Selasa, 18 Juni 2013

Training camp di Jakarta

Jakarta, 18 Juni 2013. Banyak orangtua petenis yang mendukung kegiatan putra dan putrinya dipertenisan kita, bahkan banyak pula yang mengirimkan putra putrinya ke tempat temat atau pelatih pelatih yang berkualitas. Ada yang dari luar Jawa dikirimkan ke Jawa dan kalau dari luar Jakarta ada yang dikirimkan ke Jakarta.
Pengamatan saya selama ini beberapa pelatih di Jakarta menerima petenis dari luar Jakarta ikuti latihan ditraining camp yang dibuatnya. Bahkan ada yang menampung akomodasi maupun pendidikannya. Sedangkan masalah pendidikan ada juga yang tidak melanjutkan sekolahnya, tapi ada juga yang masih perhatikan pendidikannya berupa sekolah formal dan home-schooling.
Kalau ditanyakan kepelatih ada beberapa pendapat, ada yangmenghendaki tidak usah sekolah jadi bisa konsentrasi di tenis, artinya pagi maupun sore kehidupannya disekolah.
Banyak pula orangtua diodaerah sering bertanya kepada saya minta pendapat agar bisa ikut training camp pelatih pelatih. 

Sewaktu masih duduk dikepengurusan tenis (Pelti) saya harus bersikap netral karena saya punya adik kandung Alfred Raturandang memiliki Training Camp (ARTC( di Senayan dan menampung dirumahnya petenis daerah seperti Putri Sanjungan Insani (Gresik), Almirah Rahman (Malang), Anggy Ervan Kurnia Adi (Semarang) Ketika ditanya pelatih mana yang saya rekomendasikan maka karena harus netral, saya katakan semua pelatih tenis itu bagus , tergantung kemampuan masing masing orangtua untuk memilih pelatih mana dengan fasilitas fasilitasnya.
Dari pantauan saya training camp yang dikunjungi petenis luar kota yaiti Gunawan Teho di Cilandak, Ardi Rivali di Cibubur, Deddy Prasetyo(Senayan), Deddy Tedjamukti (Bintaro), Roy Morrison (Rawamangun), Arianto Poerbo (Kelapa Gading), BNI Junior Tennis School, YBTA ( Bulungan), Bunge Nahor (Jakarta Selatan), Alfred Raturandang (Senayan).
Pesan saya kepada mereka harus berani berbicara dengan pelatihnya untuk minta targetnya dan jangka waktu penyampaian target. Karena banyak juga yang datang sudah sampai 2 tahun bahkan lebih dilatih tidak ada kemajuan. Banyak korban saya perhatikan karena ketidak berhasilan petenis yunior ditangan pelatih pelatih tersebut. Apalagi ada pelatih yang
Bagaimana kita mengetahu keberhasilannya. Sebenarnya gampang saja, bisa kita pasang target melalui PNP (Peringkat Nasional Pelti) sebagai tolak ukur atau ITF Junior rankingnya. Dalam jangka waktu tertentu sudah bisa dievaluasi, setiap bulan bisa dilihat kemajuannya karena turnamen tenis setiap bulan itu ada di Jawa ini. Untuk pindah ketempat yang lain bisa pakai target minimal 1 tahun. Kira kira begitu caranya sebagai masukan dari saya kepada orangtua..
Tetapi yang tidak kalah penting bagi saya , petenis yunior itu tidak lupa dengan pendidikannya dan lebih baik sekolah formal, kemudian home-schooling. 
Saya melihat banyak petenis yunior tidak punya etika karena tidak sekolah sama sekali, sehingga mereka hanya bergerombol sendiri membentuk grup sendiri, kurang mau membuka diri dengan teman teman lainnya. Pentingnya etika bagi saya nomor satu.

Tidak ada komentar: