Minggu, 27 Februari 2011

Turnamen Disebut TDP

Jakarta, 27 Februari 2011. Saya sering terima pertanyaan dari masyarakat tenis masalah status suatu turnamen yang akan berlangsung. Hari inipun saya masih terima pertanyaan tersebut. Tetapi saya tidak menjawab, kuatir akan timbul seolah olah turnamen tersebut tidak perlu diikuti. Karena namanya turnamen itu kebutuhan atlet, dimana dibutuhkan sarana pertandingan sebagai ajang latih tanding atlet. Tetapi ada juga yang bertujuan mencari PNP melalui turnamen diakui Pelti.
Hari ini setelah berlangsung turnamen tersebut maka saya hanya kemukakan kalau untuk menjadi TDP Nasional maka persyaratannya adalah mengisi Formulir Pendaftaran TDP yang sudah disediakan oleh PP Pelti, setelah diterima oleh PP Pelti maka akan dikeluarkan Surat Keputusan dari Ketua Umum PP Pelti. Setelah keluar SK tersebut maka turnamen tersebut dimasukan dalam Kalender TDP 2011.
Memang ada turnamen yang sudah melaporkan rencana tersebut, tetapi setelah diberitahu harus mengisi formulir pendaftaran TDP ternyata tidak ada balasannya sampai turnamen itu sudah berlangsung belum ada tanda tanda untuk mengisi formulir pendaftarannya.

Yang perlu diketahui adalah semua turnamen yang akan mendapatkan angka untuk PNP ada 2 macam, yaitu turnamen Persami dan TDP Nasional. Kalau Persami tidak perlu melaporkan tetapi untuk mendapatkan poin PNP maka laporkan saja hasil lengkap. Lengkap yang dimaksud adalah hasil Draw seutuhnya dimana terlihat jelas kalah menangnya atlet. Disini berbeda dengan TDP Nasional yaitu harus keluar SK Pelti baru disebut TDP Nasional.
Tetapi tidak perlu kuatir jika turnamen tersebut tidak mengisi formulir pendaftaran TDP, tetap saja turnamen tersebut akan mendapatkan poin Persami saja.
Memang dalam promosi turnamen tersebut sering disebutkan kalau TDP, tetapi yang harus diketahui adalah pengakuan PP Pelti dalam bentuk SK Ketua Umum PP Pelti. Perbedaan TDP Nasional dengan Persami adalah poin PNP dimana TDP Nasional jauh lebih besar dibandingkan Persami.

Kartu Tanda Anggota Pelti bisa tanyakan ke Pelti

Jakarta, 27 Februari 2011. Pelti sedang galak galakan soal Kartu Tanda Anggota (KTA) Pelti sebagai persyaratan peserta untuk ikuti TDP Nasional. Sayapun meminta kepada rekan rekan RemajaTenis agar juga membantu mengumpulkan formulir KTA bagi yang belum mempunyainya. Dan cukup banyak yang sudah terkumpul. Sekarang masalahnya bagaimana hasil dari pembuatan KTA Pelti tersebut. Ternyata sudah banyak yang selesai tetapi belum diambil atau dbagikan. Sayapun mencoba membantu dengan membagikan kepada penyelenggara RemajaTenis sewakltu dilaksanakan.
Tetapi saya juga berikan data KTA yang sudah selesai akhir ini yang mana dikumpulkan melalui RemajaTenis.

Untuk itu sebaiknya petenis bisa menanyakan langsung ke PP Pelti melalui telpon 021 5710298 ditujukan ke Agus Widagdo soal KTA tersebut. Jika sudah ada catat saja nomernya sehingga sewaktu mendaftarkan di Turnamen cukup menyebutkan nomornya saja karena Referea akan memeriksa juga dalam daftar pemegang KTA Pelti yang akan dibagikan kepada setiap Referee.

Puas setelah lihat sendiri

Jakarta, 27 Februari 2011. Dua hari lalu saya sempat bertemu dengan salah satu orangtua petenis yang datang dari Kediri. Saat itu maksudnya datang ke Senayan untuk melihat PNP putrinya yang menurut dia sebelumnya tidak masuk akal hasilnya seperti tidak ada perubahan sedangkan prestasinya menurut dia dibeberapa turnamen terakhir ada kenaikan prestasi.
Setelah melihat dan mendengar sendiri penjelasan dilakukan oleh Agus Widagdo yang menangani PNP (Peringkat Nasional Pelti), diapun baru mengerti.
"Ternyata cukup jelas sekali apa yang ada di komputer Pelti. Bisa lihat hasil yang didapat oleh petenis disetiap turnamen." ujarnya kepada saya.

Memang selama ini banyak tudingan miring jatih ke Pelti karena dianggap PNP selama ini tidak transparan. Bahkan lebih sadis lagi dimunculkan rumor bahwa PNP bisa dibeli. Begitulah kecaman yang muncul selama ini. Bahkan rumor ini dimunculkan oleh orang Jakarta sendiri. Coba kalau mau datang lihat sendiri ke Pelti maka bisa didapatkan data data yang diinginkan.

"Salah besar kalau dikatakan PNP itu tidak benar selama ini. Coba datang saja lihat ke Pelti pasti dapat." ujarnya kepada saya.

Selenggarakan saja turnamen didaerah sendiri

Jakarta, 27 Februari 2011. Mencoba agar turnamen sebagai kebutuhan petenis bisa diselenggarakan disetiap daerah adalah pekerjaan yang tidak mudah. Setiap kali bertemu dengan masyarakat "gila" tenis yang datang jauh jauh ke Jakarta ataupun kota lainnya di Pulau Jawa, saya selalu memberikan masukan atau menghimbau agar mereka bisa juga selenggarakan suatu turnamen tenis didaerahnya sendiri.
Dengan selenggarakan turnamen didaerahnya sebenarnya banyak keuntungan bisa didapat oleh daerah tersebut, bukan hanya dampaknya terhadap pertenisan saja tetapi bisa dinikmati oleh masyarakat non tenis sendiri seperti hotel, usaha transportasi, restoran dll.
Kenapa sampai daerah tersebut tidak ada turnamen tenis? Karena selama ini semua tanggung jawab itu dilimpahkan kepada induk organisasi tenis yaitu Pelti didaerah tersebut. Kalau menurut saya hal seperti ini harus dirubah, karena masyarakat sendiri bisa lakukan hal ini, sedangkan Pelti sebagai fasilitatornya saja. Bukan karena saya masih duduk dikepengurusan Pelti maka saya bisa berkata demikian. Karena saya sendiri sudah lakukan sebagai penyelenggara turnamen tenis sewaktu tidak duduk dalam kepengeurusan Pelti.
Tetapi memang tidak semua petinggi Pelti didaerah itu mau menerimanya. Masih ada juga rekan kita di Pelti daerah merasa semua pelaksana turnamen harus minta ijin ke Pelti. Ini yang menurut saya sedikit keliru.
Saya sendiri pernah alami sedikit gangguan sewaktu selenggarakan RemajaTenis disalah satu kota di Jawa ini.

Ada satu masalah yang cukup memberatkan selaku penyelenggara turnamen adalah masalah beaya. Menurut pengamatan saya, 30 % beaya itu dari SDM, 30-40 % hadiah dari seluruh beaya turnamen. Jadi bisa dibayangkan betapa besarnya beaya dibutuhkan suatu turnamen. Dengan bekal seperti ini saya mencoba buat konsep turnamen yang meringankan penyelenggara yang tidak tergantung dari adanya sponsor yang saat ini sudah sulit didapat. Yaitu melalui Piala Ferry Raturandang dan sekarang RemajaTenis.

Sebaiknya masyarakat bisa kumpulkan beberapa pecinta tenis untuk bersama sama mencari dana, daripada secara perorangan kirimkan atletnya ikuti turnamen diluar daerahnya. Ikut serta beberapa atlet keluar daerah jika dihitung beaya yang dikeluarkannya sudah bisa selenggarakan turnamen didaerahnya sendiri. Dan yang bisa nikmati lebih banyak lagi atlet daerah tersebut.

Sabtu, 26 Februari 2011

Tidak lakukan lagi

Jakarta, 26 Februari 2011. Dalam beberapa bulan ini saya sering menerima SMS ataupun email dan juga Facebook tentang kalender TDP 2011. Harus saya akui kalau tahun sebelumnya saya yang mengedarkan kalender TDP keseluruh masyarakat tenis mulai dari Pelti dari Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kotamadya dan juga klub tenis, pelatih tenis maupun petenis yang memiliki email. Begitu juga rekan rekan anggota pengurus Pelti diseluruh tingkatan. Bahkan kalau ada TDP baru masuk, langsung saya buatkan dan kirimkan secepatnya.

Kenapa sekarang saya tidak lakukan lagi? Padahal dulu setiap bulan minimal 2 kali saya kirimkan kalender TDP keseluruh Pelti Provinsi, Kabupaten, Kotamadya, Klub, pelatih dan orangtua maupun petenis.

Pertemuan Pertama

Jakarta, 26 Februari 2011. Hari ini saya terima undangan untuk pertemuan dengan pelaksana turnamen RemajaTenis. Inisiatip ini cukup baik karena selama ini pelaksanaan RemajaTenis saya lakukan secara iseng saja sehingga bisa berjalan seperti apa adanya. Dan lebih eaknya saya mulai melepaskan RemajaTenis agar bisa berjalan sendiri.
Dalam pertemuan tersebut, saya kemukakan juga agar dalam pelaksanaan nanti harus lebih baik didalam melayaninya. Begitu didalam satu tim sudah harus bisa saling mendukung.
Sehingga masing masing anggota tidak perlu lagi diberitahukan tugasnya nanti dilapangan. Harus otomatis bisa jalankan dengan sendirinya.
Beberapa evaluasi disampaikan mulai dari kebiasaan buruk terhadap kebersihan disekitar meja panitia. Kebetulan pelaksanaan RemajaTenis di Jakarta di sekolah internasional Tiara Bangsa, sehingga kebersihannya sangat ketat sekali. Berbeda dengan di Ambarawa dimana lapangannya tidak terurus baik. Tetapi semua ini terpulang kembali kepada pelaku2 dilapangan.
Kebiasaan merokok ini harus sudah bisa dihilangkan baik petugas pertandingan mulai dari Referee, Tournament Director, petugas meja dan wasit wasit. Buang sampah sembarangan sering terjadi. Kesepakatan sudah harus bisa dijalankan dengan konsukuensi jika masih tetap terjadi maka kerjasama ini bisa diputuskan saja.
Kemudian disampaikan juga masalah finansial didalam kedua RemajaTenis di Jakarta dan Ambarawa, maksudnya agar petugas RemajaTenis merasa memilikinya, bukan hanya AFR saja.
Ini pertemuan pertama kali sebagai inisiatip Direktur Turnamen yang dipercayakan membenahinya.
Mudah mudahan bisa terlaksana dengan baik di RemajaTenis berikutnya mulai tgl 11-13 Maret 2011 di Jakarta dan tanggal 18-20 Maret 2011 di Tegal.

Evaluasi RemajaTenis di Ambarawa dan Jakarta

Jakarta, 26 Februari 2011. Setelah berhasil berlangsungnya TDP Nasional RemajaTenis di Jakarta dan Ambarawa dalam waktu yang bersamaan yaitu 12-15 Februari lalu, saya mau mengevaluasi pelaksanaannya. Ini sebagai pelajaran bagi pelaksana turnamen tenis yunior. Harus diakui kalau setiap pelaksanaan turnamen nasional belum ada yang memuaskan semua pihak karena rumitnya diakibatkan banyaknya event atau jenis pertandingan. Harus diakui jika selenggarakan KU 10 th, 12 th, 14 th dan 16 tahun baik putra dan putri maka ada 8 events.
Menyadari rumitnya pelaksanaan seperti ini sayapun harus memberikan contoh bagaimana sebaiknya didalam melaksanakan. Karena kunci dari semua ini adalah perencanaannya. Dengan perencanaan yang baik maka pelaksanaannya akan lebih baik.
Akhir tahun saya melihat TDP FIKS TELKOM sudah lebih baik dari sebelumnya. Sudah ada order of play diedarkan melalui website sehingga semua sudah bisa membacanya. Ini solusi terbaik, karena kebiasaan Referee membuat order of play setelah pertandingan hari itu selesai. Jadi banyak peserta yang sudah pulang sehingga order of play ini dibaca keesokan harinya. Order of play ini dipasang di tempat pertandingan.

Dalam pelaksanaan RemajaTenis ( 12-15 Febr) di Jakarta, bersyukurlah order of play sudah bisa dibaca di bloggernya RemajaTenis sehingga sebelum kelapangan sudah bisa mengatur jadwal kedatangannya. Hanya yang masih belum bisa lancar awalnya adalah di Ambarawa. Ini karena komunikasi internet di Ambarawa belum mulus sekali. RemajaTenis akan datang harus bisa dimanapun diselenggarakan , memberikan order of play melalui bloggernya.Memang tidak semua petenis membiasakan dengan internet. Tetapi sudah waktunya petenis lebih familiar dengan dunia maya ini.

Saya menerima SMS dari masyarakat tenis setelah selesainya RemajaTenis tersebut. Untuk Jakarta dipujinya dan diminta agar bisa konsisten, tetapi di Ambarawa ada masukan merupakan kejadian dilapangan. Kelihatannya kurang siapnya petugas wasit dilapangan, sehingga ada kejadian pertandingan seharusnya belum selesai dinyatakan selesai. Ini karena tidak menggunakan wasit tetapi pengawas pertandingan. Wasit pengawas disebutkan terlalu banyak ngobrol bersama rekannya didalam menjalankan tugasnya. Ini masukan yang baik, dan akibat menggunakan wasit lokal yang "mungkin" minim pengalaman. Artinya pengawas tersebut tidak mengikuti jalannya pertandingan.

Dari pelaksanaan RemajaTenis ini saya terima permintaan agar digunakan wasit. Memang RemajaTenis hanya gunakan wasit setiap pertandingan untuk KU 10 tahun saja dan babak final kelompok lainnya.
Ini perlu juga diberikan petunjuk kepada wasit wasit yang sebagai pengawas didalam menjalankan tugasnya dilapangan. Dimana hak dan kewajibannya selama didalam menjalankan tugas sebagai pengawas. Saya akan konsultasikan kepada bidang yang menanganinya.
Apa yang harus dilakukan oleh pengawas (wasit)jika ada pemain yang lakukan pelanggaran seperti foot fault (ini tidak bisa dilihat oleh lawannya).
Disini pentingnya pengetahuan bagi petenis yunior atas peraturan peraturan tenis. Saya telah mencoba berikan kasus2 pertandingan didalam jaringan sosial seperti Facebook. Hasilnya ternyata banyak juga yang belum mengetahui aturan dipertandingan tenis. Sebagai contoh, jika lakukan servis bola sudah dilempar keatas tetapi kemudian membatalkan rencana memukulnya tetapi bola tersebut ditangkap dengan raket saja. Ada dua macam jawabannya, yang mengatakan boleh dan tidak boleh padahal sebenarnya jawaban yang benar boleh. Ini menunjukkan pengetahuan petenis masih belum sempurna masalah kecil seperti ini.

Minggu, 20 Februari 2011

PON itu Milik KONI

Jakarta, 20 Februari 2011. Sewaktu di Pekanbaru setelah acara penutupan selesai (13 Febr 2011), saya masih menyempatkan diri duduk bersama sama rekan2 anggota pengurus KONI Pusat. Yang diperbincangkan adalah masalah PON (Pekan Olahraga Nasional ) yang akan diselenggarakan di tahun 2012 di Provinsi Riau.
Ada 4 cabang olahraga yang ditolak diselenggarakan di Riau oleh Pengprov KONI Riau dan bahkan sudah ada SK dari Pemerintah. Jadi cabang cabang olahraganya sudah ditentukan. Tetapi sewaktu Rapat Anggota KONI ternyata perjuangan keempat cabang olahraga selaku anggota KONI berhasil lolos diputuskan harus dilaksanakan dalam PON. Masalah keempat cabang olahraga ini masuk dalam agenda komisi II sedangkan saya di komisi I.

Saya melihat ada kekeliruan yang tidak disadari oleh rekan rekan KONI baik KONI Pusat maupun KONI Provinsi. Memang anggota KONI Pusat itu adalah KONI Provinsi yang berjumlah 33 dan juga induk organisasi cabang olahraga. Sebagai anggota resmi tentunya induk organisasi cabang olahraga, maka keempat cabang olahraga tersebut oleh induk organisasinya mempunyai hak yang sama dengan cabang olahraga lainnya.

Keputusan diatas ditanggapi oleh Gubernur Riau selaku Ketua Umum PB PON dengan tetap menyatakan kalau keputusan Pemerintah tidak bisa dianulir di Rapat Anggota KONI ini.
Sayapun menyampaikan kepada rekan rekan KONI Pusat bahwa sebenarnya yang mempunyai gawe PON itu adalah KONI bukan induk cabang olahraga atau dikenal dengan istilah PB/PP (Pengurus Besar/Pengurus Pusat). Sebagai contoh saya katakan di tenis itu ada namanya rules of tennis dan tournament regulations.Nah, Rules of tennis itu dibuat oleh PP Pelti yang mengacu kepada ITF. Sedangkan Tournament Regulations itu dibuat oleh penyelenggara yaitu KONI. Jadi dalam kasus diatas sebenarnya cukup diputuskan oleh KONI bukan oleh PP/PB. Inilah kekeliruan yang saya naggap dilakukan di Rapat Anggota KONI.
Inilah masalah serius terjadi dari hasil Rapat Anggota KONI di Pekanbaru

Senin, 14 Februari 2011

Voting soal Musornas KONI

Pekanbaru, 13 Februari 2011. Hari kedua rapat anggota KONI ini memasuki acara komisi, maka dibagilah 3 komisi yaiti komisi organisasi, komisi pembinaan dan komisi umum. Saya ikuti komisi organisasi seperti biasanya saya ikuti rapat KONI.
Agendanya membicarakan hasil rekomendasi rapat sebelumnya ditahun 2010, dan hasil pemandangan umum kemarin.
Ketika membahas masalah permintaan Musornas KONI maka mulailah debat saling serang bagi yang menghendaki agar Musornas tetap sesuai jadwal, dan ada lagi yang menyetujui agar diundur setelah SEA Games 2011.
Saya melihat disini kalau memang dalam AD ART KONI memungkinkan untuk diundur kalau ada kegiatan multi event. Hanya saja tidak disebutkan berapa lama pengunduran waktunya.
Saya sendiri melihat permintaan mundur itu masuk akal dan tidak menyalahi AD ART KONI sendiri. Tetapi bagi rekan rekan dari induk organisai cabang olahraga lainnya begitu getol memaksakan agar tetap dijalankan Musornas tersebut tepat waktu.
Apa jadinya muncul pro dan kontra terhadap masalah ini sehingga pimpinan sidang yang juga Ketua Bidang Organisasi KONI Pusat Ngatino memberika jalan keluar yaitu dilakukan voting. Maka rapat diskors 5 menit untuk mengaur cara voting tersebut
Setelah 5 menit rapat dibuka kembali, setiap peserta diberikan 2 kertas warna hijau dan merah. jika memasukkan warna hijau berarti setuju diundur.
Mulailah yang pertama dipanggil unsur induk organisasi terlihat ada secara demostratip mengangkat kertas hiaju untuk meperlihatkan dirinya setuju diundur. Sewaktu kesempatan saya maju setelah dipanggil saya sudah berkonsultasi dengan Ketua Umum PP Pelti masalah ini karena saya menyadari hal seperti ini saya harus membawa nama Pelti bukan pribadi saya. Maka sayapun memasukan kertas hijau.
Pada akhirnya sewaktu dihitung seluruhnya ternyata yang setuju (warna hijau ) 53 suara dan 21 warna merah.

Perdebatan masalah Tata Tertib makan waktu 2 jam

Pekanbaru 13 Februari 2011. Hari pertama dimulainya rapat sudah jadi kebiasaan teman teman untuk saling interupsi. Bisa dibayangkan baru diacara tata tertib sudah terjadi saling interupsi oleh rekan rekan induk organisasi cabang olahraga. Tetapi selama ini saya perhatikan orang orang yang saling interupsi ini ternyata itu itu juga orangnya. Saling debat masalah tata tertib sehingga makan waktu 2 jam. Bisa molor waktunya. Tetapi yang saya sedihkan adalah caranya berinterupsi. Pimpinan sidang belum selesai bicara sudah saling berlomba lomba interupsi. Sound system penuh dengan interupsi. Mending mendengar suara nyanyian banyak orang tapi ini yang terjadi adalah saling adu kencang saja bicaranya. Yang saya tidak tahan kadang kadang caranya kurang berkenan bagi saya melihatnya. Ini olahraga bung !
Tetapi setiap rapat KONI selalu terjadi hal hal seperti ini. Ini baru bicara pengesahan tata tertib. Masalah acara yang sudah diagendakan ada yang terlihat kepentingan pribadi lebih ditonjolkan dari sekelompok rekan rekan ini yang saling adu kencang berebutan bicara. Nah, terlihatlah keinginan dari mereka dengan mamaksakan agar dicantumkan acara Musornas KONI yang diperkirakan Maret 2011.
Saya sempat berbicara dengan rekan rekan lainnya masalah ini dan muncullah ketidak simpatian dari rekan rekan ini yang sudah mulai berkampanye soal ketua umum KONI Pusat periode 2011 - 2015 mendatang. Sayapun katakan belum waktunya untuk masalah ini. Sayapun sempat berbincag bincang masalah usulan teman teman ini , ternyata banyak juga yang tidak simpati , bahkan ada yang katakan orangnya feodal sekali. Justru akan jadi bumerang bagi mereka. Mulailah saya berpikiran kalau figur ini akan menggunakan KONI sebagai alat mempromosikan dirinya ditahun 2014. Ini yang berbahaya untuk KONI sebagai wadah untuk tokoh tokoh olahraga yang seharusnya INDEPENDENT

Hampir ketinggalan koper

Pekanbaru, 13 Februari 2011. Saya punya pengalaman manis juga sewaktu mau berangkat ke Pekanbaru tanggal 11 Februari 2011 dengan Garuda Indonesia.
Turun dari taksi dibandara, satu koper saya sudah diturunkan oleh sopir dan diletakkan dipiggir dan saya sudah melihatnya. Karena saya waktu itu kedua tangan saya membawa laptop dan tas kecil maka sebelumnya saya sudah punya firasat kuatir akan ada yang lupa dari baaan saya ini. Apakah telpon selulernya atau tas lainnya, itu yang jadi pertanyaan saya sendiri. Memang kejadian juga. Sewaktu turun dari taksi saya lihat koper sudah diturunkan dan saya sibuk bayar taksinya. Kemudian jalan melenggang ke pintu masuk yang jaraknya dari tempat saya turun kira kira 50 meter. Sewaktu masuk kepintu untuk masukkan bawaan kedala alat detektor saya mulai menyadari kalau ada yang saya lupa yaitu koper pakaian saya tidak terbawa. Langsung saya ingat kalau tadi koper sudah diturunkan sopir taksi. Wah, cilaka nih bisa hilang pakaian untuk ke Pekanbaru.
Langsung balik kanan sambil jalan cepat penuh was was takut kehilangan koper tersebut sedangkan saya sudah harus berangkat 1 jam lagi. sampai diluar saya bingung juga karena banyaknya kendaraan yang turunkan penumpangnya yang mau brangkat. Saya tidak lihat ada koper yang dibiarkan begitu, Saya jalan lagi , akhirnya saya lihat koper itu tersendiri dipiggir jalan tidak dipindah orang. Bersyukurlah saya waktu itu karena koper bisa tidak hilang. Saya perkirakan ada 3 menit koper itu menyendiri tidak ada yang ambil.

Hotel Bintang Lima ala Pekanbaru

Pekanbaru, 13 Februari 2011. Setelah dua malam menginap disalah satu hotel bintang 5 dikota Pekanbaru, saya mulai melihat kejanggalan sebagai hotel bintang lima. Mulai dari kamarnya ternyata tidak disediakan tissue dikamar maupun kamar mandi seperti yang selama ini disediakan oleh hotel2 berbintang. Kemudian saya perhatikan handuk sudah dua malam belum diganti baru.
Ya, ketika saya bertanya kepada resepsinis , mendapatkan jawaban yang lebih aneh lagi. Soal tissue disebutkan kalau memang standard mereka begitu.
Kemudian pelayanan direstoran. Kebetulan saya bersama sama teman teman dari NTB, pesan makanan lama sekali. Dan saya melihat kenapa pelayannya sewaktu membawa makanan cukup dibawa tanpa gunakan nampan.
Sempat saya bertanya tanya dengan teman teman dari NTB masalah ini sewaktu makan siang dan jadi pembicaraan selama beberapa menit.

Saya punya kesibukan juga selama dihotel selama dua hari ini selain kesibukan ikuti rapat , saya memonitor jalannya turnamen RemajaTenis yang sedang berlangsung di Jakarta dan Ambarawa. Kalau sudah masuk kamar setelah selesai rapat, sayapun mulai buka laptop untuk berkomunikasi dengan internet. Saya bawa modem M2 saya tapi Limited service sehingga sulit alias tidak bisa conecting. Nanti setelah pkl 23.00 baru bisa tanpa gunakan modem tersebut karena menggunakan wi-fi hotel. Memang internet sudah seperti kecanduan bagi saya , dimana saja dan kapan saja saya harus membukan hubungan internet.
Sayapun bersyukur RemajaTenis bisa berjalan walaupun diselingi dengan turunnya hujan
.

Rapat Anggota KONI digunakan cari pengaruh

Pekanbaru, 13 Februari 2011. Tiba di Pekanbaru tgl 11 Februari 2011 dalam rangka memenuhi undangan Rapat Anggota KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) yang dihadiri 33 Pengprov KONI , 49 Pengurus Pusat induk organisasi olahraga di Indonesia. Ditugaskan oleh PP Pelti, saya hadir sendiri saja setelah mendapatkan mandatnya. Udara cukup panas sampai 34,5 derajat Celcius sewaktu menginjakkan kaki di bandara Pekanbaru.

Dalam perjalanan sempat duduk berdampingan dengan salah satu rekan dari salah satu induk organisasi lainnya. Saya mempunyai kesimpulan kali ini rapat akan jadi ramai karena sudah mulai membicarakan calon ketua umum KONI Pusat yang masa kepengurusannya sampai akhir Februari 2011. Berarti dalam waktu sebulan kedepan sudah harus dilaksanakan Musyawarah Olahraga Nasional (Musirnas). Sebenarnya selama ini saya belum mendengar adanya calon ketua umum yang akan dijagokan oleh masyarakat olahraga.
Mungkin saya sendiri tidak bergaul dengan rekan rekan cabang olahraga lainnya. Saya sedikit kaget juga sewaktu disebutkan nama calon yang dijagokannya. Sayapun mulai mencoba memberikan tanggapan pribadi saya. Karena SEA Games 2011 ini akan berlangsung 11 Nopember 2011 di Jakarta dan Palembang maka sayapun mencoba menanyakan kenapa tidak diundur saja karena selama ini saya lihat jika ganti ketuanya maka kepanitiaan akan selalu berubah, maka kerja panpelnya mulai dari no. Tetapi ternyata disebutkan kalau panitianya sudah dibentuk (INASOC) dimana ketuanya Rahmad Gobel bukan orang KONI atau KOI, maka tidak ada pengaruhnya. Itu kata dia.
Sayapun melihat selama rapat, mulailah bergerilia bberapa rekan yang ingin menggolkan agar keinginan Musornas 2011 tetap dilaksanakan bulan Maret 2011. Tetapi saya ]pun mulai mencari tahu ke rekan rekan dari Pengprov KONI maupunPP/PB dari induk organisasi lainnya. Berbagai kesan yang muncul. Ada yang cuek saja karena tidak punya kepentingan (terutaa dari Pengprov KONI). Tetapi beberapa rekan dari induk organisasi cabang olahraga berusaha untuk tetap menjalankan amanat AD ART KONI yang mengharuskan dilakukan Musornas tersebut.
Tapi sayapun punya pendapat lain mengenai masalah ini. Saya menyadari sekali kalau saya hadir disini sebenarnya untuk menyuarakan kepentingan Pelti bukan pribadi. Ini yang paling penting sehingga jika ada jalan buntu masalah ini sehingga akan dilakukan voting maka saya harus konsulasi dengan Ketua Umum PP Pelti. Hal ini pernah terjadi seaktu rapat yang sama di Bali sewaktu mau memutuskan masalah batas waktu mutasi atlet. Saya sebelum memberikan suara saya konsultasi dengan Ketua Umum PP Pelti.

Senin, 07 Februari 2011

Masing masing Pihak saling Hormati

Jakarta, 7 Februari 2011. Menjelang pelaksanaan RemajaTenis di kota Ambarawa (12-15 Febr) , ada kejadian lucu yang disampaikan kepada saya oleh pelaksana RemajaTenis. Ada sedikit saling komentar melalui SMS dari penyelenggara dengan salah satu pelatih.
Penyelenggara menyampaikan informasi turnamen selama ini melalui dua cara yaitu email (remajatenis@yahoo.com) dan SMS.
Sewaktu SMS dikirim ke nomor peserta ataupun pelatih yang ada di telpon seluler maka akan muncul berbagai jawabannya seperti Terima kasih atas infonya atau ada yang kirim langsung nama nama yang akan ikut. Tetapi ada satu yang sangat menyedihkan juga yaitu dengan meremehkan keberadaan RemajaTenis diwilayahnya.
Tapi caranya juga halus sewaktu menjawab SMS panitia. Apakah ini ciri khas wilayah tersebut saya kurang tahu karena saya belum pernah berdomisili diwilayah ini. Seperti mengatakan hanya mau berikan masukan saja kalau bisa entry fee nya jangan mahal. Sampai disini bukan masalah.Mahal atau tidaknya itu relatip. Karena bisa saja dengan Rp. 150.000 itu didaerahnya bisa dianggap mahal. Padahal semua turnamen nasional mematok entry fee Rp. 150.000 bahkan ada yang Rp. 200.000. Tetapi kalimatnya belum selesai, dimana alasan mahal itu karena turnamen selevel RemajaTenis itu mutunya rendah. Inilah masalahnya. Meremehkan turnamen yang sangat dibutuhkan bagi setiap atlet dikatakan mutu rendah. Bayangkan bagi orang awam tenis mau selenggarakan turnamen tenis yang sedang semangat semangatnya diremehkan seperti itu, bisa dibayangkan gimana perasaannya. Sedang yang bersangkutan belum pernah bisa bikin turnamen, seharusnya berterima kasih. Sayapun sampaikan saja agar membalasnya dengan halus saja agar yang bersangkutan juga sadar atas jawabannya tersebut.Andaikan dikatakan kategorinya kecil, masih bisa diterima. Karena kita harus sesuaikan dengan SK PP Pelti dicantumkan Kategorinya J-5 yang paling kecil. Ada ketentuan dari Pelti yaitu turnamen yang baru diselenggarakan maka kategorinya paling kecil. Tidak bisa langsung kategori diatasnya. Jika dalam pelaksanaannya ternyata peringkat pesertanya dihitung maka akan ada dua kemungkinan ditahun mendatang. Yaitu tetap bertahan atau naik ke kategori J-4. Begituah mekansimenya. Hal yang sama juga diturnamen internasional yunior.


Nah, sesuai anjuran saya oleh penyelenggara dijawablah sms tersebut. Dengan sebutkan sebagai masukan juga seperti gaya bahasanya dan ditambah asal tahu saja selama ini pelatih berkualitas ( disebutkannya nama pelatih2 nasional) langganan dari RemajaTenis secara rutin kirimkan atletnya. Begitulah jawabannya dikirim. Ternyata sms itu dapat respon juga yang kesannya tersinggung. Ditekankan kalau dia itu hanya mau berikan masukan tetapi ditambah juga dengan kenapa menyebut kualitas pelatih dan "kamu tahu apa" soal pelatih . Begitulah KOMUNIKASI dua arah sesuai dengan methode kepelatihan pelatih yang harus ditanamkan oleh seorang pelatih kepada siswanya.
Memang rekan saya ini belum lama berkecimpung di tenis tetapi mulai menyenangi tenis. Tetapi jawabannya ini akan membuka mata sipelatih tersebut. SMS berikut dari penyelenggara adalah sepengetahuan saya pelatih berkualitas adalah pelatih yang menghasilkan atlet nasional. Tujuannya bagus sekali agar kedua belah pihak menyadari kelemahan masing masing. Untuk penyelenggara turnamen agar meningkatkan pelayanan yang baik sehingga digemari oleh seluruh masyarakat tenis. Begitu juga untuk pelatih2 agar menghasilkan petenis petenis nasional. Ini ada sarana turnamen yang bisa dimanfaatkan oleh pelatih sebagai show room atas kinerjanya. Manfaatkanlah, itulah anjuran saya. Karena saya mendengar ada suasana kurang baik sesama masyarakat tenis. Marilah kita bersama sama memajukan pertenisan kita dengan saling mendukung. Tetapi yang lebih penting bagi saya selaku pemekarsa RemajaTenis ini diadakakan karena tahu kebutuhan atlte tenis adalah TURNAMEN, Ayo, siapa bilang turnamen bukan kebutuhan atlet.Kalau sampai ada yang katakan demikian maka so pasti bukan atlet. Ha ha ha

Protes Orangtua Dihari terakhir Turnamen

Jakarta, 7 Februari 2011. Ada kejadian lain lagi di pelaksanaan turnamen RemajaTenis di Bandung. Banyak kejadian diturnamen tenis nasional yunior yang tidak diketahui masyarakat tenis. Kenapa saya tahu karena sayalah yang paling sering menerima keluhan keluhan dari masyarakat atas ketidak puasan mereka. Saya sengaja ungkapkan ini bukan berarti membuka kejelekan pelaksana turnamen sendiri. Yang saya angkat ini agar setiap penyelenggara turnamen bisa memperbaiki didalam pelaksanaannya.
Kejadian tersebut dihari terakhir turnamen. Biasanya kejadian terjadi diawal turnamen, tapi kali ini diakhir turnamen.
Orangtua pemain datang kemeja pertandingan minta dimainkan tetapi pemain tersebut di bagan undian yang sudah dipublikasikan tidak main karena dinyatakan kalah. Kok bisa begitu. Ternyata menurut asisten Referee (Parjan) pemain tersebut sewaktu ditanya menjawb tidak mau main. Pemain ini bertanding dibabak konsolasi. Ada kecendrungan pemain malas bertanding dibabak konsolasi. Sedangkan tujuan panitia diadakan babak konsolasi adalah beri kesempatan bertanding bagi yang sudah kalah dibabak pertama.
Menurut asisten Referee dan didampingi Referee menyatakan kalau pemain A dan calon lawannya B sedang berada didepan meja panitia ditanya olehnya. " Kalian mau main apa ngak?" Menurut asisten Referee dijawab tidak. Tapi versi orangtua adalah B bertanya kepada A apakah mau main apa tidak dan dijawab oleh A kepada B adalah tidak. Didepan orangtua tersebut asisten Referee mengatakan dia bertanya kepada mereka berdua. Karena mendapat jawaban tidak maka dianggap keduanya tidak mau bermain, sehingga bagan diundian ditulisnya DEFF, artinya keduanya tidak bertanding. Dan calon lawannya disemifinal konsolasi lolos ke final tanpa tanding. Hal ini sudah diketahui oleh lawannya juga karena sudah dicantumkan dipapan pengumuman pertandingan. Saya hanya mendengar saja, dan ketika orangtua tersebut minta pendapat, sayapun mengatakan maksud panitia kalau bisa semua pemain bermain. Tetapi karena sudah diumumkan maka tergantung kepada lawannya mau apa tidak bertanding. Walaupun ini keputusan salah karena sudah diputuskan oleh Referee. Dan saya hanya kemukakan saja tetapi Referee lah yang memutuskan. Oleh Referee dengan berat hati memanggil lawannya yang sudah menunggu disemifinal konsolasi tersebut. Ternyata pelatihnya menyatakan tidak mau juga. Tetapi orangtua si A masih ngotot juga merasa dirugikan karena sudah menunggu beberapa hari untuk bertanding. Ini orangtua berasal dari luar kota Bandung. Karena status saya disini hanya sebagai penggagas turnamen bukan sebagai direktur turnamen maka saya menempatkan diri diluar lingkaran saja.
Karena orangtua pemain tersebut masih belum puas dan minta tolong saya, maka saya mencoba menghimbau kepada pelatih lawannya tersebut. Ketika ketemu ternyata pelatih tersebut masih tetap tidak mau main. Alasannya panitia harus konsisten saja. Ya, kita juga harus menghormati haknya mereka juga. Si A didepan orangtuanya merasa tidak ditanya oleh asisten Referee tetapi merasa hanya menjawab pertanyaan lawannya si B. Inilah dia masalahnya. Padahal pertanyaan si B karena sebelumnya mereka ditanya oleh asisten Referee didepan keduanya. Keinginan orangtua yang saya dengar adalah kalau mau menyatakan w.o adalah diumumkan masuk kedalam lapangan. Alasan Referee tidak dilakukan karena kedua pemain sudah menyatakan tidak mau main, buat apa harus diumumkan. Begitulah salah satu kejadian kejadian dilapangan selama RemajaTenis di Bandung yang sedang dalam masa pembelajaran juga. Memang ada selentingan yang muncul adalah kenapa belum semua peserta lakukan transfer entry fee bukan bayar dilapangan. Seolah olah menuntut perlakuan yang sama. Ya, namanya merubah sistem lama ke yang baru tentunya butuh waktu. Inilah dia seninya , bagaimana bisa lakukan hal ini. Tetapi suatu saat saya yakin pasti bisa. Sayapun ingat kalau kita lakukan dukungan kepada atlet yang lkagi tanding. " Kamu Pasti Bisa"

Konsep RemajaTenis harus efisien dan efektip

Jakarta,7 Februari 2011. Sepengetahuan saya setiap turnamen nasional khususnya yunior, sering terjadi hal hal yang kurang menyenangkan bagi orangtua pemain. Intinya mereka menghendaki pelayanan yang maksimal dari penyelenggara. Hal ini bagi saya sangat penting, karena sebagai penggagas turnamen RemajaTenis tentunya berkeinginan agar RemajaTenis memberikan contoh pelayanan yang terbaik. RemajaTenis mencoba menjadi turnamen yang efisien dan efektip. Akhirnya saya mencoba merubah tata cara pendaftaran dimana masalah pembayaran semua diminta agar ditransfer. Memang perubahan seperti ini belum bisa lancar seperti yang dikehendaki, karena begitu banyak orang punya keinginan sendiri sendiri.
Cara yang disarankan adalah dengan mentransfer entry fee melalui Bank. Jaman sekarang sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bisa. Melalui ATM bisa ditarnsfer, kalau malas ke Bank untuk mengirimkan uangnya. Saya pilih Banknya adalah BCA karena diangap BCA ada dimana mana. Atau sekarang melalui m-banking juga bisa melalui phone banking. Saya sendiri sedang belajar menggunakan phone banking.

Sistem yang diubah adalah tidak gunakan sign-in, karena ini yang membuat banyak kesibukan. Memang tujuan adanya sign-in adalah agar tidak ada yang no show kalau namanya sudah di undi. Tetapi ada beberapa kelemahan yang muncul adalah beaya penyelenggara akan besar. Karena penyelenggara sewaktu membuat perencanaan tentunya akan membuat rencana maksimal sehingga pemesanan lapangan, pengadaan T-shirt( kalau disediakan ), tenaga pelaksana bertambah karena jumlah lapangan bertambah dll.
Jika pada hari H dilakukan sign-in maka akan buang waktu banyak.Coba kita lihat jika dilakukan sign-in untuk kelompok umur 10 th, 12 th, 14 th, 16 th, 18 th . Berarti ada 5 jenis pertandingan putra ditambah 5 pertandingan putri. Artinya ada 10 jenis pertandingan. Jika dilakukan sign-in ditempat dihari pertama maka untuk melakukan undian akan makan waktu 10 x 15 menit = 150 menit. Belum lagi setelah itu dilakukan pembuatan jadwal pertandingan hari ini juga. Nah buat undian makan waktu 150 menit = 2,5 jam, ditambah buat order of play. Bahkan jika pesertanya banyak maka akan menghabiskan 20 menit. Beberapa turnamen diubah cara sign-in yaitu sehari sebelumnya. Kalau cara ini yang rugi adalah peserta sendiri, jika berasal dari luar kota, maka paling tidak harus hadir sehari sebelumnya. Nah, andaikan ternyata jadwal mainnya baru hari kedua maka artinya peserta tsb yang dari luar kota akan bertambah beayanya dikota tersebut.
Melihat cara ini saya mencoba dengan lakukan undian dua-tiga hari sebelumnya dan order of playnya 1-2 hari sebelumnya sudah dibuat dan dipublikasikan melalui situs sendiri ( www.remajatenis.blog.com). Begitu juga order of play selama turnamen dipublikasikan melalui dunia internet bukan hanya ditempat pertandingan. Sehingga peserta bisa mengatur kedatangan kelapangannya. Hal ini saya paksakan kepada Referee agar lakukan order of playnya harus secepatnya dibuat. Begitu turnamen selesai segera dibuat dan dipublikasikan melalui internet. Karena kalau hanya ditempatkan dilapangan maka peserta sudah pulang dan baru bisa melihatnya keesokan harinya.
Ternyata sewaktu RemajaTenis di Bandung tepatnya tanggal 3-6 Februari 2011, saya sudah minta ke penyelenggara untuk lakukan hal hal seperti diatas yaitu entry fee ditransfer, draw dan undian dipublikasikan 1-2 hari sebelumnya. Order of play setiap harinya dipublikasikan melalui internet. Dan ternyata berhasil. Tetapi ada yang masih kurang yaitu belum dicantumkannya didalam order of play yaitu jam bertandingnya karena peserta bisa mengatur kedatangannya. Jadi ingin praktis saja. Mudah mudahan untuk pelaksanan mendatang sudah bisa dijalankan agar semua pihak puas. Tapi memang tidak mudah.

Jumat, 04 Februari 2011

Peserta dari Garut Tidak diterima ikut

Bandung 4 Februari 2011. Sewaktu menyaksikan hari pertama Turnamen RemajaTenis di lapangan tenis Caringin, Bandung sempat ketemu orangtua petenis asal Garut yang kecewa tidak diterima ikut serta turnamen tersebut. Tetapi sebelumnya petugas pertandingan sempat dibuat pusing dengan keinginan mereka untuk ikuti turnamen.
Sayapun sempat menjelaskan kepada salah satu orangtua didampingi pelatihnya yang saya sudah kenal lama. Komunikasi selama ini baik untuk beritahukan masalah turnamen saya lakukan kepada pelatih tersebut.
Setelah dijelaskan orangtua petenis asal Garut mau menerimanya. Dan sayapun pergi sebentar meninggalkan lapangan tenis karena ada perlu mengambil paket yang dikirim dari Jakarta. Tetapi sebelumnya saya sempat menanyakan kepada Referee Eko Supriyatna masalah keempat petenis tersebut. Keputusannya adalah tidak bisa diterima ikut serta.
Disini yang jadi masalah si pelatih merasa sudah kirim pendaftaran melalui SMS dan dijawab okey.

Sewaktu saya diluar lapangan sempat ditilpon agar cepat kembali kelapangan karena kelihatannya mereka ini masih belum puas dengan keputusan tersebut.
Sayapun terpaksa tidak bisa santai lagi dan kembali secepatnya ke lapangan Caringin.
Saya minta agar orangtua yang tidak puas itu (ternyata ada satu yang belum puas) agar dikumpulkan agar saya tidak dua kali lagi menerangkan permasalahan tersebut.

Sayapun menjelaskan bahwa informasi turnamen dikirimkan kepada salah satu orangtua tersebut dan diapun menerimanya. Dalam informasi disebutkan kalau pendaftaran dikirim dengan fax atau email ke remajatenis@yahoo.com. Panitia menerima jawaban dari pelatih tersebut sehari setelah penutupan pendaftaran bahwa mau daftar 6 petenis dengan sebutkan nama nama dan kelompok umurnya. Tetapi nama nama yang dikirim hanya nama panggilan sehingga dikirimlah SMS sebagai jawaban agar di sebutkan nama lengkap. Ternyata dijawabnya nanti hari Minggu ( 30 Jan) sore dia ketemu atlet2 tersebut dan akan diberitahukan. Disini Panitia masih mentolerer kepada peserta dari Garut sebalum diundi. Hari Senin 31 Januari Panitia kirim SMS kepada pelatih tersebut minta kepastiannya. Karena sampai hari Selasa 1 Februari tidak ada jawabannya maka panitia langsung mengundi. Teryata hari Rabu 2 Februari saya terima telpon dari pelatih tersebut dan katakan akan kirim 4 petenis di KU 10 tahun. Sayapun katakan sudah tidak bisa lagi karena sudah diundi dan sudah diumumkan melalui remajatenis.blogspot.com Ternyata mereka datang juga dengan harapan bisa diterima. Kali ini kena batunya, karena tidak diterima apapun alasannya.
Ketegasan diperlukan didalam mendidik kepada masyarakat tenis tentang disiplin didalam pendaftaran yang selama ini sangat disepelekan oleh sebagian pelaku tenis.

Kali ini RemajaTenis membuat trobosan yang kurang simpatik karena pendaftaran diterima setelah entry fee sudah ditransfer. Tetapi masih saja ada yang minta pengecualian..