Minggu, 29 Juli 2012

Referee salah maka Re-Draw wajib dilakukan

Jakarta, 29 Juli 2012.Kemarin saya sempat ngobrol dengan rekan pelatih ataupun pembina tenis , membicarakan masalah RE-DRAW dilakukan oleh Referee disuatu turnamen. Pengertian akan Re-Draw itu masih belum semua pihak yang terkait mengertinya. Saya sendiri hanya berdasarkan pengalaman saya selama ini baik ikuti setiap turnamen internasional bersama Referee orang asing suka melihat kejadian kejadian seperti Re-Draw. Saya ikuti sejak tahun 1989 sampai saat ini suka ikuti cara kerja Referee turnamen kelompok umum atau sekarang dikenal dengan Pro-Circuit. Memang harus diakui kalau sampai Referee lakukan Re-Drawberarti itu kesalahan Referee sendiri. Semua Referee tentunya tidak mengharapkan terjadi Re-Draw karena berarti itu kondite dari Referee sendiri. Apa saja yang membuat Referee sampai lakukan Re-Draw? Jika kesalahan dari Referee maka wajib hukumnya dilakukan oleh Referee. Kesalahan seperti peserta sudah lakukan kewajibannya seperti sign-in artinya sudah siap ikut serta, tetapi namanya tidak ikut diundi Referee. Maka dari itu sebelum dilakukan Undian (Draw) maka Referee harus mencek dulu nama nama yang sudah terdaftar dan sudah sign-in. Pernah terjadi sewaktu Green Sands Satellite Circuit (antara th 1989-1991) saya temukan kasus seperti ini. Terjadi dilapangan Brawidjaja Surabaya. Waktu itu setelah sign-in ganda dilakukan undian oleh Referee dan langsung dibuatlah Order of Play dan peserta yang namanya sudah dicantumkan dalam order of play langsung masuk lapangan untuk bertanding. Beberapa pertandingan sudah selesai, kebetulan saya duduk disamping Referee asal Australia (DB). Datanglah satu pasang peserta asal Malaysia yang tunggu giliran main kok tidak ada panggilan kemudian mereka mendatangi Order of Play dan lihat Drawnya.Kok nama mereka berdua tidak ada, langsung saja mereka ke meja Referee bertanya kok namanya tidak ada. " Apa sudah sign-in" ujar Referee DB. "Sudah." ujarpemain Malyaisa tersebut. KemudianRefere melihat daftar sign-in ternyata kedua pemain Malaysian tsb sudah lakukan kewajibannya. Apa yang dilakukan Referee saat itu sedang hampir seluruh pertandingan ganda sudah selesai bertanding. Langsung dilakukan "Re-Draw" dan dipanggillah kedua pemain Malaysia sebagai saksi dan diberitahukan kepada pemain yang sudah bertanding untuk diulang. Yang untung adalah pemain yang sudah kalah karena diberi kesempatan bertanding lagi mungkin lawan yang berbeda, karena oleh Referee dilakukan Undian ulang. Berarti bisa saja ketemu lawan yang berbeda atau sama. Dan ini tidak ada protes dari peserta. Mereka ikuti semua aturannya. Harus diakui banyak juga Referee Indonesia lakukan kesalahan sehingga harus dilakukan Re-draw.

Wasit Daerah Perlu Jam terbang

Jakarta, 29 Juli 2012. Sewaktu sirkuit nasional tenis ke X di Pekanbaru, saya bersama Sukardi yang sebagai Referee Sirkuit Nasional ini mempunyai tugas mendidik tugas dan kewajibannya kepada wasit ataupun linesmen yang disiapkan sebagai petugas di pertandingan PON XVIII nanti di Pekanbaru. Info awal yang saya dapatkan kalau mereka ini sudah pernah ikuti penataran wasit beberapa bulan silam seaktu dipersiapkan untuk pelaksanaan Kejurda Riau Cup. Beberapa hal yang harus ditekankan kepada mereka yang mayoritas nanti dipersiapkan sebagai linesmen di PONXVIII mendatang. Mulai dari sikap selama bertugas dilapangan sebagai linesmen. Apa yang saya ketemukan dilapangan. Mulai dari sikap berdiri , ada yang bersandar ketembok, ada yang sambil duduk main handphone. Ditegur tidak dengar karena masih asyik dengan handphonenya. Kamipun mulai bersikap keras karena oleh Referee sudah ditekankan kalau Sirkuit Nasional ini akan dipakai sebagai evaluasi ke PON nanti. Jadi bisa dicoret kalau dianggap tidak layak. Hak ini memang wewenang saya selaku Technical Delegate PON XVIII. Begitu juga wasit yang bertugas mungkin belum biasa diberikan Handy Talky. Ternyata swaktu sedang bertugas lupa kalau volume HTnya tidak dikecilkan sehingga sewaktu ada suara dari Referee terdengar oleh saya kebetulan sedang didalam lapangan untuk mengambil foto sekalian melihat cara kerja wasit dilapangan mulai dari awal sampai akhir. Karema mereka sedang dalam training juga maka saya langsung saja ke wasit tersebut beritahu kalau HTnya dikecilkan volumenya. Belum lagi disiplin kehadiran masih rendah. Bayangkan koordinatornya sendiri datang terlambat. Sehingga sewaktu briefing yang saya berikan kepadanya saya sampaikan kalau besok datang terlambat akan dihukum "push-up." Jawabannya "siap", karena dia itu militer. Hal yang sama saya perhatikan didalam mengisi score card ternyata ada yang harus diisi tidak terisi seerti waktu yang habis dalam satu set atau seluruhnya. Belum lagi tidak lazim penulisan angka disetiap gamesnya. Ini kebiasaan didaerah atau cara lamasaja. Ya mereka masih perlu jam terbang.

Permanent Fixtures

Jakarta, 29 Juli 2012. Ada keinginan menjadi wasit pernah diungkapkan oleh peminat yang datang dari kalangan tenis yang pernah diungkapkan baik langsung maupun melalui dunia maya. Memang Wasit itu adalah salah satu profesi yang bisa ditekuni secara serius didunia pertenisan.Banyak yang bisa didapat dari profesi wasit. Saat ini tenis Indonesia baru memiliki 14 wasit internasional atau dikenal dengan White Badge. Ini tingkat paling rendah dari wasit internasional. Diatasnya ada Bronze Badge, kemudian Gold Badge. Jika sudah memiliki Bronze Badge maka sudah bisa survive alias bisa ditekuni dengan full time. Sepengetahuan saya jika sudah mendapatkan predikat Bronze Badge maka tidak ada yang part time job, sehingga sudah bisa menghidupinya. Untungnya ditenis itu setiap minggu selalu ada saja turnamen internasional diberbagai negara kecuali bulan desember saja free tournament. Bisa dibayangkan juga untuk turnamen nasional saja di Indonesia sudah melebih dari 52 turnamen artinya setiap minggu adasaja turnamen. Ada pertanyaan kepada saya apakah kalau mau jadi wasit harus bisa main tenis? Ini pertanyaan yang setelah saya konsultasi dengan salah satu pakar wasit dunia yaitu Mr. Nao Kawatei. Dia sendiri bukan pemain tenis tapi bisa jadi wasit kemudian menjadi Referee. Menurutnya lebih baik orang yang fasih berbahasa Inggris tapi tidak tahu main tenis daripada pemain tenis tapi tidak tahu berbahasa Inggris, untuk dididik menjadi wasit internasional. Memang harus kita akui kelemahan wasit Indonesia adalah penguasaan bahasa Inggrisnya sangat lemah. Ini kendalanya. Nah, kalau mau jadi wasit maka perlu mengenal istilah istilah di dunai tenis yang harus dikenal oleh setiap wasit. Kita mulai dari istilah PERMANENT FIXTURES. Mulai dari Kursi wasit, Kursi pemain, Kursi linesmen. Begitu juga petugasnya seperti Ballboys, Linesmen, Penonton maupun pagar lapangan maupun lampu. Begitu juga pohon,matahari suara pesawat. Ini perlu diketahui karena akan menyagkut pelajaran yang akan diberikan dalam penataran wasit.

Kamis, 26 Juli 2012

Modifikasi Olahraga saat Berpuasa

Jakarta, 27 Juli 2012. Adasatu tulisan menarik saya angkat dari Harian Media Indonesia tanggal 27 Juli 2012. Ini merupakan tips sehat dari salah satu pakar Fitness dr. Rudi B Sjahruddin. Olahraga merupakan kebutuhan bagi tubuh untuk menjaga stamina. Adapun stamina dibutuhkan seumur hidup. Dianjurkan berolahraga seumur hidup, termasuk saat berpuasa. Tentu perlu modifikasi karena adanya keterbatasan makan dan minum. Modifikasi yang dimaksud ialah dengan menurunkan intensitas dan mengeser waktunya. Intensitas sebaiknya diturunkan 70 % dari porsi biasanya. Waktu olahraga yang baik adalah pagi hari, sore hari dan malam hari setelah berbuka puasa. Untuk pagi hari disarankan agar melakukan olahraga angkat beban (anaerobik) selama 20-30 menit. Jenis olahraga anaerobik menghabiskan energi dari karbohidrat saat otot keadan istrahat.Karbohidrat merupakan zat yang cepat diproses dan hanya bisa bertahan 1-4 jam. Di pagi hari karbohidrat dalam tubuh sehabis sahur masih tersisa dan bisa digunakan. Untuk olahraga areobik seperti lari atau jalan cepat bisa dilakukan sore hari menjelang buka puasa. Aerobik membakar energi lebih lama daripada anaerobik, yaitu setelah 20 menit berjalan. Karenanya, aerobik tidak disarankan untuk dilakukan di pagi hari karena dikhawatirkan menyebabkan dehidrasi. Tidak memaksakan diri berolahraga saat kondisi tubuh lemas. Disore hari gula darah sudah sangat rendah. Jika sudah merasa pening, lebih baik menunda olahraga hingga berbuka puasa. Jika dipaksakan ,pandangan bisa gelap lalu terjatuh.Dan bisa menyebabkan kram. Jika ingin berolahraga setelah berbuka puasa, disarankan dilakukan sebelum malan makanan berat. Sela waktu sebelum salat isya bisa digunakan untuk berolahraga karena saat itu kadar gula darah sudah membaik. Olahraga sebaiknya dilakukan setiap hari. Tapi jika kondisi tubuh kurang memungkinkan, tiga kali seminggu sudah cukup.Selama berpuasa kebutuhan nutrisi harus tetap dicukupi. Kecukupan nutrisi menjadi pendukung orang agar bisa berolahraga. Saat sahur pilihlah sumber karbohidrat yang memiliki indeks glikemik yang rendah seperti roti gandum dan beras merah. Makanan jenis itu. lebih lama terurai dan bisa bertahan sekitar 4 jam, lebih lama jika dibandingkan nasi yang hanya 1-2 jam. Selain itu kecukupan air minum 8 gelas per hari mutlak dipenuhi. Semoga Tips sehat ini bermanfaat bagi olahragawan kita.

Kandidat Ketua Umum PP Pelti

Jakarta, 26 Juli 2012. Diakhir tahun 2012 tepatnya tanggal 24-25 Nopember 2012 di Manado diselenggarakan Musyawarah Nasional PELTI. Maksudnya musyawarah ini karena masa bhakti PP Pelti periode 2007-2012 akan berakhir. Karena ini Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja sudah memasuki tahun keduanya maka sesuai dengan AD ART Pelti tidak bisa lagi memangku jabatan tersebut. Disamping itu pula Martina Widjaja sudah tidak mau lagi memangku jabatan tersebut. "Sudah capek lah". Kemudian saya teringat 5 tahun silam tahun 2007 dimana menjelang MUNAS Pelti di Jambi, dipertengahan tahun 2007 sudah gencar kandidat yang akan muncul. Tetapi kali ini ditahun 2012 adem ayem. Kenapa ya. Apakah sudah tidak ada kandidat lagi yang mau menjadi pengganti Ketua Umum lama ? Saya sendiri tidak tahu alasannya. Sewaktu awal tahun 2012, saya mendapatkan berita dari Rasuna Said sudah ada calon yang mau diunggulkan menjadi Ketua Umum PP Pelti mendatang. Gencarnya berita itu datang dari kalangan pelatih yang sering bermain tenis di Rasuna Said. Muncullah nama salah satu mantan atlet nasional era 1989-1990. Tetapi sekarang tidak kedengaran lagi. Sehingga banyak pertanyaan datang dari Pengprov Pelti siapa kandidat yang sudah masuk. Sayapun tidak bisa menjawabnya. sebenarnya diawal tahun 2012 saya menerima beberapa nama yang diusulkan oleh rekan rekan tenis. Katanya calon calon ini berminat menjadi Ketua Umum PP Pelti. Ada yang datang dari politician Senayan. ada dari kalangan militer, ada dari kalangan mantan petenis nasional dan pengusaha. Jadi total 5 nama masuk ketelinga saya dari pendukungnya. Sehingga sayapun berpikiran akan lebih seru kalau ada 5 kandidat yang muncul. Tapi itu diawal tahun 2012, kemudian dipertengahan tahun ini kok sepi sepi aja dan dua nama yang mundur seperti disampaikan kepada saya.

" Janganlah Egois "

Jakarta, 26 Juli 2012. Sewaktu terima daftar sementara peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII tahun 2012 Riau dari Tim Keabsahan PON XVIII tahun 2012, saya melihat ada kejanggalan dari daftar tersebut sehingga timbul pertanyaan apakah salah dalam menyusunnya, karena ini diambil dari buku besar yang pernah saya lihat di kantor PB PON di Pekanbaru yang isinya daftar nama peserta dari seluruh Provinsi dan semua cabang olahraga. Akhirnya sayapun cek ke kantor KONI Pusat. Ternyata sudah betul. Kejanggalan tersebut adalah ada satu provinsi yang lolos PON hanya tercatat 1 putra (hilang 3 putra) dan 6 putri. Saya sudah langsung kontak Pengprov Pelti setempat menanyakan kejanggalan tersebut. Karena menurut mereka daftar 4 putra dan 5 putri. Ada lagi dari Sumut yaitu nama Fernando Alfonso Bangun. Karena setahu saya itu nama 2 orang kakak beradik, Fernando Bangun dan Alfonso Bangun. Kejanggalan lainnya adalah beberapa provinsi mendaftar melebihi kuota yaitu 4 putra dan 4 putri. Dikirimnya 5 putra dan 5-6 putri. Sayapun mengerti maksud mereka daftar melebih kuota tersebut. Karena sebagai cadangan kuatir sewaktu entry by name (9 Juni 2012) dikirimkan dan setelah itu cidera. Kesempatan mencoret ada, tetapi untuk mengganti dengan nama baru diluar daftar yang sudah dikirim, tentunya tidak bisa. Karena nantinya akan secara resmi 4 putra dan 4 putri. Yang penting segera lakukan perbaikan dan diterima tim keabsahan PB PON XVIII secepatnya. Saya sendiri tidak tahu kapan daftar tetap dibuat Tim Keabsahan PB PON. Tentu perlu diketahui juga caranya yaitu Pelti Provinsi kirim surat ke KONI Provinsi dan KONI Provisni yang kirimkan daftar pesertanya ke PB PON XVIII. Setelah pemberitahuan saya ke Provinsi ada yang cepat tanggap tetapi ada yang dengan gammpang minta PP Pelti yang mencoretnya. Tidak semudah itu. Dan tentunya PP Pelti tidak bisa mencoretnya. Hanya PP Pelti beritahu ke tim keabsahan PB PON kalau kuota nya hanya 4 putra dan 4 putri. Nah,bagaimana kalau provinsi tetap ngotot kirim sesuai keinginannya. Semua itu berpulang kepada PB PON XVIII yang menentukan karena oleh KONI Pusat cabang olahraga tenis diberikan kuota maksimum 96 peserta yaitu untuk 12 provinsi baik putra dan putri. Apakah sudah dipikirkan dampaknya kalau dipaksakan sesuai kehendak sendiri? Ini yang harus dipikirkan juga. Selain masalah akomodasi, konsumsi dan yang tidak kalah penting adalah ID card hany diberika kepada pesertanya saja dan pelatih maupun manajernya. Sudahkah dipikirkan ketika dilepas dari provinsi atlet tersebut secara resmi masuk kontingen tetapi sewaktu di Pekanbaru tidak masuk kontingen termasuk fasilitas fasilitasnya. Apakah tidak merusak mental atlet tersebut setelah melihat situasnya ditempat dia itu bukan peserta PON sedangkan dikampung halamannya secara resmi sebagai peserta PON XVIII tahun 2012. Ini yang harus dipikirkan oleh pembinanya. "Janganlah egois !"

Sabtu, 21 Juli 2012

Alasannya permintaan pemain

Jakarta, 21 Juli 2012. Sewaktu berada di Pekanbaru saya sempat bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Andi Alfian Mallarangeng di lapangan tenis PTPN-V Pekanbaru Jumat 13 Juli 2012. Saya tiba jam 06.45 , Menteri sedang bermain tenis , kemudian setelah selesai saya datangi untuk pegang tangan menyambut kehadirannya. "E Om ada disini." ujarnya. Saya langsung katakan saya ini Technical Delegate PON XVIII nanti. Dan sedang ada sirkuit nasional tenis di Pekanbaru sebagai ajang persiapan PON XVIII tahun 2012 di Pekanbaru. Pertanyaan kedua muncul yaitu kenapa Davis Cup tidak jadi di Pekanbaru. Kemungkinan beliau ingin tahu alasannya. Langsung saya sampaikan kalau alasan utama adalah ini keinginan pemain kita sendiri. "Waktu menang main di Senayan, kok waktu finalnya main di Pekanbaru." begitulah cerita saya kepada beliau. Langsung tidak ada pertanyaan lain muncul dari beliau. Hal yang sama juga saya sampaikan kepada Ketua Bidang Pertandingan PB PON Rustam Effendi dikantor PB PON maupun kepada Ketua Panpel Tenis PB PON XVIII Sukirno Mus. Ini jawaban yang paling tepat sehingga tidak ada komentar komentar miring lagi. Tetapi ada cerita lain lagi sewaktu saya berada di lapangan tenis Kemayoran bertemu dengan salah satu anggota pengurus PELTI Provinsi. Saya dapat bocoran kalau Pengprov Pelti tersebut dalam rapat intern ada yang usulkan agar kirim protes kepada PP Pelti karena rencana mau selenggarakan Davis Cup berbarengan dengan PON XVIII di stadion PTPN-V Pekanbaru. Rekan saya itu katakan kenapa kirim protes sedangkan pemberitahun resmi PP Pelti ke Pengprov Pelti belum ada. Baru tenang. Inilah tenis kita. Kalau belum mendapatkan penjelasan yang dari sumber yang benar maka akan muncul berbagai komentar yang mayoritas komentar miring selalu. Aya aya wae lah

Kasusnya Berbeda

Jakarta, 21 Juli 2012. Ada satu pendapat yang berbeda datang kepada saya disampaikan oleh orangtua pemain. Pendapat yang berbeda sah sah saja. Dan mungkin saya benar tapi bisa saja saya salah. Masalah tidak boleh Provinsi ganti atlet yang justru menolong Provisni tersebut karena Peringkatnya sehingga Provinsi tersebut bisa lolos langsung ke PON tanpa melalui Pra-PON. Waktu itu saya berikan perumpamaan. Yaitu Davis Cup. Babak penyisihan tim nasional turun dengan 4 pemain. Kemudian setelah itu masuk babak kedua karena menang sebelumnya yang jarak waktunya bisa dua atau 3 bulan kemudian. Maka tim nasional bisa diganti seluruh anggota timnya dengan pemain baru yang tidak ikut dibabak penyisihan tersebut. Hal yang sama untuk Fed Cup ataupun Junior Davis Cup dan Junior Fed Cup. Contoh ini kemudian disanggah karena contoh Davis Cup itu karena sudah bertanding, tetapi pemilihan PON itu berdasarkan PNPnya. Jadi kasusnya berbeda. Betul sekali kasusnya berbeda, karena yang satu internasional dan yang satu lagi nasional. Ya, setiap orang punya argumentasi bisa tidak sama. Ya sudah kalau begitu ajukan saja surat kepada Arbitrase Olahraga saja. Silahkan coba itu anjuran saya kepadanya. Dan saya tidak mau pusing masalah ini. Namanya hanya mau bantu pemikiran saja, walaupun saya punya pendapat yang belum mau saya ungkapkan. Masalah Provinsi mau coret nama nama yang kelebihan kuota itu haknya Provinsi yang tentunya ada yang berat mencoretnya. Bagi pembina tentunya tidak ada pilihan lain karena setiap atlet tentunya berjiwa sportip walaupun pembinanya tidak sportip. Atlet akan terima masalah dicoret atau tidaknya. Namanya juga kompetisi. Maka dari itu jadiah THE BEST sehingga akan jadi pilihan utama.

Macam Macam Alasan Ganti Atlet

Jakarta, 21 Juli 2012. Berbagai alasan yang akan digunakan oleh Provinsi didalam mengganti nama atlitnya disaat sebelum atau sesudah entry by name dikirim. Sewaktu Oktober 2011 dikirimkan 4 nama baik putra dan putri yang akan digunakan sebagai seleksi tim lolos ke PON atau tidak kecuali tuan rumah langsung lolos. Dunia tenis itu padat dengan kegiatan sehingga prestasi atlet dalam beberapa bulan bisa berubah. Jarak antara Oktober 2011 ke Juni 2012 cukup banyak waktu naik turunnya prestasi atlet. Munculnya Sirkuit Nasional Pelti banyak membantu Provinsi menilai atletnya sebagai bahan evaluasi untuk tim PON yang sudah disiapkan jauh jauh hari sebelumnya. Munculnya atlet baru yang selama tahun 2011 tidak pernah kelihatan tetapi begitu Sirkuit Nasional 2012 Manfaat dari Srkuit Nasional yang digelar PP Pelti bekerjasama dengan Pengprov Pelti cukup bermanfaat sekali. Dari Sirkuit Nasional ini bisa diketahui peta kekuatan Tenis di PON XVIII kalau kita jeli melihatnya. Menuju Juni atau Juli 2012, banyak kriteria diberikan oleh Provinsi terhadap atlet atlet yang sudah masuk dalam Pelatda mereka sejak awal tahun 2012. Mungkin salah satunya adalah prestasi atau PNPnya. Bisa juga disiplin dalam Pelatda, atau kerjasama dengan pelatih maupun manajer tim. Ini juga penting. Artinya atlet tidak bisa seenaknya saja karena merasa sudah lolos PON maka so pasti aman kedudukannya. Ini pernah terjadi sewaktu menjelang PON XVI di Palembang 2004. Sewaktu Pra-PON dilakukan maka ada salah satu Provinsi yang sudah lolos ke PON dan atletnya tidak mau latihan atau muncul ketidak cocokan antara atlet dan pembinanya. Sehingga diusulkan agar Pra_PON itu bukan 6 (enam) bulan sebelum PON.(Ini ketentuan KONI Pusat) Kalau sekarang masih terjadi demikian sebenarnya yang rugi atletnya sendiri. Memang ada orangtua yang katakan langsung kepadasaya kalau perlu anaknya tidak ikut PON, dan ini bukan masalah baginya. Dan ternyata dibuktikan kata kata tersebut. Sekarang anaknya dikirimkannya sekolah keluar negeri.

Provinsi Ganti atletnya

Jakarta, 21 Juli 2012. Berbagai alasan akan datang atas tanggapan terhadap ketidak setujuan atas pergantian atlit dilakukan oleh Provinsi peserta PON seperti tulisan saya sebelum ini. Saya diberitahu oleh salah satu orangtua yang anaknya ternyata dicoret dari squad PON Provinsi tersebut dan diperlihatkan surat resmi dari Pelti Provinsi tersebut yang telah mencoret nama atlit yang sebenarnya berjasa karena memiliki peringkat nasional yang bisa membuat Provinsi tersebut bisa lolos tanpa ikuti Pra-PON. Beberapa bulan sebelumnya saya sudah berikan nasehat kepada orangtua tersebut ketika yang bersangkutan minta pendapat pribadi saya masalah ini. Tetapi ada rekan saya lainnya sependapat dengannya kalau Provinsi tersebut tidak bisa mencoret nama atlit yang sudah terdaftar beberapa bulan sebelum akhir tahun 2011 karena akan dilakukan Pra-PON . Sebenarnya saya tidak mau ikut campur masalah atlit tersebut, tetapi diminta pendapat saya masalah ini maka saya berikan sesuai dengan pengertian saya pribadi. Saya harus katakan pendapat pribadi karena pendapat institusi bisa saja berbeda asalkan dibicarakan dalam rapat resmi. Permintaan harus secara tertulis ke PP Pelti Yang harus diperhatikan adalah sewaktu entry by name dikirimkan oleh KONI Provinsi ke PB PON maka nama yang sudah masuk tidak boleh diganti oleh pemain lain. Intinya pergantian kalau mau dilakukan adalah sebelum entry by name dikirimkan. Ada beberapa Provinsi yang merubah nama atletnya sewaktu pendaftaran ke PP Pelti dibulan Oktober 2011 dimana yang digunakan seleksi untuk bisa lolos ke PON adalah 2 pemain yang memiliki Peringkat Nasional terbaik. Maka dikirimkannya 4 nama putra dan 4 nama putri. Kemudian sewaktu entry by name dikirim maka ternyata ada yang kirim 5 atlit artinya melebih kuota.Ini saya ketahui karena PP Pelti menerima daftar sementara peserta dari tim keabsahan PB PON. Karena sementara maka tentunya akan ada daftar tetap yang nanti dikirimkan kepada Technical Delegate yang akan bekerja berpatokan nama yang telah diakui oleh tim keabsahan PB PON. Jika nama tersebut sudah diterima sewaktu entry by name diberlakukan maka tidak ada lagi nama baru yang boleh dimasukkan. Tetapi jika yang dikirimkan sewaktu entry by name melebihi kuota maka Provinsi harus mencoret satu nama dari nama yang sudah dikirimkan sebelumnya. Ini kelihatannya hanya trik dari Provinsi untuk menjaga agar bisa diganti karena bisa terjadi salah satu atletnya cidera atau sakit. Tetapi jangan lama lama karena PON sudah tinggal 50 hari lagi. Sewaktu saya sampaikan kepada pelatih ataupun pembina dari Provinsi adayang sampaikan kalau diijinkan oeh Pelti bisa bawa lebih ke Pekanbaru. Ini yang jadi masalah karena saya hanya ingatkan kalau cabang olahraga tenis diberikan jatah maksimum 96 pemain yang terdiri dari 48 putra dan 48 putri. Mungkin merasa soal akomodasi (ini sangat terbatas) ada yang berpendapat bisa cari sendiri. Begitu juga masalah konsumsi dan transportasi. Tapi PB PON tidak akan keluarkan ID Card peserta lebih dari kuota tersebut. Apa tidak kasihan ada atlitnya yang gunakan ID Card PON XVIII (juga satu kebanggaan karena mayoritas peserta PON XVIII belum pernah ikut PON) dan ada yang tidak ada ID Card yang artinya statusnya bukan peserta. Atau mungkin jadi suporter saja, that's OK.

PON : Bolehkah Atlet diganti

Jakarta, 21 Juli 2012. Setiap pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional atau PON selalu ada saja masalah yang muncul yang membuat siapa saja yang memegang jabatan sebagai Technical Delegate akan mendapatkan cobaan besar. Sewaktu PON XVI di Palembang tahun 2004, saya teringat masalah yang muncul waktu itu adalah petenis Jawa Barat Angelique Widjaja yang sewaktu Technical Meeting masih bertanding di US Open. Oleh manajer timnya waktu itu Atet Wijono ,saya katakan kalau Angelique Widjaja masih bertanding di US Open dan tidak bisa hadir. Oleh Atet yang juga ngotot kalau Angie sudah berjanji dengan Pangdam Siliwangi kalau dia mau ikut PON bela Jawa Barat. Padahal saya ikuti di website US Open ternyata Angie masih bertanding di Ganda Campuran. Kenapa Atet ngotot karena kalau Angie tidak main maka Jawa Barat putri jadi bukan unggulan. Kemudian di PON XVII 2008 di Balikpapan waktu itu masalah status Ayu Fani Damayanti diperebutkan antara Bali dan DKI Jakarta. Saya harapkan sekali di Pekanbaru nanti PON XVIII tidak ada masalah tentang status atlit. Beberapa bulan lalu saya kedatangan salah satu orangtua atlet yang anaknya bertanding disalah satu daerah. Pertanyaan ini tentunya akan banyak pendapat yang berbeda dengan pendapat saya pribadi.Pertanyaannya adalah , jika suatu daerah yang lolos langsung ke Riau tanpa ikut Pra-PON, apakah bisa diganti pemainnya yang justru sebagai penentu dengan Peringkatnya yang mengangkat daerah tersebut. Ada rekan saya juga di kepengurusan PELTI mempunyai pendapat yang berbeda. Katanya tidak bisa daerah tersebut mengganti seenaknya, karena atlet tersebut justru yang menentukan. Untuk diketahui kalau sewaktu menjelang Pra-PON, PP Pelti terima daftar peserta dari setiap Pengprov Pelti, kemudian diambil 2 pemain yang mempunyai peringkat terbaik. Dari dasar ini maka ditentukan 8 provinsi langsung masuk PON termasuk tuan rumah tanpa seleksi, sedangkan lainnya harus ikut Pra-PON di Palembang awal bulan Desember 2011. Ketika saya ditanya masalah ini maka sayapun katakan provinsi tersebut bisa saja mengganti dengan pemain lain yang belum didaftar. Artinya didaftarkan pemain baru. Karena entry by name itu awal Juni 2012, maka setiap KONI Provinsi harus kirimkan nama2 peserta yang ikut PON. Kenapa saya berpendapat demikian, akan saya bahas kemudian. Hari ini saya terima daftar nama sementara dari tim keabsahan PON XVIII. Kenapa sementara, karena nama2 tersbut sudah dikirimkan ke setiap KONI Provinsi sehingga jika ada yang protes masih ada waktu untuk diproses. Dari nama nama tersebut maka dicabang tenis kelihatannya tidak ada protes lagi masalah status atlet. Apa betul?

Rabu, 18 Juli 2012

Sikap Referee kurang edukatip

Jakarta, 18 Juli 2012. Melihat perkembangan tenis didunia officiating, saya perhatikan dari cara kerja rekan Referee antara satu dengan lainnya ada banyak perbedaan karena setiap individu tentu punya sikap yang tidak sama. Ada satu keinginan sebenarnya dari saya jika menjadi petugas pertandingan maka sebaiknya bersikaplah yang komunikatip, dan edukatip. Khususnya bagi turnamen kelompok yunior. Karena sepengetahuan saya yang paling ribet jika disuatu turnamen yunior dibandingkan senior. Ribetnya karena ikut campurnya orangtua, pelatih ataupun pembinanya yang sering meramaikan meja pertandingan. Lebih banyak yang ebrtanya para orangtua ataupun pelatih maupun pembinannya dibandingkan petenisnya. Kenapa kita tidak memberikan pendidikan kepada peserta khususnya yunior. Agar mereka tahu hak dan kewajibannya disuatu turnamen. Sebagai contoh kecil khusus turnamen yunior. Yaitu yang membaw perlengkapan pertandigan seperti tas,raket, minumnya ternyata banyak dilakukan bukan oleh petenisnya. Nah, sebaiknya Refereepun bisa memberikan teguran untuk mendidik mereka. Jika dari kecil sudah dibiarkan maka akan berdampak diturnamen senior. Ada satu Referee yang cukup senior yang saya perhatikan. Akibat caranya menghadapi petenis maupun pelatih sehingga tidak disukai oleh mereka ini. Sewaktu Sirkuit Nasional di Pekanbaru, saya duduk dimeja sampingnya. Saya tahu Referee ini punya kebiasanaan yang sering berbicara di microphone menyampaikan semua pengumumannya. Ini menurut saya sangat mengganggu pemain yang sedang bertanding, apalagi kalau loudspoeakernya dihadapkan kedalam lapangan. Kalau menurut saya lebih baik semua pengumuman itu disampaikan secara tertulis dan ditempelkan dipapan pengumuman maka itu lebih baik. Ada kekuatiran masyarakat tenis itu malas membaca, sehingga bagi mereka lebih baik bertanya langsung. Ini yang harus dididik kepada mereka agar membiasakan diri untuk membaca pengumumannya. Begitu juga sewaktu pertandingan baru mau mulai saya langsung sampaikan kepada petugas dimeja yang disuruh oleh Referee , agar tidak mengumumkan pemain agar masuk lapangan. Karena sudah ada order of play maka tidak perlua diumumkan lagi mellaui pengeras suara. Cukup panggil wasit yang bertugas dan ballboysnya agar masuk lapangan. Tapi ada satu pemain dengan tenang masih duduk menungggu dipanggil. Sewaktu ditegur kenapa belum masuk lapangan, muncul jawabannya kalau dia tunggu dipanggil. Kebiasaan dikelompok yunior diterapkan dikelompok umum. Ini salahnya. Saya sendiri sering sampaikan kepada Referee, kenapa mereka sering bertanya akibat kurang informasi atau malas membaca pengumumannya. Tapi kita harus bisa mendidik mereka untuk suka membaca dengan cara katakan agar melihat langsung dipapan pengumuman yang sudah tersedia, bukan dengan cara langsung menjawabnya. Ada Referee yang karena seringnya harus melayani pertanyaan orangtua maupun pelatih jadi stress sehingga menghindar atau menjawab sekenanya saja. Ini akibatnya sehingga tidak disenangi masyarakat tenis.

Sirnas sempat digoyang

Jakarta, 16 Juli 2012. Pelaksanaan Sirkuit Nasional tenis ke X yang berlansgung di Pekanbaru memebrikan kesan tersendiri karena dalam perjalanannya banyak hal hal yang mau mencoba untuk merubah rencana awal. Itu semua datangnya dari dalam sendiri maksudnya dari rekan rekan panpel yang dibentuk oleh Pelti. Dalam kepanitiaan ada 4 nama dimana 1 sebagai ketua dan 3 lainnya adalah wakil ketua. Saya sendiri sebagai wakil ketua saja dimana idea saya sudah cukup bisa diterima semua. Keinginan saya agar diadakan dikota kota atau provinsi yang lolos ke PON sehingga tujuan diadakan untuk beri kesempatan. Maka masuklah nama Singaraja (Bali), Bantul maupun Palembang dan Pekanbaru sebagai usulan. Sebenarnya usulan saya Solo tetapi karena rekan2 dari Semarang ingin juga maka dipindahkan ke Semarang. Begitu ada sedikit kesulitan komunikasi antara ketua dengan Pelti setempat, saya sempat digoyang juga sama teman2 untuk dipindah kekota lainnya, biar enteng, Tapi saya tetap berkukuh agar tetap di Bali. Dan berhasil. Tetapi ada juga yang agak menggelikan bagi saya ketika terima masukan dari salah satu rekan yang mengatasnamakan masyarakat tenis karena mendapatkan laporan agar diadakan masters. Karena ini disebut sirkuit maka sudah harus ada mastersnya. Begitulah alasannya. Kedua teman lainnya termasuk ketua panpel sempat goyah juga tapi saya bertahan dengan pendapat saya. Akhirnya mereka tidak bisa bikin apa apa lagi. Saya hanya katakan kalau mau buat aturan dari awal bukan sedang berjalan kemudian dirubah rubah.

Senin, 16 Juli 2012

Kesan Amburadul

Pekanbaru, 15 Juli 2012. Saat ini berada di kota Pekanbaru dengan 2 tujuan yaitu pelaksanaan Sirkuit Nasional dan persiapan P\pelaksanaan PON XVIII 2012. Dari kedua kegiatan tersebut yang paling penting adalah persiapan PON XVII mendatang. Kekuatiran bisa terjadi kaena minimnya pengalaman rekan rekan di Pekanbaru terhadap pelaksanaan turnamen nasional/ Padahal kota Pekanbaru sudah pernah sebagai tuan rumah Piala Gubernu Riau yang yunior dan kelompok umum. Merea sendiri katakan kalau mereka ditahun 2012 sudah pernah selenggarakan Riau cup yang merupakan kejuaraan daerah. Sebenarnya tidak ada alasan jika kesan awal saya berada di Pekanbaru saya ungkapkan kalau panpel Sirkuit Nasional 2012 yang berlangsung 9-15 Juli 2012 itu sebenarnya " amburadu". Kenapa demikian, karena dihari pertama kualifikasi 9 Juli 2012, saya selaku Supervisor Sirnas bersama Referee yang sengaja saya bawa Sukardi karena dia nantinya di PON akan sebagai Technical Assixtant sehingga bisa menularkan pengetahuanya kepad apetugas pertandingan. hari pertama kami berdua tidak tahu siap petugas yang diturunkan dalam Sirnas, sedangkan rekan2 di Pekanbaru katakan mereka juga tidak tahu mau bertugas dibidang apa. Akhirnya ambil inisiatip minta teman2 yang dikenal untuk turun tangan. Dan lucunya ada satu rekan yang sebenarnya duduk dipanitia maupun PON nantinya di meja pertandingan. Saat diminta untuk menangani sign-i peserta Kualifikasi langsung menyatakan tidak bersedia karena dia tidak layak duduk dimeja pertandingan dengan alasan dia itu ketua bidang pertandingan di Pengprov Pelti iau. Heibat betul tanggapan ini. Hal yang sama ketika saya ingin memasang backdrop ataupun spanduk yangdibawa dari Jakarta, dibuat pusing juga karena petugasnya yang turun semua itu sudah berumur alias sepertinya berusia diatas 50 tahun. Hari pertama Minggu 8 Juli 2012 sebenarnya kami ingin bertemu seluruh petugas baik itu panpel, wasit/linesmen dan ballboys. Ternyata sangat sulitsekali seperti yang diungkapkan ketua panpel sendiri yang katakan hal ini sudah pernah disampaikan keseluruh anggota Panpel dalam raat mereka sebelumnya. Ternyata bisa dihitung dengan jari anggota panpel yang datang. Maka kamipun tidak mau tingal diam, dengan kumpulkan wasit/linesmen maupun ballboysnya saja untuk diberikan penjelasan penjelasan tugas dan kewajibannya. Beberapa hari kemudian saya minta kepada ketua panpel untuk kumpul seluruh panpel dan dinyatakan bisa dilakukan malam hari di kantor Pelti Riau. Apa yang terjadi ternyata yang hadir juga tidak sampai 20 orang dimana tenaga pertandingannya tidak juga hadir. Kenapa, karena mereka sedang kerjakan POPDA. Artinya seperti yang saya kemukakan dalam rapat tersebut lebih penting POPDA dibandingkan PON. Langsung saya usulkan tenaga seperti ini dicoret saja dalam kepanitian PON mendatang. Saya akui begitu banyak nama2 yang dicantumkan itu seperti pengakuan ketua panpelnya adalah banyak titipan titipan saja sehingga yang benar benar bisa kerja lebih sedikit. Bagi saya bukan masalah dan saya tidak mau ikut campur urusan ketua panpel, tetapi yang saya tekankan wewenang saya adalah masalah wasit atau linesmen dan ballboys karena mereka ini yang akan terjun langsung dilapangan. Dalam pelaksanaan selama Sirnas saya perhatikan nama panpel yang sebenarnya harus tugas dimeja pertandingan cuma jalan jalan saja, sibuk kalau jatah makan atau konsumsi . Belum lagi masalah disilin panpel termasuk koordinator wasit yang sering terlambat hadir. Sewaktu mulai babak utama saya cek kembali kesiapan pelaksana turnamen, ternyata tenaga medis belum muncul, langsung saya beritahu kepada Referee untuk menunda pertandingan sampai petugas medis tersebut datang. Butuh waktu 1 jam baru muncul ke lapangan. Tentunya nanti banyak hal yang harus diperhatikanjika PON XVIII mau sukses pelaksanaan. Sayapun harus keras didalam pelaksanaan nantinya karena kurang disiplin tersebut. Kenapa bisa demikian, menurut penilaian saya disini ada dualisme sebagai penghamat panpel.

Sabtu, 14 Juli 2012

Masalah sign-in melalui telpon

Pekanbaru, 14 Juli 2012. Ada satu pertanyaan yang muncul kepada saya sewaktu berada di Pekanbaru. Apakah sign-in bisa diwakilkan? Ini perlu sekali karena kali ini Sirkuit Nasional Tenis itu pesertanya adalah peserta PON XVIII yang akan datang. Artinya usia peserta maksimum 21 tahum. Berarti banyak yang masih berstatus yunior (dibawah 18 tahun). Karena ini masa peralihan maka banyak juga kebiasaan sewaktu ikuti turnamen yunior masih sangat terasa. Terlihat juga dari pelatih maupun pembinanya yang sangat sibuk bertanya kepada Referee. Hal seperti ini sebenarnya tidak perlu. Coba kita perhatikan Referee asing (khususnya kulit putih) maka Referee akan bertanya kepada pelatih ataupun pembinanya atlit tersebut. jika tahu kalau itu pelattih maupun pembinanya maka pertanyaaan tersbut tidak akan dilayani. Kenapa begitu karena yang dilayani hanya peserta bukan pelatih atau pembinanya. Saya sering melihat pertanyaan pelatih ataupu pembinanya tidak dilayani apalagi sering2 bertanya masalah kapan main dll. Tetapi Referee Indonesia saking baiknya tetap dilayani padahal sering mengganggu jalan kerjanya Referee sendiri. Apakah sign-in bisa diwakili. Tentu jawabannya adalah tidak. Tetapi jika itu suatu kebijaksanaan Referee tentunya merupakan hak Referee sendiri. Begitu juga sign-in pakai telpon langsung ke Referee. Mayoritas Referee menolak tetapi bukan berarti tidak ada Referee yang menerimanya. Hal seperti ini belum dipahami oleh pembina tenis didaerah. Bahkan sewaktu dijelaskan masalah tugas Referee yang tidak mau umumkan masalah re-draw maka sempat pembina dari daerah ini mengatakan dia juga sudah biasa jadi Referee didaerahnya. Waduh, kalau sudah biasa jadi Referee kok tidak tahu tata cara seperti itu. Berarti ini Referee jadi jadian. Mereka lupa kalau jadi Referee itu ada jenjangnya. Tidak semua orang bisa sebagai Referee. Tapi lucunya sudah mengaku kalau didaerahnya biasa jadi Referee. Itu turnamen apaan sih.

Jumat, 13 Juli 2012

Re-Draw tidak wajib diumumkan

Pekanbaru, 13 Juli 2012. Ada satu kejadian di Sirkuit Nasional Pelti yang berlangsung di Pekanbaru, yang menurut saya menunjukkan ketidak tahuan pembina tenis dari daerah daerah. Kejadiannya begini. Sehari sebelumnya sudah diundi ganda putri. Dan sudah diumumkan melalui draw dipasang dipapan pengumuman. Ternyata ada kesalahan Referee yang lupa memasukkan nama pemain lain sehingga tidak ada di draw tersebut. Sebenarnya sehari sebelumnya Referee sadar akan kesalahannya sehingga sore itu juga langsung mengundi tapi belum sempat dipasang dipapan pengumuman karena belum sempat di tik karena listrik mati sehingga diambil inisiatip untuk ketik dihotel saja dan besok pagi diumumkan. Sebenarnya tidak bedanya kalau sore itu dipasang pengumuman undian baru tersebut karena sore itu semua pemain sudah kembali kepenginapan masing masing. Melihat ada 2 pembina dari Sumatra Barat dan Lampung sedang berdebat dengan Referee Sukardi yang saya tahu orangnya cukup tegas hanya saja sering over acting dan terlalu cepat tanggap atas protes yang datang, sehingga tidak menimbulkan simpati. "Kenapa tidak diumumkan kalau ada re-draw." ujar pembina dari Sumatra Barat. Mendengar hal itu sayapun langsung ikut nimbrung dengan maksud agar mereka ini tahu tata cara turnamen. "Saya hanya ingin jelaskan kalau kesalahan referee maka wajib hukumnya untuk re-draw. Dan sepengetahuan saya Referee tidak wajib mengumumkan kepada umum, cukup panggil saksi satu pemain kemudian langsung diundi." Kemudian saya dapat tanggapan. "Mana aturan tersbut secara tertuls." ujarnya pembina dari Sumatra Barat ini yang menunjukkan ketidak tahuan terhadap tata cara tersebut. Kemudian saya jelaskan ini aturan dari pihak Referee secara internasional. Mungkin karena kesalnya diapun katakan. "Ya, sudah suka suka lah." saking kesalnya kemudian langsung pergi. Tapi sebelumnya mereka katakan kalau mereka juga sering laksanakan turnamen dan saya kaget juga dikatakan kalau mereka suka jadi referee. Dipikirnya jadi Referee itu seenaknya sendiri sedangkan jadi Referee itu ada jenjangnya sendiri

Tanpa wasit didik atlit curang

Pekanbaru, 13 Juli 2012. Ada satu kritik lagi tentang RemajaTenis. Yaitu tidak gunakan wasit. "Buat apa kami membina wasit, kalau tidak digunakan." ujar dari salah satu pembina tenis dari Sumatra Barat. Kemudian saya kemukakan kalau RemajaTenis itu masih gunakan wasit. Kemudian dikatakan jumlahnya sedikit wasit yang digunakan. Akhirnya saya kemukakan, Mana lebih penting membina wasit atau atlit. Karena terus terang kendala suatu turnamen adalah beaya yang cukup besar. Sayapun kemukakan kalau dari beaya suatu turnamen 30 % itu beaya SDM (termasuk wasit). Sebagai pembina tentunya kita harus berupaya memenuhi kebutuhan atit. Janganlah kita membiarkan atau mengalah terhadap kendala tersbut , akibatnya minim turnamen. Ini yang terjadi khususnya diuar pulau Jawa Minim turnamen maka minim prestasi. RemajaTenis tetap gunakan wasit tapi jumlahnya tidak banyak, cukup sesuai kebutuhannya saja. Lebih efisien saja daripada buang buang dana yang tidak perlu, yang penting turnamen bisa berjalan. Tetapi ada lagi komen yang mengagetkan saya . Yaitu dengan tanpa wasit mendidik atit itu berbohong karena ingin menang. Langsung saya katakan inilah akibat atlit kita itu terlalu manja. Sebagai pembina harus sadar kalau atlit kita harus bisa mandiri. Mana ada juara karena licik. Sebagai contoh disetiap turnamen yang sibuk itu orangtua/pelatih bukannya si atlit sendiri. Kita harus bisa mendidik atlit itu hak dan kewajiban. Coba anda perhatikan kalau yang sibuk bertanya kepanitia itu bukan si atlit tapi pelatih atau orangtua. Sadarkah mereka ini bukan peserta tetapi statusnya penonton belaka. Kemudian saya kemukakan kalau di Luar Negeri turnamen itu tidak gunakan wasit Nah, saya juga kaget diberikan tanggapan yang menunjukkan kalau dia itu masih picik karena tidak tahu. "Negara mana yang tidak gunakan wasit." begitu semangatnya bertanya. Ini pertanyaan yang menunjukkan kalau dia tidak tahu. Saya kemukakan kalau di Australia mauapun Eropa tidak giunakan wasit.Beberapa negara Asia juga begitu. Hal yang sama di turnamen senior atau Pro Circuit. " Coba Anda tanya kepada petenis nasional kita yang sering bertanding keluar negeri." Akhirnya dia terdiam juga setelah saya kemukakan.

Kritik terhadap RemajaTenis dari Sumatra Barat

Pekanbaru, 12 Juli 2012. Dalam percakapan singkat saya dengan salah satu pembina tenis dari Padang, sempat diberikan semacam kritik terhadap turnamen RemajaTenis yang merupakan gagasan saya untuk memecahkan kebuntuan terhadap ketiadaan dana sehingga turnamen tenis tidak bisa diselenggarakan. "RemajaTenis itu pesertanya banyak yang baru belajar dibandingkan prestasi." ujarnya cukup sengit. Mendapatkan kritik seperti ini saya tidak kaget karena mereka ini tidak mengerti tujuan dari pelaksanaan RemajaTenis tersebut. Langsung saya kemukakan kalau ujuan saya buat turnamen adalah untuk memenuhi kebutuhan atlit tenis yaitu turnamen. Saya berpikir jika ini sebagai penyebab tidak berminatnya pembina tersebut yang juga putra/putrinya sebagai atlit. Kemungkinan besar atlit binaannya ini kurang pesat laju prestasinya. Mungkin juga saya salah karena dia ini seorang sarjana pendidikan sehingga mempunyai teori teori tersendiri. Tapi kalau saya lihat daerahnya sendiri minim turnamen nasional. Tetapi yang bertentangan dengan kenyataannya , putra/putrinya sendiri juga suka ikut turnamen RemajaTenis. Berarti dia itu hanya mau berikan kritik kritik saja. Ha ha ha

Selasa, 10 Juli 2012

Referee tidak konsisten

Pekanbaru, 9 Juli 2012. Ada satu masalah selama ini yang mengganjel didalam pertenisan kita ini. Masalah ini sebenarnya disebabkan oleh tidak pedulinya bagi pelaku pelaku sendiri. Khususnya masalah ini di suatu turnamen tenis. Seperti kita ketahui kalau turnamen tenis itu sudah ada aturan mainnya yang baku Mulai dari turnamen internasional maupun nasional. Yang nasional sudah ada dalam Ketentuan TDP (Turnamen Diakui Pelti). Ketentua ini awalnya saya sendiri yang membuatnya ditahun 1988, dan selama ini sudah ada beberapa korksi koreksinya. Disetiap turnamen ada aturan mainnya dan jika ada pelanggaran maka ada hukumannya yang dipertenisan disebut penalti. Tetapi kalau saya lihat dan amati tidak semua pelaku turnamen khususnya yang menjalani atau sebagai pengawal aturan adalah petugas Referee. Saya kali ini bersama dengan rekan Referee Sukardi yang saya tahu orang paling kaku terhadap penerapan aturan aturan turnamen. beberapa kali sejak dulu saya selalu berkonsultasi dengannya tentang masalah penerapan aturan. Dan saya tahu dialah yang paling setia jalankan aturannya. Tetapi belakangan dia sendiri sudah frustasi karena induk organisasi tidak peduli dalam jalankan aturan tersebut. kenapa demikian? Sebenarnya setiap pelanggaran oleh petenis disuuatu turnamen selalu ada hukumannya yaiti dituangkan dalam code of conduct. Untuk kelompok yunior hanya dikenakan hukuman dalam bentuk angka atau poin, sedangkan kelompo seniro dalam bentuk hukuman denda uang. Sukardi pernah terapkan disutu turnamen ternyata ada satu petenis nasional yang dikenakan hukuman denda Rp. 500 rb dan tidak boleh ambil uang hadiahnya. Dan dia selaku Referee tersebut sudah umumkan masalah itu. Tetapi secara diam diam panitia memberikan juga hadiahnya. Entah kenapa saya sendiri tidak tahu. Saya hanya dengar ceritanya sendiri. Dan saya ajukan jempol kepadanya masalah ini. Ternyata belakangan ini banyak sekali pengunduruan diri pemain dari suatu turnamen baik yang sudah masuk dalam babak utama ataupun babak kualifikasi. Pengunduran diri tersebut ternyata tidak resmi, maksudnya tidak melalui pemberitahuan resmi atau dalam bentuk tertulis baik melalui surat ataupun email. Hanya melalui telpon langsung kepada Referee. Dan anehnya dilayani juga. Ada aturan yang jelas jika setelah entry deadline maka pengunduran diri tersbut aan kena sangsi dalam bentuk denda uang yang bisa dipotong dari turnamen yang akan datang dimana petenis tersbut ikut serta. Nah, ini yang perlu ditertibkan dan harus berani memberikan sangsi tersebut. Ternyata ada kecendrungan ketakutan Referee tersebut menerapkan sangsi . Kenapa ?