Rabu, 15 Juni 2011

Bingung Ikut Oneject atau RemajaTenis

Jakarta, 15 Juni 2011. Hari ini saya terima telpondari salah satu orangtua petenis yunior di Jogjakarta. Karena bingung maka bertanyalah kepada saya. Kebingungannya adalah di Bandung itu ada 2 turnamen yaitu Oneject International yang mempertandingkan KU 18 tahun dan 16 tahun di lapangan Siliwangi mulai 19 - 26 Juni 2011, sedangkan RemajaTenis di lapangan Caringin mulai 19-24 Juni 2011 mempertandingkan KU 10 tahun, 12 tahun dan 14 tahun.
"Saya pingin anak saya ikuti Oneject (KU16 th) dan RemajaTenis (KU 14 tahun)." Dalam hal ini saya langsung bertanya usia putranya apakah sudah berusia 14 tahun atau masih 13 tahun. Ternyata sudah berusia 14 tahun dibulan Mei 2011.
Kalau mau ikuti keinginan sendiri maka saya tentunya menganjurkan ikuti saja RemajaTenis. Tetapi saya tidak berbuat seperti itu. Yang saya anjurkan agar tidak boleh ikut keduanya, harus salah satu saja.Dan saya anjurkan agar ikuti Oneject Internasional saja yang mualii bertanding 22 Juni 2011. Kenapa ?
Saya berpendapat karena sudah berusia 14 tahun sebaiknya lebih mementingkan prestasi di KU 16 tahun saja untuk meningkatkan prestasinya. Bukan di KU 14 tahun

Harus ada Koordinasi antar Turnamen

Jakarta, 15 Juni 2011. Setiap pelaksana turnamen seharusnya saling berkoordinasi terutama jika jadwalnya berurutan. Hal ini saya ketahui jika disetiap turnamen internasional Referee diturnamen tersebut sebelum jalankan turnamennya atau adakan undian selalu berhubungan dengan Referee diturnamen sebelumnya. Tujuannya agar pesertanya tidak dirugikan.
Saat ini di Indoneia sudah mulai semarak turnamen nasional khususnya yunior. Saya hari ini bertemu dengan rekan dari Pelti DKI Jakarta yang sedang menjalankan turnamen nasional Thamrin Cup KU 12 tahun dan 14 tahun.
Rekan saya ini sempat sewot dengan pelaksana turnamen sebelumnya di Senayan. "Saya katakan seharusnya ada komunikasi antar kedua Referee turnamen. Masalahnya karena Thamrin Cup selenggarakan KU 12 tahun mulai hari Minggu 12 Juni 2011 untuk KU 12 tahun, sedangkan dihari Jumat sampai Minggu ( 10-12 Juni 2011) di Senayan ada juga turnamen nasional yunior. Akibat tidak ada komunikasi antar kedua turnamen maka Piala Thamrin merasa dirugikan. Apa sebab, karena turnamen tersebut hari Minggu baru memasuki babak semifinal dan final, sehingga pesertanya tidak bisa ikuti Thamrin Cup.

Jumat, 10 Juni 2011

Malas cari informasi ke internet

Jakarta, 10 Juni 2011. Menjelang pelaksanaan turnamen saya sering menerima pertanyaan pertanyaan mengenai turnamen tersebut. Hal ini sering terjadi selama ini, apalagi kalau menjelang pelaksanaan RemajaTenis yang merupakan salah satu gawe saya selama ini. Tetapi bukan berarti pertanyaan hanya mengenai RemajaTenis, tetapi juga menyangkut turnamen lainnya sepetri dibulan ini ada turnamen internasional Men's Futures dan Women's Circuit. Ditambah lagi dengan turnamen Thamrin Cup maupun Oneject dan juga Bankaltim Women's Circuit di Balikpapan.

Sebenarnya semua pertanyaan tidak perlu dilemparkan kepada saya karena jika masyarakat tenis itu khususnya petenis sendiri mau membaca atau ikuti semua informasi yang sudah tersedia di internet baik itu website ITF maupun masing2 turnamen maka tidak perlu pusing pusing bertanay kepada orang lain. Kebetulan saya ini masih mau melayani pertanyaan tersebut. tetapi kadang kala pertanyaan muncul disaat waktu dan tempat yang tidak tepat. Kenapa? Kadang kala jika saya sedang menyetir mobil, apakah itu tidak bikin pusing kepala saya ?
Yang saya anggap lucu sering kali saya terima pertanyaan datang dari orangtuanya. Bagi saya sebenarnya tidak perlu terjadi, jika putra atau putrinya sendiri yang bertanya mungkin saya masih menerimanya. Tetapi pernah sayapun menjawab dengan tujuan agar orangtuanya mengajarkan putranya sendiri yang bertanya. Dan untungnya orangtua tersebut mau menerima anjuran saya dan tidak lama kemudian putranya ( usia 16 tahun) mau menilpon saya untuk bertanya. Dan jawaban saya sangat sederhana yaitu baca situs Peleti sudah ada jawabannya.

Begitulah sering kali pertanyaan itu sangat sederhana jawabannya, yaitu bertanya kemana daftarnya, dan kapan waktu pertandingannya. Ini sangat mendasar sekali jika mau membaca atau ikuti dunia maya maka tidak perlu bertanya.

Senin, 06 Juni 2011

Kasus kasus dalam Turnamen

Jakarta, 6 Juni 2011. Banyak kejadian kejadian atau kasus kasus disetiap pertandingan yang sering didiskusikan antara wadit dengan Referee jika sedang ataupun setelah selesai bertugas. Ada beberapa kejadian di turnamen internasional di Surabaya minggu lalu diceritakan oleh ITF Referee Gary Au Yeung kepada saya. Saya tidak perlu sebutkan namnya. Diceritakan pula sewaktu ada petenis yang kena bola matanya sehingga tidak bisa melanjutkan pertandingannya. Oleh wasit yang bertugas disampaikan masalah injury melalui HT yang disediakan untuk komunikasi wasit dengan referee. Tetapi yang diceritakan setelah pertandingan wasit merasa tidak perlu melapor secara lisan langsung ke Referee. Dan oleh Referee dipertanyakan masalah ini dan dijawab tidak perlu. Ini aneh sekali, kata Gary kepada saya.
Belum lagi sewaktu wasit yang bertugas langsung ke toilet tanpa beritahukan kepada Referee, ini diangap wasit buat kesalahan didalam menjalankan tugas. Pemain saja kalau mau minta toilet break minta ijin ke wasit.
Seharusnya minta kepada Referee, karena wasit tersebut mau ke toilet. Sehingga pemain yang sedang duduk dikursi ada yang awasi.
Jadi kadang kala menurut pendapat pribadi wasit tidak perlu tetapi dimata Referee itu perlu. Maka sebaiknya hal hal seperti ini jangan sampai terjadi, maka saya sendiri menganjurkan sering seringlah wasit jika selesai bertugas tidak lansgung pulang karena sudah lelah tetapi menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan ITF Referee masalah kasus kasus seperti ini karena tidak ada dicantumkan didalam peraturan peraturan tenis.

Pemain Punya Hak Protes: sebelum dan sesudah

Jakarta, 6 Juni 2011. Ada satu kebiasaan lama yang ternyata keliru diterapkan selama ini. Kenapa dianggap keliru, karena saya mencoba berdiskusi dengan ITF Referee Gary Au Yeung yang kebetulan sedang bertugas di Jakarta. Suatu kebiasaan saya selama ini jika ada petugas ITF Referee sedang bertugas di turnamen internasional di Indonesia, saya menyempatkan diri berdiskusi masalah kasus kasus dipertandingan menyangkut peraturan peraturan tenis. Dan selama ini selalu mendapatkan sambutan cukup baik karena Referee sendiri merasa jarang sekali didapatkan dari official Indonesia mau bertanya selama mereka bertugas di Indonesia.
Setiap peserta turnamen punya hak untuk protes kepada wasit ataupun Referee. Nah, jika selama ini ada pertandingan yunior antara A melawan B, dan ternyata B kalah. Setelah pertandingan B bisa membuktikan kalau si A itu catut umur, maka biasanya selama ini yang saya ketahui diterapkan dalam turnamen, maka B tetap kalah dan si A tidak bisa melanjutkan pertandingan berikutnya.

“Setiap pemain punya hak protes. Jika sebelum pertandingan belum bisa buktikan karena keterbatasan waktu maka setelah pertandinganpun bisa dilakukan.” ujar Gary.
Belum lama ini kejadian di salah satu turnamen di Jawa Barat. Khususnya KU 10 tahun putrid, ternaya si A lawan B dimana A menang dan B kalah. Setelah ketahuan kalau usia A lebih maka seharusnya si B berhak bertanding selanjutnya. Tetapi saya lihat laporan Referee ternyata pertandingan antara A lawan B dinayatakan Default. Artniya kedua petenis tidak berhak bertanding. Ini tentu merugikan si B, tetapi hal ini yang diputuskan oleh Referee yang bertugas.

Tapi ada satu pertanyaan yang disampaikan oleh ITF Referee Gary Au Yeung kepada saya. “ Emangnya panitia tidak periksa entry formnya dan cek kebenaran data yang diberikan? “ Ini pertanyaan bagus sekali. Artinya sebagai penyelenggara harus kerja lebih keras lagi agar nama dan usia atletnya harus bisa diperiksa kebenarannya.