Rabu, 16 Juli 2014

Diskusi masalah induk organisasi Tenis di Indonesia

Jakarta, 17 Juli 2014 Semalam saya terima telpon dari salah satu rekan anggota pengurus daerah Pelti yang terkenal vokal dikepengurusan tersebut. Kevokalannya tentunya beralasan dan masuk akal bagi saya ketika berkomunikasi dengannya. Masalah pertama bertanya masalah Tami Grende yang diberitakan oleh Harian Jawa Pos kemudian masalah turnamen dan juga kinerja Pelti sendiri. Banyak prediksinya yang masuk akal dan terjadi tanpa disadari oeh rekan rekan lainnya yang mungkin tidak peduli. Dia ini mungkin diangap " gila ". Bagi saya memang ngurusin tenis itu harus orang " gila ". Jadi komunikasi kita berdua klop atau saling mengisi.
Sayapun bercerita duduk persoalan yang saya dengar dari keduabelah pihak antara pihak Tami Grende dan pihak klubnya. Dan sangat menyayangkan statement petinggi Pelti di Harian Jaa Pos terakhir. Dan juga berdiskusi pula apa yang harus dilakukan oleh Ketua Umum PP Pelti saat ini.
Disinggung masalah turnamen senior yang akan diselenggarakan di Surabaya pada buan Agustus 2014. Ternyata ada hambatan datang dari PP Pelti.  Berita ini sudah saya terima juga dari rekan saya di Solo (ibu rumah tangga) yang juga berperan dalam turnamen di Surabaya yang dmotori oleh penyelenggara Bonit Wiryawan mantan petenis nasional. 
Masalah benturan antara turnamen senior dengan Liga Tenis Junior Nasional yang merupakan upaya Pelti sendiri. Aneh ya, pihak ketiga mau membuat turnamen tanpa minta bantuan dana sepeserpun kok malah tidak diapresiasi dengan baik, seharusnya dibina dengan baik. Dibantu daam masalah non tehnisnya. Saya dapat informasi kalau diminta turnamen senior ini diundurkan waktunya. Ini benar benar aneh bin ajaib. Apakah gak tahu bedanya turnamen kelompok UMUM dan kelompok YUNIOR.
Sebenarnya justru bisa dimanfaatkan kedua turnamen itu dalam satu venue, tinggal ngatur adwal penggunaan lapangannya dengan baik. Ini cari berpikir memajukan Tenis. Suasana ramai di venue tersebut akan memnggembirakan sponsor kedua turnamen. Sudah tahu turnamen tenis itu mini penonton kok maah dijega dengan cara cara demikian. Disnilah bisa kita lihat kualitas mereka mereka ini seolah olah berbau kencur, istilah teman saya ini.
Saya sedikit simpati jiga ketika rekan saya ini menyinggung masalah RemajaTenis. Dikatakan sejak lama ketika pertama kali produk Pelti yaitu iga Tenis Junior Nasional diperkenalkan dia sudah berteriak (sependapat dengan saya pemikirannya) kalau akan mematikan produk Pelti Daerah atau pihak ketiga. Disebutkan akan mematikan Persami di Jatim maupun RemajaTenis.Ternyata dugaan dia benar sekali, dimana Persami ( sekitar 30 Persami ) di Jatim sudah tidak berjalan lagi. Sedangkan Liga tersebt didukung oleh dan asponsor tidak dijamin akan datang ditahun depan. Alasannya pesertanya makin menurun yang tentunya akan merugikan sponsor dan disebutkan kualitasnya sudah menurun. Ya nasib Tenis Indonesia sudah jadi begini , apa mau dikata !

Tidak ada komentar: