bidang), tertarik hadir kelapangan disebutkan kalau ada isu isu  yang ingin didengar. Entah isu itu siapa yang mau memberikannya.
Tetapi selaku pendengar yang baik, saya hanya tertawa sendirian untuk menebak maksud dari statement tersebut. 
Dan sempat terungkap kalau ada rencana dilakukan Musyawarah nasional Pelti Luar Biasa atau dikenal sebagai Munaslub Pelti. Dan dipertanyakan maksud dari Munaslub tersebut.

Karena tidak ada yang menanggapinya maka pembicaraanpun beralih kemasalah lainnya. Sekitar kejurnas Veteran Baveti saja. Karena hanya sebagai pendengar yang baik maka tidak perlu ditanggapi.


Hanya satu pertanyaan saya kepadanya masalah apakah ketua umum saat ini masih peduli dengan tenis. Maka dapat jawaban kalau dia masih peduli tetapi tidak tahu berbuat apa. Ini juga suatu masalah, sehingga mudah dipengarushi oleh rekan lainnya yang sangat mengganggu citra Pelti sendiri dan sudah terjadi didepan umum. Dan sudah jadi rahasia umum apalagi saat itu melihat langsung dilapangan.

Tetapi saya mencoba menggali masalah ini kepada rekan wakil ketua bidang tersebut hanya ingin tahu permasalahannya saja.

“ Emangnya gampang mencari figur seperti ketua umum saat ini. Tidak ada orang yang mau .” ujarnya . Selanjutnya dikemukakan kalau saat ini ketua umum sudah berbuat terbaik karena gampang cari dana, buktinya banyak instansi yang didapat. Disebutkannya beberapa instansi atau sponsor kegiatannya. Bahkan disebutkan saat ini turnamen yang ada sudah lebih dari 60 turnamen. Begitulah puji pujian dilontarkan baginya ." Kalah yang lalu."

Tetapi diakuinya kalau yang kurang adalah turnamen kelompok umum seperti tahun 2012 dilakukan oleh Martina Widjaja dengan sirkit nasional untuk kelompok umum. Ini masalah turnamen yang dilakoninya sendiri.

Kembali kepada masalah Munaslub atau musyawarah nasional luar biasa. Ada persyaratan yang harus diketahui semua pihak dalam hal ini so pasti Pengurus Daerah Pelti yang tercatat sudah mencapai 33 Pengda. Yaitu Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkuu, Lampung, Sumatra selatan dan Bangka Belitung (Babel) untuk Sumatra. Kemudian di Kalimantan ada Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara. Untuk Sulawesi ada Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan. Untuk Maluku ada Maluku Utara dan Maluku. Ada Papua Barat dan Papua. Ada Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Banten  dan DKI Jakarta.

Kalau dipikirkan baik baik persyaratan Munaslub jika diinginkan oleh Pengda minimal 2/3 dengan alasan yang kuat maka bisa terjadi keinginan tersebut terealiser.
Tetapi harus dipikirkan pula kalau mau melengserkan istilah sopannya, maka sudah harus ada figur calon penggantinya. Tidak bisa kalau tidak ada penggantinya. Analisa saya kemungkinan Munaslub bisa saja terjadi karena saat Munas lalu beda antara Maman Wirjawan dan Jaffar Hapsah sangat tipis berarti yang tidak memilihnya juga seimbang (kalau tidak salah beda 1-2 suara), kalau saat ini masih konsisten.

Masalah penggantinya seperti yang diungkapkan rekan wakil ketua bidang tersebut bisa juga sebagai acuan yang positip karena kesannya tidak ada figur yang berkeinginan menjadi Ketua Umum PP Pelti yang baru.

Mencari tahu wacana seperti  ini, teringat beberapa bulan tahun 2015, terdengar datang justru dari salah satu wakil ketua Pengda Pelti sendiri. Ada figur pengusaha, katanya. Tetapi sampai hari ini saya belum kenal yang dimaksud. Kemudian muncullah keluhan atau ajakan dari mantan juara Asia Yustedjo Tarik yang keluar dimedia yaitu tokoh birokrat yang duduk didalam salah satu kementerian di Pemerintahan RI saat ini. Figur ini saya sudah kenal karena era Moerdiono ketua Umum PB Pelti , beliau itu Humas dalam kepengurusan PB Pelti saat itu dan mantan petenis yunior juga, seperti Martina Widjaja (ketua umum periode sebelumnya).

Dengan munculnya wacana seperti ini dugaan dari wakil ketua bidang PP Pelti saat ini kalau tidak ada figur yang mau, ternyata salah besar.

Bukan berarti tidak ada figur yang ingin duduk dalam kepengurusan induk organisasi tenis. Nah, kita tunggu saja apakah masih ada figur lainnya. So pasti ada. Dan lucunya ada yang mau jika Ketua Umum yang sekarang bersedia lengser. Wah ini lain lagi. Mana mungkin terjadi. Karena kalau Ketua Umum bersedia lengser berarti tidak perlu ada Munasub. Karena sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pelti menyatakan jikalau Ketua Umum berhalangan tetap maka digantikan oleh salah satu Pengurus Harian yang ditunjuk oleh Rapat Pleno.

Yang jadi pertanyaan sekarang apakah benar ada keinginan dari Pengda Pelti diadakan Munaslub. Agar tidak terjadi mendapatkan kucing dalam karung karena tidak dikenalnya, mengingat kepengurusan Pengda Pelti saat ini banyak muka muka baru  belum kenal dengan calon2 yang berkeinginan duduk dalam puncak kepengursan Pelti, maka harus dipikirkan dulu suatu temu muka yang ideal, sehingga tidak muncu kekecewaan seperti yang lalu..

Tidak ada komentar: