Jumat, 28 Juni 2013

Pelanggaran TDP Nasional didepan Mata Dibiarkan saja

Jakarta, 27 Juni 2013. Sewaktu saya jalan jalan ke lapangan tenis Senayan yang sedang berlangsung suatu turnamen diakui Pelti atau dikenal dengan TDP Nasional kelompok yunior. Saya diberitahu oleh salah satau rekan tenis yang sedang membawa anak2 ikut bertanding.
Disebutkan kalau turnamen yang sedang berlangsung ini membrikan prize moeny kepada peserta kuarter final sebesar Rp. 200.000.
Setelah itu saya kemudian bertemu dengan salah satu orangtus petenis yang menyebutkan adanya pemberian prize money ini kepada kuarter final yang sedag berlangsung hari itu.
Makin besardugaan saya bahwa kalau tahun sebelumnya jika ada laporan semacam ini langsung dicek kebenarannya oleh saya kemudian semua ini dilaporkan kepada Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti.

Rabu, 26 Juni 2013

Cari cara lain untuk manipulasikan prize money ke yunior

Jakarta, 25 Juni 2013. Hari ini saya sempat ngobrol langsung kepemain dan orangtua pemain yang baru saja datang dari Solo, ikuti turnamen yunior nasional. Ketika ditanya langsung kepemainnya maka jawabannya memamng dapat uang cash. Kemudian dikatakanoleh atoetnya kalau itu "uang pembinaan" karena saya kemukakan kalau tidak boleh beri uang. Tapi oleh orangtuanya dikatakan diberikan dalam bentuk voucher. Si pemain beritahu kalau dia dapat Rp. 400.000 dalam bentuk voucher yang langsung ditukarkan di lapangan sama panitianya untuk dapatkan uang cash tetapidipotong Rp. 100.000. 
Ini cara cara yang kurang etis sebagai penyelenggara turnamen yang tidak mau tahu masalah aturannya dengan memanipulasikan cara pemberiannya. Lebih ebat lagi uang cash bisa diterima tetapi dipotong artinya tidak utuh.
Saya prihatin atas ulah pembina disini yang juga diketahui kalau peyelenggaranya Pelti cabang bukan Solo.Tetapi ditunjuklah direktur turnamen orang Solo yang bukan anggota Pelti kota penanggung jawab turnamen tersbut. Bisa saja disalahkan direktur turnamennya.
Dulu juga pernah terjadi dikota lainnya beberapa tahun silam dengan akibat dicabutnya SK TDPnya dengan cara yag sama. Padahal sudah diberitahu jauh jauh hari kalau tidak boleh termasuk berikan voucher kemudian ditukar ditempat pertandingan.


Selasa, 25 Juni 2013

Beda persepsi masalah hadiah Uang ke pemenang yunior

Jakarta, 24 Juni 2013. Masih banyak perbedaan pandangan masalah aturan pertandingan tenis yang sudah baku baik secara nasional maupun internasional. Baru baru ini saya dilapori kalau ada turamen di Solo yang berikan hadiah uang. Info didapat dari pesertanya sendiri. Info langsung bukan dari orangtua sehingga lebih akurat karena anak anak tidak bisa dibohongin. Begitu juga saya suka dapat info sewaktu turnamen nasional yunior di Karawang. Saya waktu itu membaca dari facebook dimana tulissan dari anak anak langsung. Karena facebook saya itu banyak sekali berkomunikasi dengan petenis yunior.Pengakuan langsung dari anak anak lebih jujur.
Setelah mendengar kalau TDP Nasional di Solo berikan hadiah uang, sayapun lansgung berkomunikasi dengan Refereenya. Dan pengakuan Referee katakan kalau pemberian dalam bentuk voucher. Ya, berarti kebenarannya mulai lebih mendekati 100 %.
Saya tulis masalah ini yang saya sedihkan kalau turnamen tersebut diselenggarakan oleh Pelti sendiri baik itu tingkat cabang ataupun provinsi, Selama ini kalau Pelti Pusat yang selenggarakan tidak ada kasus seperti ini.

Selasa, 18 Juni 2013

Training camp di Jakarta

Jakarta, 18 Juni 2013. Banyak orangtua petenis yang mendukung kegiatan putra dan putrinya dipertenisan kita, bahkan banyak pula yang mengirimkan putra putrinya ke tempat temat atau pelatih pelatih yang berkualitas. Ada yang dari luar Jawa dikirimkan ke Jawa dan kalau dari luar Jakarta ada yang dikirimkan ke Jakarta.
Pengamatan saya selama ini beberapa pelatih di Jakarta menerima petenis dari luar Jakarta ikuti latihan ditraining camp yang dibuatnya. Bahkan ada yang menampung akomodasi maupun pendidikannya. Sedangkan masalah pendidikan ada juga yang tidak melanjutkan sekolahnya, tapi ada juga yang masih perhatikan pendidikannya berupa sekolah formal dan home-schooling.
Kalau ditanyakan kepelatih ada beberapa pendapat, ada yangmenghendaki tidak usah sekolah jadi bisa konsentrasi di tenis, artinya pagi maupun sore kehidupannya disekolah.
Banyak pula orangtua diodaerah sering bertanya kepada saya minta pendapat agar bisa ikut training camp pelatih pelatih. 

Makin sering kedaerah makin sering dengar keinginan ada Turnamen


Jakarta,17 Juni 2013. Makin sering bertandang kedaerah makin terbuka keingian daerah selenggarakan turnamen tenis yunior skala nasional. Keadaan seperti ini sering saya temui jika bertandang kedaerah daerah seperti belum lama ini saya ke Bali yang sebenarnya bukan urusan tenis tetapi dimanfaatkan oleh masyarakat tenis Bali untuk bertemu.  Senua bernada yang sama , menyampaikan kesulitan mereka didalam pembinaan putra atu putri mereka, karena mininya pertandingan apalagi skala nasional. Paling banyak keluhan ini dilampiaskan dengan menyalahkan induk organisasi Pelti didaerah masing.

Tata Cara Ikuti Turnamen Internasional

Jakarta, 18 Junil 2013. Saya coba berikan panduan untuk petenis putri jika ingin ikuti turnamen tenis internasional. Karena saat ini petenis putri mulai bergairah ikuti turnamen internasional baik di Indonesia maupun luar negeri

Kapan batas waktu pendaftaran turnamen ?
Kamis 18 (delapan belas ) hari sebelum turnamen dimulai (dalam kalender turnamen selalu mulai Senin walaupun kualifikasi itu Minggu mulainya)

Bagaimana caranya mendaftar ?

Senin, 17 Juni 2013

Binalah juga Wasit di Daerah

Jakarta, 18 Juni 2013. Dalam pembicaraan dengan salah satu wasit nasional asal Jakarta disela sela turnamen Thamrin Cup di Kemayoran saya diberitahu kalau yang bersangkutan akan bertugas sebagai wasit di turnamen internasional ITF Tugu Muda di Solo. Hal seperti ini wajar wajar saja karena sudah sering terjadi para wasit yang full time sebagai wasit berdomisili di Jakarta maupun Bandung sering kali bertugas di turnamen turnamen baik nasional dan internasional diluar Jakarta atau di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yang jadi pertanyaan saya sekarang dimana pembinaan para wasit selama ini. Saya akui sekali selama ini pembinaan wasit didaerah daerah sangat minim sekali, Harapan saya mendatang agar PB Pelti juga mengaktifkan kembali pembinaan wasit apalagi sekarang yang membawahi komite wasit itu muka lama atau wasit paling senior yang juga pernah duduk ditempat tersebut dimasa kepengurusan Sarwono Kusumaatmadja selaku Ketua Umum PB Pelti saat itu.

Bicara masalah Pembinaan

Jakarta ,17 Juni 2013.Berbicara masalah pembinaan tenis, tentunya tidak akan habis habisnya. Dimana letak kelemahannya. Kelemahan tenis Indonesia ada yang mengatakan merupakan kesalahan dari atletnya sendiri dan ada pula yang menyatakan kekurangan kualitas pelatih sebagai penyebab utama.

Pengalaman saya selama ini melihat perkembangan tenis Indonesia mulai dari yunior berkembang ke senior dan seterusnya, tentunya penilaiannya akan sangat berbeda sekali dengan pelaku pelaku tenis lainnya. Hanyalah berbekal pengalaman melatih putra dan putri sendiri beberapa puluh tahun silam ditambah dengan pernah mengikuti workshop kepelatihan dengan pelatih Dennis van der Meer, kemudian membaca pemberitaan tenis baik mela;ui internet, saya mencoba melihat kaca mata AFR sendiri. Maybe right and maybe wrong. Tetapi bisa juga digunakan sebagai referensi bagi pelatih pemula.

HATI HATI DENGAN KARTU NAMA


Jakarta, 17 Juni 2013. Saya menerima email yang sangat bermanfaat bagi kaum wanita karena berdasarkan kejadian kejadian nyata dikehidupan sehari hari ini. Kewaspadaan sangat dibutuhkan karena berbagai cara dilakkan oleh masyarakat didalam kehidupan Ibukota ini yang sangat keras. 
Yatu mengenai kartu nama. Sebenarnya maslah kartu nama adalah sarana perkenalan bagi yang belum saling mengenal, tetapi ada juga oarng yang memanfaatkan kartu nama dengan cara untuk membuat orang hilan kesadarannya. Ini modus baru. 
Ceritanya sebagai berikut :

Permintaan datang dari Malang

Jakarta, 17 Juni 2013. Hari Minggu kemarin saya ke Kemayoran untuk menyaksikan babak final tunggal putri Turnamen Thamrin Cup. Tak disangka ketemu dengan salah satu pelatih Idris yang sudah lama tidak ketemu. Dalam pembicaraan yang menarik adalah keinginannya keberadaan RemajaTenis di Malang. Langsung saya katakan kalau bulan lalu sudah ada turnamen sejenis di Malang berkat kerjasama dengan salah satu Perguruan Tinggi yang kebetulan putranya Agung Bagus kuliah.

Jika terlambat datang apa yang terjadi !

Jakarta, 17 Juni 2013. Ada satu kasus yang terjadi dilapangan khususnya turnamen tenis yunior, dimana ada perubahan peraturan tidak banyak yang mengetahuinya, Tenis, sangat dinamis sekali karena setiap tahun selalu ada saja perubahan didalam ketentuannya.
Masih banyak yang ingat jikalau pemain sudah dipanggil kemudian belum muncul didalam lapangan sedangkan lawannya sudah siap didalam lapangan. Dulu ada ketentuan sebagai berikut, oleh wasit diberi waktu panggilan pertama  dalam 5 menit kemudian panggilan kedua 5 menit lagi dan panggilan ketiga dalam total 15 menit tidak muncul maka langsung diberi kemenangan kepada lawannya. Dan jika muncul sebelum 15 menit maka ada potongan poin

Minggu, 16 Juni 2013

Masalah sign in bisa dibicarakan dengan Referee

Jakarta, 16 Juni 2013. Sewaktu ditanya oleh mantan Menpora Andi Mallarangeng dilapanga tenis Kemayoran, ternyata ada petenis tidak hadir tetapi sudah pergi meninggalkan piala Thamrin ke Solo untuk ikuti Tugu Muda Cup.
Karena petenis tersebut tidak dapat wild card dibabak utama sehingga harus melalui babak kualifikasi, sehingga meninggalkan Piala Thamrin.
Sayapun mengomentari kepada petenis yunior tersebut, sebenarnya masih bisa sign-in itu melalui Referee yang ada di Thamrin Cup untuk disampaikan kalau yang bersangkutan masih ada di Piala Thamrin sehigga bisa minta tolong dibantu untuk sign-in.

Jumat, 14 Juni 2013

Kategori peserta internasional berbeda dengan nasional

Jakarta, 14 Juni 2013. Sejak tahun lalu sudah pernah diperdebatkan dalam PP Pelti masalah kategori turnamen untuk turnamen internasional yunior di Indonesia karena selain KU 18 tahun (internasional)nya maka diadakan oula KU 16 tahun, 14 tahun dan ditambah KU 12 tahun maupun 10 tahun sebagai selingan.
Memang ditentukan untuk internasional (KU 18 tahun) itu diberikan Kategori J-2 sebagai bentuk kelasnya. Yang jadi pertanyaan adalah apakah KU 16 tahun, 14 tahun maupunlainnya itu juga sama Kategori J02. Jwabannya saya waktu itu dan beberapa rekan di bidang pembinaan yunior katakan tidak sama. Bahkan bisa jadi kualutas pemain KU 16 tahun maupun 14 tahun itu dibawah dibandingkan turnamen nasional lainnya. Kenapa ?

Perjanjian dengan sponsor dilanggar

Jakarta, 14 Juni 2013. Kalau ingat ingat pengalaman saya dipertenisan nasional selaku pencari sponsor saat itu di PB Pelti. Waktu itu saya sebagai manajer program pertandingan PB Pelti dimana Ketua Umumnya Moerdiono, telah mendapatkan official ball untuk turnamen ITF Men's Satellite Circuit yang dimulai di Surabaya, Semarang, Bandung dan Jakarta sebagai mastersnya.
Saat itu sebagai official ball adalah bola TENS yang berdomisili di Semarang. Dalam perjanjian kerjasama dengan PB Pelti dimana sebagai official balls harus membayar setahun USD 10,000. Dan hak haknya maupun penempatan spandukpun sudah disiapkan. 

Ada Sponsor jangan lupa kewajiban kepada Sponsor

Jakarta, 14 Juni 2013. Keberhasilan mendapatan sponsor merupakan kebanggaan tersendiri bagi pelaksana turnamen. Tetapi yang juga harus mendapatkan perhatian sebagai penyelenggara adalah 3 kepentingan yaitu kepentingan SPONSOR, kepentingan PEMAIN, dan kepentingan PENONTON. Nah kepentingan sponsor sangat terkait sekali dengan kepentingan penonton dan juga kepentingan pemain. Ketiga kepentingan ini tidak bisa dipisah pisahkan. Yang sering terjadi selama ini adalah penyelenggara lupa akan kepentingan SPONSOR dimana yang jadi perhatian adalah kepentingan pemain yang juga sering terjadi yang lebih parah kalau kepentingan PENYELENGGARA. Kalau sampai terjadi demikian maka makin parah lagi sponsorship pertenisan Indonesia.

Kamis, 13 Juni 2013

Pengalaman laksanakan Piala Thamrin 1996

Bali, 12 Juni 2013. Saya hanya mau sharing saja terhadap rekan2 pelaksana turnamen nasional yunior sebagai bahan pelajaran sehingga tidak mengecewakan pesertanya terutama orangtuanya. Melaksanakan turnamen yunior lebih sulit dibandingkan turnamen kelompok umum. Kenapa ? Karena kalau turnamen yunior itu lebih banyak jenis pertandingannya. Ada kelompok umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan 18 tahun. Sedangkankelompok umum hanya terdiri Tunggal Putra dan Putri , Ganda Putra dan Putri. Jadi hanya 4 event saja. Bisa dibayangkan kalau yunior itu ada 10 events Tunggal dan 10 Ganda.

Kenapa tidak mau belajar dari pengalaman

Denpasar, 12 Juni 2013. Hari ini saya terima SMS dari salah satu orangtua petenis yunior asal Bandung. SMS yang berisi kekecewaannya terhadap pelaksanaan Turnamen yang sudah pouluhan tahun diselenggarakan di Jakarta, Dalam lima tahun terakhir pelaksananya sama saja. Bentuk kekecewaan yang datang akibat perencanaan yang kurang matang. Di turnamen yang mempertandingkan kelompok internasional dan nasional ini mempunyai 2 tenaga Referee yaitu turnamen ITF Junior dan turnamen nasional yang mempertandingkan kelompok umur 16 tahun, 14 tahun dan 12 tahun. Sedangkan yang kelompok internasional itu untuk kelompok umur 18 tahun

Rabu, 12 Juni 2013

Siapa kira kira yang tidak setuju, biasanya muka lama

Denpasar, 11 Juni 2013. Beberapa hari lalu saya berkesempatan melihat langsung pertandingan tenis di lapangan tenis KONI Bali, di Denpasar. Bertemu dengan para orangtua yang berasal dari Denpasar, Bangli dan Gianyar. Merekapun sangat anthusias jika ada RemajaTenis di Bali. Karena ada salahs atu orangtua yang pernah ikuti Remajtenis di Jawa sehingga merasakan betapa berat beaya yang harus dikeluarkan dari kantongnya hanya ikuti turnamen di Jawa,
Bahkan salah satu orangtua katakan bagaimana kalau masing masing orangtua urunan kumpulkan duit untuk diadakan turnamen yunior. Idea ini muncul setelah saya sampaikan kalau lebih murah adakan turnamen ditempat sendiri dibandingkan kirimkan atlet keluar daerahnya.
Urunan itu adalah

RemajaTenis rencana digelar di Bali

Denpasar, 11 Juni 2013. Keinginan masyarakat tenis Bali akan turnamen sangatlah besar, sehingga sewaktu tanggal 9 Juni 2013 saya tiba di Bali langsung siangnya saya ke Canggu Club untuk bertemu dengan salah satu orangtua petenis. Saya bertemu dengan Valerie yang beberapa bulan lalu sering berkomunikasi dengan saya dan diapun sudah mendengar dari salah satu orangtua petenis Bali akan keberadaan RemajaTenis. "Bagaimana caranya agar di Bali ada turnamen yang rutin." ujarnya kepada saya. Momen ini saya manfaatkan betul dengan menampung niat jujur datang dari masyarakat tenis. Sayapun diperkenalkan kepada salah satu pelatih Paul yang menggantikan Robert pelatih  yang lama saya kenal. Setelah itu keluarlah semua keluhan keluhan diceritakan kepada saya. Salah satu adalah sulitnya informasi datang kepada orangtua masalah turnamen tenis. Padahal di Bali sebenarnya banyak juga turnamen turnamen lokal yang kelihatannya hanya untuk masyarakat tenis Bali saja.

Selasa, 11 Juni 2013

Terpaksa dibatalkan karena tidak ada Referee

Denpasar, 11 Juli 2013. Sudah diperkirakan seperti dalam tulisan tulisan saya sebelumnya dimana tugas induk organisasi secepatnya harus sudah menyediakan SDM pertandingan mengingat jumlah turnamen makin lama makin meningkat. Petugas pertandingan yang sangat dibutuhkan adalah wasit dan khususnya Referee yang sangat vital. Bisakah Anda bayabngkan jika turnamen itu bersamaan berlangsung di Tanah Air. Jika tahun lalu saja sudah ada 60 turnamen nasional dan internasional maka tahun ini entah mau berapa lagi. Yang jadi masalah jika dalam minggu yang sama akan ada 2-3 turnamen maka bagaimana pengadaan tenaga pelaksana seperti wasit dan referee. Kalau wasit saya pikir setiap daerah sudah memilikinya walaupun kualitas setempat tetapi bisa berjalan dengan bimbingan referee sebelum turnamen.
Tetapi yang jadi masalah

Sabtu, 08 Juni 2013

Ada dana di KONI

Jakarta, 8 Juni 2013. Kadang kala Pelti baik ditingkat provinsi maupun kota dan kabupaten tidak memanfaatkan dana yang ada di KONI setempat. Padahal kendala yang sering dikemukakan adalah tidak ada dana. Sebenarnya KONI Pusat maupun Daerah dan Kota/kabupaten telah alokasikan dana untuk setiap cabang olahraga. Tentunya dana tersbut tidak sama untuk setiap provinsi ataupun kabupaten dan kotamadya.

Anggap saja Daerah belum punya atlet tenis

Jakarta, 8 Juni 2013. Saya mau mencoba berikan masukan sedikit masalah pertenisan Indonesia dari segi organisasi Pelti didaerah daerah, karena sudah banyak muka muka baru yang duduk dalam kepengurusan didaerah daerah. Kadang kala pimpinan baru tidak didukung oleh muka lama. Ada segi positipnya yang bisa saya kemukakan. Kemungkinan muka lama sudah tidak bisa diandalkan berinovasi sehingga tenis didaerah ikut melempem. Nah, bagaimana memulainya. Biasanya program kerja datang dari Pusat sehingga bisa berkesinambungan.
Kita harus mulai dari mana.

Jumat, 07 Juni 2013

Bidang Pertandingan Makin Ngawur saja

Jakarta, 6 Juni 2013. Serelah saya minta ke semkretariat PB Pelti untuk dikirimkan kalender TDP terbaru maka saya hari ini terima melalui  email. Cukup tanggap secepat itu pula dikirimkan. Biasanya Kalender TDP itu dikirimkan ke Pelti Daerah atau masyaralat tenis setelah ada penambahan turnamen yang masuk sesuai dengan Formulir Pendaftaran yang dikirimkan penyelenggara. Tapi kalau saya lihat kali ini pelayanannya sudah menurun, atau makin amburadul saja. Saya tidak tahu apakah ini disengaja atau kurang kontrol. Saya kuatir ada unsur kesengajaan dengan maksud menjatuhkan nama PB Pelti dibawah Ketua Umum yang baru. Indikasinya sudah ada, menurut pendapat saya.
Dari kalender TDP tersebut

Rabu, 05 Juni 2013

Tidak ada TDP bukan berarti tidak ada atletnya

Jakarta, 5 Juni 2013. Jika kalau kita lihat aktivitas Pengda didalam pertenisan nasional dalam bentuk keberadaan Turnamen Nasional (TDP), maka akan didapatkan Pengda yang tidak ada kegiatannya sebagao penyelenggara TDP seperti Bengkulu (Sumatra), Kalteng, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur. Tidak ada TDP bukan berarti tidak ada petenis yuniornya. Pasti ada karena lapangan tenis ada.
Saya melihat dari peran serta masyarakat tenis didaerah tersebut didalam kegiatan turnamen nasional yang saya amati selama ini.

Mungkinkah ada 100 Turnamen di Indonesia

Jakarta, 5 Juni 2013. Sewaktu menerima undangan langsung dari Ketua Umum PB Pelti untuk mendengarkan paparan Ketua Umum PB Pelti 2012-2017 bulan lalu dikantornya, saya melihat ada keinginan selenggarakan 80 turnamen yang 3 hari pelaksanaan seperti konsep RemajaTenis, dan diminta tanggapannya. Sayapun teringat sewaktu masih duduk dalam kepengurusan PB Pelti dibawah Ketua Umum Moerdiono(1986-1990). Waktu itu Martina Widjaja dduduk sebagai Ketua Komite Pertandingan sedangkan saya dudk sebagai manajer program pertandingan. Saya waktu itu ajukan perencanaan Turnamen nasional maupun internasional. Saat itu tahun 1990 kalender TDP baru ada 22 Turnamen termasuk Favis Cup sebagai tuan rumah.Kemudian sat itu saya terinspirasi dengan TENNIS AUSTRALIa yang saya dapatkan kalender yuniornya tercatat ada 100 turnamen. Fantastik sekali. Terinspirasi hal ii maka saya ajukan program 100 TDP di Indonesia. Wow, saat itu saya ditanya apa mungkin? Kenapa tidak, bahkan bisa lebih dan bisa terealiser setelah 4 tahun kemudian dan secara bertahap.
Kenapa saya anggap bisa saja terealiser.

Pengda Mana yang ada Turnamennya

Jakarta, 5 Juni 2013. Setelah berkecimpung lebih dari 20 tahun dipertenisan Indonesia saya mau coba evaluasi kinerja induk organisasi tenis di Indonesia. Saat ini sudah ada 33 Pengda Pelti dan lebih dari 200 Pengcab Pelti mulai dari tingkat Kabupaten sampai Kotamadya.
Aktivitas suatu organisasi bisa kita lihat dari pengadaan turnamen nasional maupun internasional. Yang perlu diketahui saat ini adalah sudah berapa provinsi yang pernah selenggarakan turnamen nasional ataupun internasional. Kita biarkan dulu bagi daerah yang dulu pernah adakan turnamen tetapi sekarang sudah hilang. Ini juga saya amati bisa terjadi dan akan selalu terjadi. Karena apa? Karena masa kepengurusan induk organisasi hanya 5 tahun dalam satu periodenya sehingga ganti pengurus maka ganti pula policynya, padahal tidak boleh terjadi. Karena program dibuat dari Pusat dijabarkan didaerah daerah. Tetapi itu faktanya demikian.
Tulisan ini perlu saya ungkapkan karena sewaktu saya diminta pendapat atas paparan program tahun 2014, dilakukan oleh PB Pelti, saya sempat beri komentar kalau Indonesia itu bukan hanya Pulau Jawa, jadi peta pertenisan itu ada disetiap pulau seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, kecuali Maluku,Maluku Utara dan Papua,Papua Barat yang belum ada kegiatannya secara nasional.
Kalau lihat pulau Sumatra

Kenapa Daerah Tidak ada Turnamen Nasional Yunior ?

Jakarta, 5 Juni 2013. Seringkali keluhan muncul dari masyarakat tenis terhadap minimnya turnamen tenis yunior didaerahnya masing masing. Hal seperti ini paling sering saya terima ketika bertemu diacara RemajaTenis yang saya selenggarakan. Akibatnya karena kebutuhan terhadap peningkatan prestasi bagi petenis yunior memaksa  harus keluar kotanya atau daerahnya untuk menjajal putra putrinya ikut serta diturnamen. Kebetulan sekali kegiatan turnamen RemajaTenis tidak saja berlangsung di Jakarta tetapi juga memasuki luar kota Jakarta dan bahkan keluar Jawa. Kegiatan positip ini otomatis akan diapresiasi dengan baik oleh masyarakat tenis, walaupun tidak didukung oleh salah satu ketua bidang diinduk organisasi. Dukungan datang dari masyarakat tenis bahkan Kerua Umum PB Pelti  walaupun saya belum mau mengundang ketempat turnamen RemajaTenis berlangsung.
Kenapa sampai didaerah

Pengadaan tenaga wasit dan Referee sudah merupakan prioritas

Jakarta, 3 Juni 2013. Kekuatiran saya terhadap perwasitan Indonesia sudah lama saya ungkapkan kebidang pertandingan induk organisasi tetapi belum mendapatkan tanggapan serius. Sewaktu mrnggelar turnamen Piala Tugu Kujang AFR Bogor sebagai bentuk kerjasama AFR RemajaTenis dengan Pengcab Pelti Kota Bogor, kasus wasit terungkap. Saya kesulitan mendapatkan wasit di Jakarta karena wasit yang biasa bertugas di RemajaTenis Jakarta sedang digunakan PB Pelti di Sirkuit Nasional Tenis 2013 di Jakarta. Waktunya bersamaan, Akhirnta saya bisa datangkan wasit dari Solo, Bandung. Akibatnya bisa dibayangkan kembali ke masalah budget alias beaya lebih membesar..

Mau dikemanakan turnamen tenis kita ini ya !

Jakarta, 3 Juni 2013. Kelihatannya masalah kategori turnamen RemajaTenis masih belum dapat diatasi dengan baik, hanya jawaban yang saya dapat adalah harus SABAR, sedangkan nama saya bukan sabar. Begitulah komentar saya kepada mereka ini. Akhirnya saya kirim surat ke mereka agar secepatnya diatasi masalah yang simpel ini. " Kok yang gampang dipersulit sih." 
Karena setahu saya belum ada SK PB Pelti yang baru tentang kategori TDP tetapi justru sudah diterapkan keinginan ketua bidang pertandingan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Saya tahu maksud hati ingin mematikan kegiatan RemajaTenis seperti yang pernah diucapkan "oknum" Ketua Bidang Pembinaan Prstasi kepada 2 pelatih dikantor sekretariat di Senayan bulan Januari lalu. Padahal oknum itu belum resmi sebagai pejabat Pelti tetapi dengan vulgar berani ucapkan dikantor Pelti. Bahkan berlembang isu ini ke daerah khususnya Jawa Tengah tempat konci konconya.

Senin, 03 Juni 2013

Tidak bisa atau tidak ada kerja sama

Jakarta, 3 Juni 2013. Sewaktu pelaksanaan Sirkuit Nasional Tenis 2013  di Kemayoran Jakarta saya terima telpon dari rekan tenis memberitahukan kalau sebagai pelaksana atau pencetusnya adalah bukan bidang pertandingan tetapi bidang pembinaan yunior. Kemudain sewaktu di Bogor saya sempat ngobrol langor ngidul soal tenis Indonesia khususnya masalah induk organisasi yang baru terbentuk 4 bulan lalu dengan  pecinta tenis. 
Singgung menyinggung Sirnas Pelti yang sudah 2 minggu berlangsung di Kemayoran. Apa yang disinggung ? Ternyata masalah pelaksananya Sirnas maupun pencetusnya bukan bidang pertandingan. 

Kok Pengda konsentrasi laksanakan Persami

Jakarta, 3 Juni 2013. Saya ketika menerima telpon dari salah satu rekan dari salah satu provinsi di Tanah Air langsung sempat sampaikan kritik sedikit sebagai bahan masukan baginya. Karena saya anggap cukup penting bagi kemajuan pertenisan di Tanah Air tercinta ini.
Karena belum lama kepengurusan Pelti Dearh tersebut setelah diresmikan oleh PB Pelti keluar  statement petinggi Pelti daerah melalui media yang saya baca kalau Pengda Pelti sedang konsentrasi dengan kegiatan PERSAMI (Pertandingan Sabtu Minggu). Sewaktu membaca berita tersebut hati saya miris karena apa .Sebagai penyenlenggara Persami sejak tahun 1996 dimana dalam perjalanan sepuluh tahun saya sudah pernah selenggarakan hampir 300 kali Persami sebagai perorangan.

Kartu Tanda Anggota macet

Bogor, 2 Juni 2013. Banyak pertanyaan muncul dari rekan rekan didaerah masalah KTA Pelti (Kartu Tanda Anggota Pelti) kepada saya yang tidak bisa berikan jawaban yang memuaskan mereka. Karena apa, karena sewaktu era PP Pelti yang lalu KTA Pelti itu digalakkan melalui turnamen turnamen, dan peranan RemajaTenis cukup besar karena pelaksanaan turnamen RemajaTenis sudah pernah berlangsung di Medan, Payakumbuh, Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Palu, Manado, Surabaya, Ambarawa, Tegal, Solo, Bantul (DIY), Sumbawa Besar, Mataram (NTB), Cirebon, Bandung dan Jakarta.

Tidak boleh intervensi Referee

Bogor, 2 Juni 2013 Ada satu percakapan sewaktu menyaksikan turnamen Piala Tugu Kujang AFR Bogor yang merupakan bentuk kerjasama AFR- RemajaTenis dengan Pengkot Pelti Bogor. AFR RemajaTenis dimintakan untuk sebagai pelaksana saja.
Timbul kesan kalau selama ini Referee yang bertugas di Piala Tugu Kujang AFR Bogor  seolah olah itu adalah Referee dari RemajaTenis. Memang saya akui kalau Referee yang bertugas di turnamen ini juga sebagai Referee di RemajaTebis di Jakarta. Jikalau ada kesalahan dilakukan oleh Referee maka saya diminta untuk menyelesaikan atau ikut campur.
Ini akibat