Kamis, 12 Maret 2015

"Ada apa dengan tenis saat ini ? "

Jakarta, 11 Maret 2015. Hari ini karena hujan sehingga todak bisa main tenis. Tapi saya sudah sempat ke lapangan dan ketemu rekan rekan lainnya juga hanya bisa duduk manis tungggu hujan berhenti. Saat itu sudah tinggal gerimis saja.
Ketemu Christian Budiman yang sekarang sudah jadi bagian dari PP Pelti. Cerita kalau saya terima berita masalah ada yang tidak beres di pelaksanan Davis Cup di Palembang minggu lalu. Dia juga katakan kalau baru dengar.
Setelah itu saya ketemu dengan rekan lama yang dulu sering ketemu. Setahu saya dia itu 7 tahun berada di USA dan sekarang kembali ke Jakarta."Ada apa dengan tenis saat ini?" itu pertanyaan pertama diberikan kepada saya. Dan diapun ingin seperti dulu sewaktu tenis itu sempat jaya jayanya.

Dia katakan ikuti pertenisan Indonesia melalui media saja, dan ingin dapat informasi dari orang yang dianggapnya netral. Yaitu dicarinya saya yang sudah lama dikenalnya. Memang pertemuan setelah dia ke USA paling banyak dalam pertemanan saya melaul Facebook. Pernah dia sampaikan kaau saya ini seperti Nugraha Besoes, mantan Sekjen PP PSSI. Kebetuan juga Nugraha Besoes itu mantan Ketua RW di Perumahan Taman Alfa Indah tempat saya tinggal sebelumnya. Kok gitu, dia katakan saya ini wakil sekjen cukup lama seperti Nugraha Besoes juga. " Ha ha ha."

Kemudian saya ceritakan masalah utama adalah komunikasi di Pelti masih belum jalan. Masyarakat ingin dapatkan informasi lengkap sangat sulit. Pelti punya sarana website tetapi ternyata jarang sekali di update. Leihat saja sekaran sayakatakan, running textnya itu Turnamen FIKS bulan Desember 2014. Bayangkan saja sudah 3 bulan turnamen tersebut masuk running text. Ini salah satu contoh.

Diakuinya kaau dulu setiap wartawan mau cari informasi ke Pelti selalu yang dicari gampang sekali, tetapi sekarang sangat sulit. Saya juga katakan demikian pernah minta info surat pemberitahuan seleksi nasional ke sekrrtariat diminta izin ke Kabid Pembinaan Yunior, Padahal saya sudh komunikasi sebelumnya dan diminta hubungi orang2 yang disebut dan mereka lambat responsnya.
Berbicara masalah Davis Cup, diakuinya kalau lawan kali ini sangat ringan sehingga mudah menang. Dan disayangkan pemberitaannya juga sangat minim.
Banyak hal dalam pertenisan ini yang peru diperbaiki, tetapi harus jelas dulu programnya.

Tidak lupa saya katakan dunia olahraga kita ini 90% lebih kelemahan di induk organisasinya. Coba lihat kurang lebih 95 % Pengdanya tidur, apalagi Pengcabnya. Karena mereka itu tidak tahu mau mulai dari mana. Dan saya bisa sebutkan nama Pengda maupun Pengcabnya.

Kemudian bicara persiapan Asian Games 2018. Saya ingatkan kembali sewaktu Indonesia tuan rumah asian Games 1962 di senayan telah dibangun 16 lapangan tenis gravel yang digunakan. Nah, mau tahu berapa kebutuhan lapangan untuk Asian Games? Hal ini sebelumnya saya sempat bicara dengan Christian Budiman yang melakoni selaku wakil ketua bidang pertandingan PP Pelti. Saya ingin tahu sampai dimana pengetahuannya. Disini berdebatlah saya masalah kemungkinan lapangan tenis yang bisa digunakan hanya di Jakarta bukan Palembang atau Bandung kecuali mereka bangun tambahan lapangannya. tetapi saya katakan sedangkan saat ini ada 8 lapangan di Jakabaring, ternyata tidak bisa digunakan untuk latihan dan kalau pertandingan mahal sekali.

Memang saat ini saya berimaginasi dengan rekan satu ini kedepan sebaiknya apa yang bisa kita lakukan. Karena Menpora yang baru sekarang menghadapi Asian Games 2018 tidak perlu dibebani target karena saat ini Menpora ibarat baru re-start prestasi olahraga Indonesia kita ini.

1 komentar:

J. SUSANTO mengatakan...

Kalau Opa AFR tanya atau minta keterangan ke orang yang resmi sebgai pengurus PP Pelti tapi salah duduk di PP Pelti ya repot. Habis jawabannya selalu : " saya hanya membantu dei bindang pertandingan ! ". Seingat saya kalau duduk di ke pengurusan pasti mengetahui masalah di dalam PP Pelti ! Ya sudahlah nendingan berdebat dengan penjual bubur Menado !