Minggu, 19 Oktober 2014

Pembinaan "palsu" meningkat

Jakarta, 19 Oktober 2014. Sewaktu dicetuskannya idea pembatasan usia peserta Pekan Olahraga Nasional menjadi 21 tahun oleh peserta Rapat Kerja Nasiona PELTI di Jakarta, tujuannya agar ada regenerasi petenis bisa berjalan dengan baik. Memang dampaknya sewaktu diselenggarakan PON XVII 2012 Riau hanya beberapa daerah yang menggunakan atlet bukan hasil binannya. Tetapi oleh daerah tersebut ngotot kalau itu hasil binaannya. Memang sah sah saja katakan demikian karena yang dimaksud binaan mereka adalah sebenarnya hasil gunakan UANG mereka, karena domisili sebenarnya dilain provinsi. Atau secara gamblang kita katakan hasil beli atlet semata. Saya telusuri ada  Saya pernah ikuti dalam pertemuan dengan pengurus daerah tersebut di Jakarta. Begitu ngotot sekali katakan kalau itu hasil binan mereka didepan petinggi induk organisasi kita. Saya hanya tertawa dalam hati saya. So pasti daerah tersbut pembinaan kedepan akan tidak ada kemajuan sama sekali bahkan tidak ada aktivitas seperti turnamen skala nasional.

Saya coba lihat ada 4  daerah yang menggunakan atlet hasil pembeliannya untuk PON XVII Kaltim, kemudian PON XVIII Riau ada 5 daerah.. Kalau sekarang hasil pantauan saya ada 6 daerah yang akan gunakan atlet "palsu".Dan hebatnya sekarang para pembina atlet tersebut aktip datang menawarkan  kedaerah daerah yang membutuhkan sedangkan daerah tersebut sebenarnya sudah punya atlet sendiri tetapi kurang meyakinkan akibat tidak ada pembinaan sebenarnya didaerah tersebut, sehingga digunakan jalan pintas yang lebih efektip tetapi lupa kalau justru tidak memotivasi pembinaan didaerahnya sendiri. Ada juga daerah yang sudah lakukan pembinaannya dari beberapa tahun silam tetapi berubah pikiran seteah dapat masukan dari uar sehingga tergiur untuk membeli atlet luar dengan mengabaikan atletnya sendiri.

Nah, untuk itu berarti ada kemajuan pembinaan "palsu" tersebut, sehingga menurut saya sudah sepantasnya PON itu dikembalikan kepada aturan semula yaitu tanpa pembatasan usia. Nah, baru terwujud di PON XX tahun 2020 Papua. Karena so pasti pesertanya banyak yang baru baru didaerah daerah. Secara hati kecil saya sedih juga dan niat tulus sewaktu Rakernas Pelti dulu ternyata memberikan buah seperti ini yang tidak disangka sangka..
Bagaimana solusinya sekarang ? Menurut pengamatan saya sangat berbahaya sekali kalau jual beli atlet ini kepada petenis yunior. Lain ceritanya kalau kepada atlet senior atau diatas 18 tahun, yang seharusnya sudah terjun ke turnamen profesional.
Sebaiknya bagi induk organisasi lebih aktip menggelar turnamen berhadiah uang alais kelompok UMUM bukan UMUR.

Tidak ada komentar: