Minggu, 04 Januari 2015

Organiser Harus Belajar dari Pengalaman

Jakarta, 5 Januari 2015. Ada satu hal yang perlu diperbaiki dalam Ketentuan TDP Nasional khususnya kelompok umur. Sudah lama ingin saya kemukakan, tetapi karena sewaktu masih menjabat akil Sekjen saya tidak bisa bergerak karena yang menentukan adalah ketua bidang pertandingan.
Kita harus bisa belajar dari keuhan keluhan selama ini didalam pelaksanaan TDP Kelompok Yunior ini. Ini akibat tidak pernah mendapatkan evaluasi dari tingkat Pusat maka kejadian tersebut tetap terjadi.
Sebagai penyelenggara juga harus memikirkan kepentingan peserta, sponsor dan terakhir penonton. Bukan kepentingan penyelenggara. Saat ini saya melihat pelaksana turnamen hanya memikirkan kepentingan penyelenggara. Bagaimana pelaksanaan itu cepat selesai, walaupun itu memeras tenaga peserta sehingga tidak nyaman karena keadaan terpaksa. Alasan klasik adalah HUJAN.
Yang saya maksud adalah perencanaan turnamen harus matang, dalam hal ini yang berperan adalah Direktur Turnamen . Harus bisa mempunyai perencanaan yang matang sehingga Referee selaku penanggung jawab bisa menjalankan dengan baik. Tetapi kalau saya perhatikan semua ini diserahkan kepada Referee selaku penanggung jawab, padahal perencanaan turnamen adalah lahannya Direktur Turnamen. Banyak TDP tersbut petugasnya (Direktur Turnamen) tetap sama , bukan ganti ganti. Shingga sudah waktunya belajar memperbaiki kualitas turnamen. selama ini yang dianggap sukses kalau bisa mendatangkan peserta yang membludak. Saya pernah laksanakan TDP Nasional Piala Thamrin dengan peserta mencapai diatas 1.000 . Bisa dibayangkan, untungnya ada sarana lapangan tenis Kemayoran (Pusat Tenis Danamon saat itu namanya) memiliki 20 lapangan tenis, tetap harus ditambah lapangan Sunter.
Ada kelompok umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun ( ? ) Dan dengan menggunakan beberapa tenaga Referee dimana setiap Referee menangani 1-2 kelompok umur. Begitu pula petugas mejanya dan tempat bertugasnya berbeda meja.

Coba perhatikan turnamen besar atau dianggap besar karena dijaankan selama 7 (tujuh ) hari seperti Piala New Armada, Piala Thamrin, Oneject (sekarang udah ganti nama), Piala Tugu Muda, Piala Widjojo Soejono dan pengganti Mercu Buana atau Jakarta Championship). Karena selenggarakan banyak kelompok umur, sering kali muncul keluhan keuhan terutama dihari pertama sedikit "kacau" alias tidak memuaskan peserta terutama para orangtua atau pelatih yang mengantarnya. Jangan katakan semua lancar. Memang akhirnya lancar tetapi coba perhatikan diawal pertandingan betapa ribetnya pelaksana turnamen.
Sudah waktunya ketentuan TDP Nasional Kelopom Yunior itu direvisi kembali disesuaikan dengan situasi sekarang. Kenapa malu mau menggunakan babak kualiifikasi dan babak utama. Yang sebenarnya sangat membantu peserta jika diberlakukan. Aakan saya bktikan kalau saya mendapatkan sponsor untuk laksanakan TDP Nasional kelompok Yunior selama 7 hari tu. Sangat mudah sebenarnya. Kita mulai meminimalkan kesulitan kesulitan dalam pelaksanaannya. Kalau tidak mau belajar, walaupun setiap tahun selenggarakan (dianggap lancar) sehingga buta dengan kesalahan kesalahan yang muncul. Saya selaku orang luar sering terima keluhan dari para orangtua didalam turnamen nasional tersebut.
Bayangkan bagi orangtua harus buang waktu 7-9 hari ditempat pertandingan yang tidak efisien itu.

Tidak ada komentar: