Kamis, 29 April 2010

Pelanggaran UU No. 3 th 2005

Jakarta, 27 April 2010. Ikuti rapat anggota KONI 2010 mulai hari ini saya merasa geli juga dengan beberapa kejadian didalam rapat rapat tersebut. Kenapa, karena kesan saya ini petinggi olahraga atau KONi merestui pelanggaran atas Undang Undang No 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Sewaktu dilakukan pandangan umum ada anggota yang mengajukan pertanyaan karena selama ini didalam UU No. 3 tah 2005 ini dicantumkan dalam pasal No. 40 tentang pengurus KONI tidak diperkenankan pejabat publik. Tetapi kenyataan Ketua Umum KONI Pusat tetap saja melantik Ketua Umum KONI Provinsi yang ketuanya Gubernur. Sehingga timbul kesan melanggar Undang Undang Nomor 3 tersebut.

Dalam penjelasan Ketua Umum KONI Rita Subowo menyampaikan kalau dia sewaktu dilantik sebagai IOC member menyampaikan sumpahnya jelas menyebutkan against discrimination. Jadi dia selaku Ketua Umum KONI tidak bisa ada diskriminasi dimana semua orang berhak menjadi Ketua Umum KONI Provinsi ataupun Kabupaten. Semuapun yang mendengar terdiam saja.
Sewaktu itu sayapun secara bergurau kepada rekan rekan lainnya kalau kita ini diberi contoh untuk melanggar Undang Undang. " Jadi pelaku olahraga tidak perlu takut melanggar undang undang." canda saya kepada rekan rekan.
Disamping itu ingin bertanya, dia itu sewaktu diangkat oleh IOC apakah atas nama pribadi atau institusi. Kalau institusi, jika sudah lengser berarti jabatannya di IOC lengser juga. inilah pertanyaan yang juga harus diketahui.

Didalam sidang komisi organisasi dimana saya duduk didalamnya, pimpinan sidang berasal dari KONI Provinsi Riau sewaktu membicarakan masalah ini juga membuat kesan pelanggaran pelanggaran ini dilegalkan saja. Tetapi sempat diinterupsi oleh rekan lainnya agar statemnet itu dicabut, tidak boleh kita melegalkan pelanggaran tersebut.

harus diakui banyak provinsi yang sangat besar ketergantungannya kepada Kepala Daerahnya, sehingga ada kesan kurang mau mandiri. Hal yang sama juga ditingkat pusat sehingga semua kegiatan harus menggunakan dana dari Pemerintah. Tetapi sepengetahuan saya ada beberapa KONI Provinsi yang sudah menjalankan UU No. 3 th 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dimana Ketua Umumnya bukanlah Gubernur seperti Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali dll.

Saya sendiri dalam diskusi dengan teman teman dan disampaikan juga agar kita itu berupaya tidak melanggar ketentuan UU tersebut, karena dulu saya ikuti juga kalau KONI bersama Pemerintah duduk bersama menyusun UU tersebut. Tetapi setelah berjalan sejak tahun 2005 sampai saat disosialisasikan kanapa baru sekarang diributkan setelah begitu lama, seharusnya kita pikirkan bagaimana langkah selanjutnya. Yaitu dudk bersama lakukan amandemen UU tersebut. Kalau beberapa poin yang sudah tidak sesuai maka seharusnya pelaku olahraga ini berpikir mencari solusinya bukan dengan melanggar. Apakah harus ada yang jadi korban Undang Undang Nomor 3 th 2005 baru mulai mencari solusinya ?

Minggu, 25 April 2010

Keluhan soal prize money


Jakarta, 25 April 2010. Ditahun 2010 ini sudah berlangsung beberapa turnamen nasional kelompok umum yang mempertandingkan putra maupun putri. Timbul suatu pertanyaan kepada saya yang lebih cenderung sedikit bernada protes. Kenapa protes, sedangkan keberadaan turnamen sudah merupakan kegiatan yang menguntungkan bagi peserta. Memang setiap ada turnamen dimana kumpullah masyarakat pecinta tenis sehingga sering mendengar keluhan yang menyebutkan sebagai masukan kepada Pelti sebagai induk organisasi tenis di Indonesia. Begitulah suasana akrab yang muncul dengan berbagai macam cerita atupun rumor muncul kedalam pembicaraan yang sedikit serius tetapi diselingi dengan canda belaka.

Masalahnya adalah ketimpangan perbedaan jumlah prize money yang diberikan antara pemenang putra dan putri sangat jauh. Pertanyaan ini muncul karena ada keinginan untuk menyamakan kedudukan antara putra dan putri seperti lazimnya diturnamen internasional. Suatu pemikiran yang cukup adil sebenarnya kalau melihat cara berpikir penyamaan gender yang sedang gencar gencarnya dikemukakan dimasyarakat.

Kalau kita melihat adanya perbedaan prize money selama ini ditingkat internasional dimana pellaksanaannya bersamaan, seperti turnamen Grand Slam, tentunya ada alasannya. Waktu itu alasan yang utama adanya perbedaan karena jumlah set berbeda, karena di Grand Slam menggunakan sistem "the best of five sets" sedangkan putri hanya "the best of 3 sets." Belum lagi besarnya undian (size of draw) , putra lebih besar dibandingkan putri. Sekarang sudah ada peningkatan prize money dilakukan di putri sebagai wujud perubahan dilakukan oleh penyelenggara turnamen.

Sekarang kembali kepada turnamen nasional di Indonesia, karena keluhan muncul ada ketimpangan dalam pembagian hadiah tersebut. Memang dalam pengumuman hanya dicantumkan jumlah total hadiah dimana tidak diumumkan berapa hadiah untuk putra dan putri. Kalau ini dikatakan sebagai kesalahan penyelenggara tentunya tidak sepenuhnya benar, karena penyelenggara hanya mencantumkan total hadiah tanpa ada rincian tersebut.
Jadi dalam hal ini, saya hanya melihat kepentingan peserta. Sebaiknya jika ingin ikuti suatu turnamen tentunya dibaca baik baik informasi tersebut. Caranya bisa melihat ke website Pelti (dalam hal ini www.pelti.or.id, masih belum berfungsi dengan baik) maka bisa kontak langsung ke penyelenggara.

Kalau melihat ketentuan TDP yang sebelum direvisi tahun 2010 , disebutkan pembagian porsentase hadiah dari total untuk putra maupun putri, tetapi sekaran ketentuannya sudah dipisahkan. Untuk putra ada ketentuan sendiri begitu juga ketentuan turnamen putri sendiri.
Jadi dengan prize money tersebut maka kategorinya berbeda antara turnamen putra maupun putri.
Ada satu kebiasaan kurang baik dimana jarang membaca informasi dari setiap turnamen kecuali turnamen internasional lebih banyak dimengerti karena dibacanya. Maka dari itu sebaiknya petenis khususnya orangtua yang sering membawa kebiasaan protes semasa anaknya di yunior terbawa juga sewaktu anaknya main disenior, juga sering membaca informasi turnamen yang dikeluarkan oleh penyelenggara. Ini pembelajaran yang baik menurut pendapat pribadi saya. Kecuali sudah tidak ada keinginan karena ingin protes saja agar membuat pusing petinggi Pelti. Ha ha!

Sabtu, 24 April 2010

Perjalanan Ke Morroco

Jakarta, 25 April 2010. Melihat acara TVONE Backpacker lakukan perjalanan ke Moroko, sayapun terimgat sekali saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah benua Afrika yaitu Morroko tepatnya dikota Merrakesh yang letaknya disebelah selatan Casablanca. I.ni kejadian 10 tahun silam

Berangkat sore dari Jakarta menggunakan Singapore Airline yan terkenal tepat waktunya. Tetapi saat itu saya kena apesnya karena terlambat sejam dari Bandara Soekarno Hatta. Dampak dari keterlambatan tersebut ada, karena perjalanan ke Merrakesh itu dari Jakarta ke Singapore ke Paris dan langsung ke Merrakesh. Tiba di Bandara Changi ternyata pesawat lanjutan dengan Air Franch sudah boarding. Terpaksa keluar dari pesawat Singapore Airline sedikit lari lari menuju ke pintu Air France.
Dari Singapore menikmati perjalanan dengan Boeing 777. Berbagai macam hiburan baik dengan menikmati hiburan televisi, tinggal milih channelnya yag sudah disediakan earphone kepada setiap penumpang dibagikan oleh pramugarinya.
Setelah diberikan makan malam , tinggal pilih mau menue yang mana, akhirnya saya bisa tertidur juga didalam pesawat karena bsok pagi sudah akan mendarat di Paris.

Didalam pesawat saya bertemu dengan President dari Philta (Phillipine Tennis Association) Salvatore Andrada yang sudah lama saya kenal dipertenisan internasional. Bangun pagi dibagikannya handuk basa untuk membersihakan muka, kemudian sudah siap siap untuk mendarat dibumi Eropa yang terus terang baru pertama kalinya bagi saya sendiri.
Waktu itu bandaranya sangat sederhana, dan saya lihat maket untuk bandara yang akan dibangun lebih hebat yaitu Bandara Charles de Gaulle. Saya bersama Salvatore Andrada keluar bandara internasional berjalan kaki menuju bandara domestik untuk ke Merrakesh. Setelah itu berangkatlah dengan pesawat Air Franch Boeing 737. Saya sendiri lupa berapa lama perjalanannya , sepertinya ada lebih 2 jam perjalanannya.

Tiba di bandara Merrakesh baru ketahuan akibat dari keterlambatan pesawat di Jakarta. Bagasi tidak turun bersama saya. Berarti koper saya ketinggalan di Singapore. Tetapi di bandara langsung ketahuan kalau bagasi saya masih di Singapore dan dijanjikan dalam 2-3 hari sudah datang.Ini pelajaran bagus kalau lakukan perjalanan keluar negeri kita harus bawa kebutuhan sehari hari dimasukan kabin bukan ke bagasi pesawat.
Pakaian hanya ada dibadan, untung sewaktu perjalanan bawa jas dipakai dibadan sehingga acara ITF AGM (Annual General Meeting) yang besok harinya bisa digunakan. tiba di hotel Sheraton, langsung cari pakaian dalam dll. Karena tidak kenal keadaan diluar hotel, terpaksa beli kaos (T-Shirt) di hotel. Harganya, aduh mak maha amat kalau dibandingkan di Jakarta. Di Jakarta kaos tersebut seharga Rp.15.000 ternyata di hotel Sheraton harganya US $ 100.00. Apaboleh buat terpaksa dibeli juga.

Rapatpun berjalan dengan baju kaos ditutupi jas sehingga masih bisa tampil tidak memalukan sekali. Esok harinya cek kepenerbangan ternyata koper belu tibadan tiba keesokan harinya.
Banyak pengalaman menarik ikuti ITF (International Tennie Federation) AGM ini karena bisa bertemu dengan petinggi petinggi ITF maupun dari negara lainnya sebagai anggota ITF.
Sore hari setelah acara rapat, saya memanfaatkan pergi keluar kota Merrakesh, diantar oleh salah satu guide (kalau tidak salah namanya Salim). Pergilah ke pusat perbelanjaan tradisional. Setelah lihat lihat, sayapun membeli seperangkat pakaian Morroko. Pakaian ini cuma dimasukkan dari kepala langsung kebawah. Seperti rok saja dibagian bawahnya dengan penutup kepalanya. Rata rata masyarakat di padang pasir menggunakannya karena udara panas (dipakainya tutup kepala) dan angin cukup kencang maka pakaian seperti rok terusan kebawah. Begitu juga beli sovenir bentuk onta dari karet sebagai oleh oleh.
Melhat lihat bangunan di Morroko ini sepertinya tidak ada atapnya atau genteng seperti di Tanah Air. Beberapa bagian padang pasir dan pemandanganpun cukup menarik sewaktu dbawa berjalan jalan dengan mobil kearah pegunungan. Cukup menarik pemandangan disini seperti di Puncak Jawa Barat, bedanya disini disekeliling penu dengan padang pasir dan beberapa pepohonan berwarna hijau.

Yang menarik sewaktu acara dinner dijamu oleh Morroco Tennis Federation, makan malam dilakukan bukan di hotel tetapi diluar hotel kesuatu tempat sepertinya khusus restoran tetapi bukan dalam bangunan. Didalam tendayang cukup besar dengan pendingin udara. Teringat saya dengan film film di Arab kalau ada pesta didalam tenda.

Setelah acara AGM, banyak teman teman dari China, Singapore, mengajak saya ke Casablanca naik kereta api, tetapi saya ingin pulang cepat ke Jakarta sehingga pulang dengan pesawat terbang ke Paris dan ke Singapore ke Jakarta.

Jumat, 23 April 2010

Jawab yang benar kalau tidak gua tonjok

Jakarta,23 April 2010. Hari ini saya terima pertanyaan dari rekan sendiri yang agak lucu, karena cara penyampaiannya. "Saya ada pertanyaan, tetapi dijawab yang benar ya, kalau tidak, gua tonjok."
Hebat juga permintaan yang datang hari ini. Dan saya angap lucu juga maklum rekan ini memang sering bercanda.

"Apakah sebagai pemain nasional HARUS ikut TDP (Turnamen Diakui Pelti)? " ujarnya yang dilanjutkan dengan pertanyaan lainnya. "Apakah petenis nasional tidak boleh ikuti turnamen non TDP ?" Ini pertanyaan pertanyaan sebagai kenyataan yang terjadi di pertenisan Indonesia ini. Mungkin begitu banyak rumor yang sering dilontarkan kepada tim elit yang sering menjadi sorotan masyarakat tenis selama ini. Kenapa petenis nasional yang masuk kedalam TC sering mendapatkan badai rumor dilemparkan oleh pelaku pelaku tenis sendiri. Tidak perlu kita tanyakan tentang motivasi mereka ini. Saya sendiri sering juga mendapatkan pertanyaan pertanyaan dimana sayapun sudah harus bisa menetraliser pandangan negatip tersebut.

Disini kita harus bisa membedakan kedudukan dimana petenis tersebut berada, apakah saat itu masuk dalam tim nasional yang dipersiapkan dalam kegiatan tertentu seperti tim Davis Cup atau Fed Cup atau tim SEA Games maupun Asian Games. Karena jika masuk dalam tim nasional untuk event tersebut, maka atlet tersebut harus mengikuti program yang diberikan oleh tim nasional tersebut. Jadi boleh tidaknya atlet tersebut ikuti suatu kegiatan TDP ataupu non TDP itu semua wewenang dari manajer tim atau pelatih tim tersebut. Memang harus diakui pernah terjadi ada anggota tim nasional yang sedang dipersiapkan ikuti kejuaraan dunia beregu Davis Cup dilarang ikuti TDP yang berlangsung di dalam negeri. Kemudian hal ini mencuat ke media karena pihak penyelenggara TDP menghendaki agar gengsi TDP naik harus bisa diikuti petenis papan atas, diikuti juga oleh keinginan pemain sendiri yang juga menginginkan ikut TDP tersebut karena ada prize money yang menggiurkan. Akibatnya PP Pelti kena sorotan negatipnya.

Kalau bagi atlet tenis yang tidak didalam program tim nasional, berhak ikuti TDP dan tidak ada yang bisa melarangnya. Bukan hanya TDP bahkan Non TDP juga atlet tersebut berhak ikutinya. Jadi jika pertanyaannya petenis nasional harus ikut TDP, maka jawabannya juga tidak. Karena itu adalah hak atlet tersebut.
Jadi disini harus bisa dibedakan antara petenis nasional yang masuk dalam program tim nasional atau tidak

Kamis, 22 April 2010

Cukup Beritahu, bukan Minta Ijin

Jakarta, 22 April 2010. Hari ini ketemu rekan tenis dari Solo Freddy Pakaya disela sela turnamen Piala Gubernur DKI Jakarta yang berlangsung di Kelapa Gading Sport Club. Dalam percakapan sempat menyinggung permasalahan tenis dikota Solo dimana peranan Pelti setempat menjadi bahan pembicaraan. Karena rekan Freddy Pakaya sendiri sudah mendengar masalah RemajaTenis (di Solo)dari rekan rekan di kota Solo. Memang saya ceritakan pula kalau saya menerima SMS yang isinya cukup mengagetkan saya sendiri. Yang menurut saya sudah menuju ke ancaman belaka.

"Saya baru tahu kalau memang ada ketentuan seperti itu." ujarnya karena saya terangkan kalau siapapun bisa selenggarakan Turnamen tenis. Dan tidak perlu MELAPOR ke Pelti, kecuali TDP. "Semuanya ini ada didalam ketentuannya yang dibuat oleh PP Pelti. Dan saya akui tidak semua rekan rekan yang duduk dikepengurusan Pelti mengetahui masalah ini." ujar saya kepadanya. Selanjutnya saya katakan kalau pihak luar mulai dari perorangan, klub , instansi ataupun Pelti sendiri bisa selenggarakan turnamen tenis, tanpa melibatkan Pelti.
Sepengetahuan saya banyak sekali rekan rekan didaerah tidak tahu masalah ini, sehingga kesannya jika mau buat turnamen HARUS melibatkan Pelti. Turnamen apapun, baik turnamen intern klub maupun instansi sampai ke turnamen nasional.

Dimana peranan Pelti dalam hal ini. Jika turnamen nasional maka disini mulai ada peranan Pelti, yaitu pengakuan nasional itu dikeluarkan oleh PP Pelti. Bagaimana prosedurnya. Dalam formulir turnamen nasional(TDP=turnamen diakui Pelti) disebutkan sipemohon diketahui oleh Pengprov Pelti setempat mengajuka permohonan ke PP Pelti. Cukup mengetahui dan sedangkan untuk pengakuannya akan dilakukan oleh PP Pelti. Dalam pelaksanaannya, jika letak kota pelaksana cukup jauh dari ibukota Provinsi dimana lokasi Pengprov Pelti berada maka kami menganjurkan cukup ke Pengkot/Pengkab Pelti setempat dan berikan tembuan atau pemberitahuan ke Pengprov Pelti.

Saya pernah berdebat kusir dengan salah satu anggota pengurus Pelti disuatu kota di Jawa Timur. " Kalau begitu bubarkan saja Pelti cabang." ujarnya sedikit emosi kepada saya. "Kok begitu cara berpikir Anda. Saya anggap Anda tidak mengetahui fungsi dan kedudukan Pelti secara keseluruhannya."
Memang dalam perjalanan prosedur turnamen banyak kendala yang datangnya hambatan ini dari rekan rekan dikepengurusan Pelti sendiri.
Ingin ikut terlibat dalam kepanitian turnamen, yang tentunya ada kebanggaan dan saya sayangkan cuma simbol saja ikut dalam kepanitiaan turnamen.

Saya bisa berikan contoh contoh turnamen yang diselenggarakan oleh pihak ketiga artinya bukan oleh Pelti didaerah maupun di Jakarta. DI Jakarta, ada Sportama sebagai penyelenggara, begitu juga Yayuk Basuki sebagai event organizer turnamen (dulu pernah selenggarakan turnamen Hemaviton), Cigna, RemajaTenis, Maesa Paskah. Didaerah seperti Wismilak International, UFO, Solo Open Junior, Peltha, Oneject , dimana pelaksanaan bukan oleh Pelti tetapi langsung pihak ketiga. Memang ada juga rekan rekan pengurus Pelti duduk didalam kepanitiaannya. Itu semua terserah kerjasamanya.

Saya sendiri pernah mendapatkan keluhan dari pelaksana turnamen tersebut yang bukan Pelti. Mereka mengeluh dengan menempatkan tenaga tenaga anggota pengurus Pelti didalamnya justru membuat beaya pertandingan menjadi mahal. Sebagai contoh, ada rekan yang justru memanfaatkan dengan minta kepada pengelola lapangan agar sewa lapangannya dinaikkan bukan sebaliknya.

Freddy Pakaya sendiri sangat menyayangkan kalau kota Solo dengan fasilitas memadai, bisa dibayangkan ada 9 lapangan tenis dalam satu lokasi, yaitu GOR Manahan. Tetapi tidak punya kegiatan nasional. "Saya sendiri sangat tertarik dengan kota Solo untuk dijadikan host suatu turnamen baik nasional maupun internasional." ujar saya kepadanya. Sayapun berjanji kepadanya kalau saya akan secara rutin selenggarakan RemajaTenis di GOR Manahan. Ada pemikiran saya juga untuk selenggarakan Turnamen Internasional di GOR Manahan.

Sayapun ceritakan betapa bahagianya daerah jika ada turnamen nasional bisa digelar dikotanya. Hal ini saya sampaikan bagaimana sambutan rekan rekan di Pelti setempat menyambut dengan senang hati, bukan dengan menghambatnya.
Memang saya pernah dengar keluhan datang dari rekan rekan di Solo kalau mereka merasa dilecehkan oleh PP Pelti karena menunjuk langsung kepada Pipit Supriyadi (alm) sewaktu selenggarakan TDP Solo Open beberapa tahun silam tanpa melibatkan Pelti Solo. Sayapun sampaikan sebenarnya Pelti Solo harus sadar kalau mereka itu belum mampun selenggarakan turnamen nasional.Pendapat saya ini berdasarkan pengalaman selama ini tidak ada TDP Nasional diselenggarakan oleh Pelti Solo. Dulu pernah ada Batik Keris di Solo tetapi bukan oleh Pelti setempat. Dengan diberikan kepada rekan pihak ketiga sebagai pelaksana, seharusnya mereka itu mawas diri kenapa bukan mereka yang selenggarakan TDP Nasional Solo Open. Inisiatip kok datangnya dari pihak ketiga diluar jalur organisasi Pelti.
Bisa dibayangkan, saya sendiri diminta oleh insan tenis agar RemajaTenis diselenggaraka dikota Solo. Permintaan ini bukan datang dari rekan rekan yang duduk dikepengurusan Pelti Solo. Ini rada aneh tetapi saya juga merasa tidak aneh karena sudah tahu kondisinya.

Selasa, 20 April 2010

Atlet Tak Bertanggung Jawab

Jakarta, 19 April 2010. Hari ini saya terima telpon dari rekan sendiri di Kuching Malaysia. Mendapatkan berita kalau salah satu atlet tenis Indonesia telambat datang ke lapangan tenis. Hari ini sedang berlangsung kejuaraan dunia beregu Junior Davis Cup. Indonesia mengirimkan 3 petenis yaitu Nur Adhim Ramdani, Wisnu Adi Nugroho dan Davd Manoah Yosua dibawah pelatih Suharyadi.
Tentunya saya kaget sekali karena pengiriman atlet tersebut diluar negeri bisa terjadi hal seperti ini. jauh jauh datang kenegeri seberang, ternyata TERLAMBAT hadir dilapangan.
Kemudian saya berbicara dengan salah satu rekan dari Asian Tennis Federation sobat lama yang pertama kali saya kenal di tahun 1988 sewaktu saya hadir di Pattaya Thailand dalam seminar Davis Cup yang diselenggarakan oleh ITF (International Tennis Federation) Sobat ini dari Philippines dan dia berdomisili di Subic.Diapun mempertegas kalau salah satu atlet Indonesia terlambat hadir dilapangan.

Atlet tersebut yang harus turun dipertandingan kedua melawan China yaitu Wisnu Adi Nugroho. Informasi yang saya terima di Jakarta, kalau pelatih sudah cari kemana mana tidak ketemu sedangkan dia harus turun dipertandingan kedua. Yang pertama adalah Nur Adim Ramadani yang ternyata kalah lawan Ning Yu-Quing 06 36. Tim Indonesia kalah 3-0 lawan china dimana ganda yang turun Wisnu Adi Nugroho berpasangan dengan David Manoah Yosua kalah lawan Xi Gao/Jun Han Tao 46 26.

Yang menjadi pertanyaan kenapa bisa terjadi hal seperti ini. Dimana tanggung jawab atlet tersebut atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya membela nama negara ternyata disaat harus bertanding tidak berada ditempat. Saya belum tahu pasti kenapa bisa terjadi demikian. Yang saya dengar pelatih Suharyadi sudah cari atlet tersebut tetapi tidak ketemu.
Sepengetahua saya selama ini baru pertama kali kejadian seperti ini terjadi.

Senin, 19 April 2010

Membedah kelemahan RemajaTenis


Jakarta, 19 April 2010. Banyak masukan kepada saya tentang kelemahan kelemahan didalam pelaksanaan turnamen RemajaTenis selama ini. Ini sebagai bentuk kecintaan diberikan kepada RemajaTenis, sehingga saya anggap suatu dukungan moril kepada saya agar tetap tegar selenggarakan RemajaTenis. Banyak masukan yang diberikan langsung ataupun tidak langsung, saya harus bisa menerima dengan lapang dada. Tanpa kritikan maka saya akan terbuai dengan kelemahan kelemahan tersebut. Setelah saya menyadari kalau awalnya saya hanya sekedar iseng buat turnamen tetapi melihat betapa anthusiasnya masyarakat menyambut kehadiran RemajaTenis, maka saya harus merubah menjadi lebih serius menjalankannya. Saya mulai membedah kelemahan kelemahan yang sudah bisa saya lihat sendiri ataupun mendengar dari masyarakat yang mencintai RemajaTenis.

Yang saya harus benahi adalah kualitas turnamen, tetapi bukan kualitas pesertanya dengan berikan iming iming hadiah yang bukan tujuan suatu turnamen kelompok yunior dilaksanakan. Yang harus dilakukan adalah peningkatan pelayanan kepada peserta. Kira kira bentuk pelayanan apa sekiranya yang akan diberikan dengan minimnya dana tersebut. Andaikan dana ada maka saya tidak ada kesulitan selenggarakan turnamen, seperti apa yang saya sering lemparkan kepada rekan rekan tenis, yaitu saya sanggup selenggarakan turnamen tenis mulai dengan dana Rp 1 sampai miliar rupiah.
Karena peningkatan pelayanan itu berarti penambahan budget. Yang menarik adalah bagaimana peningkatan pelayanan dengan minim budget. Inilah seninya kalau bisa. Kenapa tidak bisa, tentunya semua bisa dilakukan asalkan diberkati Tuhan Yang Maha Kuasa.

Ini butuh waktu, karena saya butuh beberapa peralatan sebagai pendukung pelaksana. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah SDMnya. Siapkah mereka untuk mendukung masalah ini. Karena saya melihat bagi pelaksana turnamen yang ada saat ini sudah terpaku dengan cara berpikir yang lama. Ada sedikit kesulitan merubah pola pikir mereka yang sudah lama mendekam dalam dirinya. Saya pernah coba lontarkan hal ini sewaktu saya memberikan peralatan untuk mendukung pelaksanaannya tetapi ternyata tidak digunakan karena saya tidak berada ditempat turnamen tetapi berada dikota lainnya untuk RemajaTenis juga. "Yang penting turnamen lancar." inilah suatu penjelasan yang saya belum bisa terima dengan baik.

Sebenarnya saya dari dulu suka merekrut tenaga awam yang muda usia dicampurkan dengan yang sudah berpengalaman, tetapi apa yang terjadi. Keberadaan yang baru belum bisa diterima sepenuhnya sehingga muncullah keluhan dari petugas yang lama mengenai ketidak mampuan tenaga yang baru ini. Tetapi sebenarnya mereka ini tidak mau ada saingannya. That's the point.
Apakah saya harus melatih lagi tenaga tenaga muda tersebut. Ini masalahnya. Capek deh.

Saya menyadari sekali kalau Turnamen kelompok yunior di Indonesia belum ada yang bisa memuaskan peserta khususnya orangtua. Apa sebab, karena pelaksana turnamen sudah terpaku dengan pola kerja yang lama sehingga sepertinya rutinitas ini sebagai penghambat kemajuan mereka. Bagi orangtua yang sudah sering mengantar putra putrinya sudah tidak asing melihat kelemahan tersebut. Bagi yang baru pertama kali tentunya akan mengomel sekali. Berbagai omelan keluar dari masing masing orangtua ataupun pelatih.

Kembali ke RemajaTenis, yang saya akan benahi adalah informasi yang diberikan kepada peserta. Bisa melalui internet ataupun telpon seluler. Sehingga bagi pengantar ataupun peserta tidak perlu buang waktu menunggu giliran mainnya. Ini juga akan saya tekankan kepada Referee yang bertanggung jawab atas kelancaran turnamen. Awalnya saya biarkan , tetapi kalau dibiarkan terus tentunya akan merusak nama baik AFR sendiri. Ini yang perlu saya perhatikan kedepan. Mulai dari perencanaan turnamen selama 3 hari sudah bisa diprediksi atau dibuat jadwalnya. Untuk 3 hari pelaksanaan maka jumlah pesertanya juga tidak boleh berlebih, sebagai contoh untuk tiap event maksimum hanya 32 peserta, yang selama ini belum pernah terjadi, hanya sampai 30 peserta saja. Bukan berarti saya tidak pernah sampaikan keluhan seperti ini, bahkan saya harus memaksakan kepada Referee jika saya berada disampingnya. Dan sudah mulai ada perbaikannya. Tetapi bagaimana dengan RemajaTenis dilain kota dimana saya tidak ada. Saya perlu pengawas yang mengerti turnamen dan mengontrol kerja pelaksana. Disini sering terjadi konflik antara Referee dengan pelaksana turnamen.
Tidak mudah merubah pola pikir Referee yang tidak semua bisa menerimanya, karena merasa selama ini tidak mau ada intervensi dari Panpel lainnya karena wewenangnya. Tetapi saya ingin ada peningkatan kualitas dengan berikan peningkatan pelayanannya. Ini tentunya tidak akan makan beaya besar hanya butuh waktu juga. Bukan seperti membalikkan tangan langsung bisa terjadi. Harus ada pendekatan agar mereka ini harus mempunyai sense of belonging baru bisa terpenuhi seluruh kebutuhan tersebut.
Kalau pelayanan berupa berikan fasilitas akomodasi dan transportasi, maka ini butuh dana atau ada peningkatan budget. Dan sudah pernah dilakukan di Solo dan Palu.
Ya, semoga saja semua keinginan ini bisa terealiser. Semoga !

Kualitas atau Kuantitas

Jakarta, 17 April 2010. "Kualitas atau kuantitas". Ini suatu pilihan yang sering dilontarkan kepada pembina tenis. Dan tentunya akan banyak atau berbagai pendapat. Sedangkan saya sendiri dari dulu masih mengangap Kuantitas lebih dulu diperlukan di pertenisan Indonsia. Kenapa begitu ?

Saya selama ini masih melihat kuantitas saja masih belum banyak dipenuhi, sehingga sulit mendapatkan kualitas. Pendapat saya ini bukan baru sekarang, karena sudah saya lakukan dari tahun 1988 disaat saya memegang jabatan Manajer Program Pertandingan di PB Pelti. Pendapat saya itu pernah ditentang oleh rekan di PB Pelti saat itu, sehingga timbul ketidaksenangannya kepada saya. Itu masa lalu.
Bisa dibayangkan saat itu jumlah TDP di Indonesia baru mencapai 25 sudah termasuk Davis Cup, artinya sekitar 20 TDP saja di Indonesia, kemudian bisa saya kembangkan menjadi 40 TDP disebar di 16 Pengda Pelti dari 25 Pengda. Setelah itu saya keluar dari PB Pelti. Kalau dibandingkan dengan th 2009 sudah mencapai angka 60 TDP tetapi masih belum merata, artinya masih banyak berkumpulnya di Pulau Jawa saja, dan baru 15-16 Pengda Pelti dari 33 Pengprov Pelti.Ini berati belum merata.

Begitu sekarang saya memasuki beberapa Provinsi yang belum pernah saya kunjungi, saya melihat animo petenis yunior khususnya di kelompok 10 tahun,12 tahun dan 14 tahun cukup besar. Artinya mereka ini masih butuh frekuensi turnamen diperbanyak, karena selama ini turnamen khusus untuk kelompok umur ini sangat minim sekali diwilayahnya sendiri. Kalau tidak ada perhatian bibit seperti ini akan menghilang secara alamiah. Sayang sekali kalau sampai terjadi demikian. Saya cukup bersyukur di provinsi yang saya baru adakan turnamen RemajaTenis mulai tertarik selenggarakan sebanyak mungkin turnamen. Provinsi NTB sudah mulai merintisnya, sudah ada 2 TDP Nasional kelompok yunior (RemajaTenis) dan mudah mudahan bisa 3 TDP ditahun 2010, kemudian Sulawesi Tengah juga baru satu kali sebagai tuan rumah TDP Nasional RemajTenis, tetapi mudah mudahan beberapa bulan lagi akan hadir TDP Nasional dikota Palu. Sekarang saya masih menunggu kota Medan yang sudah sekali sebagai tuan rumah RemajaTenis. Sebaiknya dikota Medan minimal ada 2 TDP nasional, karena memiliki sarana dan prasarana memadai. Bisa dibayangkan salah satu kota diluar JAKARTA memilki 9 lapangan outdoor dan 2 lapangan indoor dalam satu lokasi. Kota mana yang bisa menyaingi Medan kecuali Jakarta dan Solo. Bisa dilihat Bandung, Surabaya, Semarang, D.I.Y masih kalah dengan Medan. Kota Solo sebenarnya cukup potensial sekali hanya yang menjadi pertanyaan saya adalah pandangan salah satu petinggi di Pelti setempat masih belum satu visi dengan saya, sehingga saya mencoba mengalihkan pikiran kekota lainnya, bukan berarti Solo akan dilupakan, karena saya akan tetap konsentrasi di Solo nantinya.

Hal yang sama saya perlakukan dengan turnamen RemajaTenis yang saya prakarsai mengantisipasi kebutuhan turnamen bagi atlet tenis khususnya yunior. Bisakah RemajaTenis ditingkatkan kualitasnya. Jawabannya tentunya bisa sekali.
Kualitas apa yang akan dilakukan. Ada pendapat kualitas pesertanya yang harus ditingkatkan sehingga kategori turnamen akan naik. Banyak cara dilakukan untuk meningkatkan kualitas dengan menarik petenis berkualitas. Sehingga lebih mudah mendapatkan sponsor yang bisa mengatasi kebutuhan klasik yaitu dana. Contohnya dengan memberikan hadiah-hadiah yang menarik. So pasti akan menarik perhatian bagi petenis berkualitas. Tetapi sebenarnya ini salah satu strategi marketing untuk menarik perhatian peserta. Tetapi dalam hal ini seperti dari dulu sejak saya perkenalkan Persami kemudian turnamen yunior lainnya, bagi saya hadiah bukanlah cara yang mendidik diberikan kepada peserta. Tetapi bisa saja pendapat saya tidak sepaham dengan rekan lainnya. Saya harus konsisten, karena tujuannya buat turnamen untuk memenuhi kebutuhan atlet, juga ada unsur pendidikan.

Tetapi ada satu hal yang akan saya lakukan adalah membenahi manajemen turnamennya, buka berikan iming iming hadiah. Sedangkan turnamen RemajaTenis itu bisa berjalan tanpa sponsor. Ini satu pembuktian yang sudah saya laksanakan, tetapi ada konsukuensi lainnya adalah saya dibuat tidak tenang alias saya harus berkorban waktu dan pikiran agar turnamen tidak membuat saya rugi besar. Yang bisa berakibat saya berhenti selenggarakan Turnamen. Alias kapok. Masalah rugi waktu dan pikiran bukan masalah.
Selama ini saya melihat banyak kelemahan didalam pelaksanaan RemajaTenis. Saya sudah 3 kali membatalkan pelaksanaannya karena minimnya peserta. Ini terjadi di tahun 2009 disaat pertama kali menggelar RemajaTenis. Dua kali di Jakarta dan sekali di Pekanbaru Riau. Tetapi alasan di Pekanbaru sudah tidak bisa diatasi karena saat penutupan pendaftaran ternyata hanya 5 peserta saja. Ini akibat tidak dibantu penyebaran informasi ke masayarakat tenis di Riau oleh rekan saya di Pekanbaru dimana sebelumnya sudah berjanji mau melakukannya. Akibatnya muncul ketidak percayaan masyarakat keberadan RemajaTenis, yang dikenal tidak pasti.

Tahun 2010, saya belum pernah membatalkan karena minimnya peserta, karena saya menjaga citra RemajaTenis. Konsukuensinya kerugian finansial sudah terjadi. Kalau pembatalan di Solo ( 2-4 April_) karena saat itu saya terima permintaan dari Semarang dimana rekan rekan ingin selenggarakan TDP dikota Semarang. Keinginan itu disampaikan bukan kepada saya tetapi disampaikan ke rekan di PP Pelti, Ketua Bidang Pertandingan. Sehingga sayapun tawarkan untuk mengalah. Banyak keluhan dari masyarakat tenis di Jawa Tengah dan DIY dilontarkan kepada saya tetapi saya bisa salurkan ke Semarang agar bisa ikuti turnamen tenis nasional lainnya. Sedangkan RemajaTenis di Banjarmasin yang semula tanggal 13-16 Mei 2010 diundur sesuai permintaan tuan rumah karena saat itu adalah minggu tenang dari Pilgub Kalsel.

Sabtu, 17 April 2010

Tudingan PNP bisa dibeli


Jakarta, 17 April 2010. Saya tidak lupa ada satu statement yang cukup mengagetkan kepada saya. Statement ini bisa saya kategorikan tudingan kepada institusi Pelti atau lebih tepatnya PP Pelti. Sudah banyak tudingan tudingan diarahkan kepada induk organisasi Pelti ini selama saya berkecimpung baik sewaktu diluar Pelti maupun sewaktu saya sudah duduk didalam induk organisasi.
Tudingan tudingan ini makin semarak sewaktu Humas Pelti sendiri ikut didalam pertikaian internal sendiri sehingga waktu itu ( th 2000 ) saya berinisiatif membuat website yang bertujuan mengcounter terhadap berita berita negatip yang ditujukan kepada induk organisasi tenis (PP Pelti). Maka dari itu muncullah situs www.inatenis.com, dimana saya sendiri yang menanganinya (admin) , baik sebagai pengisi berita, fotografer dan editor sendiri. Saya juga kaget sendiri semua itu bisa saya jalankan sendiri tanpa bantuan orang lain dalam meng-updatenya setiap hari. Semua bisa saya jalankan karena ada NIAT tulus menyelamatkan berita berita TENIS yang ditujukan ke induk organisasi. Dimanapun saya berada saya lakukan melalui internet, berbeda dengan sekarang bisa dilakukan dengan laptop langsung karena ada modem M2 yang saya bawa kemana saya pergi.

Tudingan terakhir yaitu sewaktu saya mengunjungi turnamen nasional Maesa paskah di Rasuna, datang dari rekan sendiri di Maesa. "PNP itu bisa dibeli" ujarnya yang cukup meyakinkan yang mendengarnya. Didepan banyak orang keluar statement tersebut. Sayapun minta agar beritahu PNPnya siapa yang dibeli, karena saya bisa telusuri PNP tersebut apakah dimanipuler atau tidak . karena petugas yang mengupdate PNP hanya satu orang, jadi mudah. Kalau dulu kala saya pernah dengar tudingan kalau PNP itu dimanipuler.

Saya sendiri mencari cari istilah dibeli. Apakah ada orangtua atau pelatih menyogok petugas Pelti agar peringkatnya dinaikkan atau bagaimana. Ataukan untuk mencari informasi ke PP Pelti itu harus gunakan uang ?
Sayapun minta kepada teman saya itu untuk berikan nama pelatih yang berikan informasi tersebut. Apakah hanya fitnah belaka atau ada motif lain. Atau hanya cuap saja, karena bisa saja teman teman saya ini adalah kelompok yang berseberangan dengan PP Pelti sekarang. Ini bisa saja terjadi karena saya tahu sifat dan kelakuan teman teman saya sendiri ini.
Sudah dua kali MUNAS (Musyawarah Nasional) Pelti berlangsung yang memilih Martina Widjaja selaku Ketua Umum dimana saya ikut didalamnya. tapi saya sudah ikuti Munas Pelti ada 4 kali yaitu Munas di Samarinda (terpilih Cosmas Batubara), di Bali ( terpilih Sarwono Kusumaatmaja) dan di Makassar dan Jambi dimana Martina Widjaja terpilih. tetapi hanya 2 Munas saya berperan aktip mensukseskan Martina.

Tudingan tudingan tersebut akan hilang sendiri seperti tudingan lainnya, sehingga saya sendiri anggap angin saja karena ada kemungkinan hanya isue memancing kemarahan saya yang makin hari mulai sensitip , maklum sesuai dengan usia sudah mulai uzur. Untuk menghilangkan pikiran pikiran yang bisa menjadikan diri strees, saya hanya bisa berdoa saja dan berkonsentrasi meningkatkan pertenisan didaerah daerah melalui program RemajaTenis melalui TDP Nasional maupun coaching clinic dll. Istilah dari tetangga sebelah yaitu sebodo teuing !

Rabu, 14 April 2010

Andrean Bertanya

Jakarta, 14 April 2010. Hari ini saya kedatangan tamu keponakan sendiri yang membawa suatu pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Pertanyaan ini ada kaitan dengan dunia tenis atau sudah lazim dilakukan didunia pertenisan profesional.
Andrean Raturandang yang baru kena musibah patah kaki akibat bermain sepak bola, datang sudah tanpa menggunakan tongkat tetapi masih jalan pincang, menanyakan apakah aturan yang digunakan oleh ATP-Tour juga diterapkan di Indonesia, yaitu mengenai Peringkat Nasional. Saat ini Andrean Raturandang masih mempunyai peringkat nasional ke 6, berarti masih termasuk diperhitungkan disetiap turnamen nasional.

Di dunia pertenisan internasional, ada pemain yang cidera panjang bisa sampai 6 bulan tidak bisa bertanding dan dalam perawatan penyembuhannya, maka saat dia akan bertanding lagi maka peringkat yang digunakan (saat peringkatnya itu biasanya anjlog jauh)adalah peringkat terakhir sewaktu cidera. Tetapi peringkat ini hanya berlaku untuk turnamen awal saja, karena begitu ikut turnamen berikutnya maka akan digunakan peringkat yang berlaku saat itu juga.

Masalah yang satu ini di Indonesia peraturan PNP yang baru dirubah tidak disebutkan masalah tersebut. Tetapi kalau aturan ATP-Tour maupun WTA-Tour yang saya ketahui tidak dicantumkan secara tertulis masalah ini, berarti ini suatu kebijaksanaan saja dari ATP-Tour maupun WTA-Tour.

Andaikan demikian masih terbuka peluangnya kebijakan seperti ini bisa juga diterapkan di Indonesia. Tetapi bagi saya, apakah Andrean masih mungkin bertanding tenis melihat kondisi kakinya seperti itu.
"Sebaiknya kamu konsentrasi jadi pelatih saja daripada jadi pemain." ujar saya sebagai nasehat baginya yang masih tetap ingin berkontribusi dipertenisan Indonesia. Masih banyak jalan menurut saya dengan kualifikasi yang dimilikinya, yaitu jadi pelatih , manajer tim tenis baik Davis Cup atau SEA Games dll. Semoga saja bisa terealiser keinginannya tersebut.

Melihat nasib Andrean saya sempat cerita kalau dulu ayah saya Jootje Albert Raturandang (alm) pemain sepak bola diwaktu muda, pernah melarang anaknya Alfred Raturandang main sepak bola dan tidak akan membelikan sepatu sepak bola. Tetapi sejak dia mengenal tenis maka kenangan sebagai pemain ataupun pecinta sepak bola bisa dihapuskan dengan cara tidak mau menonton baik langsung ataupun tidak langsung (TV) pertandingan sepakbola. Tapi sejak pelatih sepakbola Opa Mangindaan (alm) datang membawa tim PSSI ke Ampenan(Lombok) puluhan tahun silam, dia mau datang ke stadion sepakbola Ampenan untuk bertemu dengan temannya (Opa Mangindaan). Itu pertama kali mau menginjak stadion sepak bola.
Sedangkan Alfred Raturandang , ayah dari Andrean pernah ditarik masuk TC PSSI di Salatiga , ditolak oleh ayah saya. Sekarang justru cucunya bermain bola. Kena deh !

Senin, 12 April 2010

Alasan selenggarakan RemajaTenis

Jakarta, 12 April 2010. Ada yang belum tahu alasan saya sampai bersemangat meneruskan gagasan turnamen yunior RemajaTenis ditahun 2010. Saya sepertinya mempunyai semangat berlebihan tanpa melihat kondisi fisik sendiri yang sudah uzur.
Apalagi setelah melihat sendiri kondisi pertenisan dikabupaten kabupaten ataupun kotamadya diluar pulau Jawa, semangat makin menggila karena responsnya cukup besar dan tidak kalah lagi karena mereka sangat mengharapkan keberadaan turnamen didaerahnya masing masing. Menyadari kalau keberadaan turnamen didaerahnya akan menekan beaya dari masing masing peserta dibandingkan harus keluar daerahnya yang selain makan beaya besar juga makan banyak tenaga yang harus keluar mengikuti perjalanannya yang cukup panjang. Berarti manfaatnya RemajaTenis didaerah daerah cukup berarti bagi petenis yunior maupun orangtua dan pelatihnya.

Awalnya saya sedikit iseng selenggarakan RemajaTenis ini karena belum tahu betul kalau akan mendapatkan respons cukup baik. Keisengan ini ada dasarnya karena akibat perbuatan rekan lainnya membuat saya sedikit panas untuk menunjukkan kemampuan saya selenggarakan turnamen sendiri. Padahal kemampuan buat turnamen nasional maupun internasional sudah pernah saya laksanakan sendiri beberapa puluh tahun silam tetapi ini turnamen kelompok umum bukan kelompok yunior yang lebih sulit dalam melaksanakannya. Ini sudah saya pelajari tingkat kesulitan sebagai penyelenggara turnamen yunior lebih besar dari pada kelompok umum.
kritika sudah merupakan langganan setiap kegiatan, tetapi serangan ataupun protes lebih banyak muncul dari turnamen kelompok yunior. Dan saya sempat juga naik darah tetapi saya masih bisa meredamnya.

Di tahun 2010 ini saya pernah berbincang bincang dengan rekan saya juga (bukan duduk dikepengurusan Pelti), dan mendapatkan respons yang bikin saya marah. " Lo bukan Ponco Sutowo, lo bukan orang kaya , ngapain bikin turnamen." begitulah ucapan yang saya terima dari rekan satu ini yang punya kedudukan lebih baik dari saya. Mendengar ucapan tersebut bukannya saya mundur, tetapi justru bangkitkan semangat saya sebagai bentuk kemarahan saya atas hinaan tersebut. Inilah kehidupa didunia olahraga yang selama ini saya geluti.

Yang lebih menghibur diri saya justru sambutan dari masyarakat tenis khususnya orangtua maupun pelatih atas sepak terjang saya. Banyak pihak yang sangat berterima kasih sekali, ini yang membuat saya terharu dan menambah bensin semangat saya.
Kemudian saya teringat akan salah satu SMS yang saya terima sewaktu saya berada di Surabaya. Oleh salah satu rekan yang duduk dikepengurusan Pelti di daerah. Saya belum pernah kenal sama rekan satu ini tetapi sering berkomunikasi dengan email maupun SMS. Sewaktu saya mengirimkan SMS menyampaikan akan ada TDP baru didaerah tersebut, dapat balasannya adalah " Saya sudah muak dengan sepak terjang AFR."
Dia tidak tahu kalau nomer tersebut nomer saya karena saya gunakan nomer Flexi bukannya Indiosat seperti yang sering saya gunakan.
Sewaktu bertemu di Jakarta, saya bersikap biasa saja bahkan sering bercanda dengannya tanpa disadarinya atas SMS tersebut. Dan teman tema yang sudah pernah mendengar cerita saya menambah bumbu bumbu cerita kepadanya.

Setelah menyadari akan kebutuhan atlet didaerah maka timbul gagasan saya selain adakan RemajaTenis sebaiknya diselingi pula dengan acara lain, seperti coaching clinic ataupun pengenalan tenis melalui Play and Stay in Tennis. Di Palu diselingi dengan program Play and Stay in Tennis, sedangkan di Sumbawa diadakan coaching clinic bersama pelatih nasional.

Tetapi ada juga yang perlu dilakukan adalah acara seminar ataupun diskusi dengan orangtua, pelatih maupun pengurus Pelti setempat. Saya pernah lontarkan hal ini di Sumbawa tetapi karena kesibukannya sehingga terlupakan. Ini juga perlu sekalian sosialisasi permasalahan tenis secara keseluruhannya. Siapa tahu ada yang mau jadi sponsornya sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan meriah.

Mau Pindah Domisili Harus Ganti KTA

Jakarta,12 April 2010. Ada pertanyaan muncul dari salah satu pelatih dari Sumatra Barat mengenai perpindahan atletnya. Dari pertanyaan tersebut saya kembalikan kepadanya tujuan perpindahan atlet itu. Pindah domisili atlet ibaratnya sama dengan mau pindah rumah. Tidak ada yang bisa melarang kalau kita mau pindah rumah baik didalam satu provinsi maupun antar provinsi.

Kalau tujuannya agar di PNP juga dicantumkan daerah barunya maka tentunya harus ikuti juga aturannya. Sebagai contoh jika sudah punya KTA maka kalau mau pindah harus juga ganti KTAnya, bukan hanya kirimkan surat ke PP Pelti kalau sudah pindah domisilinya. Tetapi harus beritahukan ke Pengkot/Pengkab dimana asal KTAnya kemudian ditembuskan ke Pengprov Pelti daerah asal. Surat permohonan bisa saja dikirimkan ke PP Pelti dengan mengembalikan KTA aslinya untuk diganti KTA baru. Yang jadi pertanyaan sekarang apakah untuk proses pergantian KTA ada beaya. Menurut pendapat saya pribadi sebaiknya dikenakan beaya juga. Ini yang belum diputuskan oleh PP Pelti. Tetapi dalam waktu singkat akan saya bawa kedalam rapat PP Pelti sehingga bisa dapat kepastiannya.

Saat ini sudah mulai terlihat keinginan atlet yunior untuk pindah domisili latihannya baik antar provinsi ataupun antar kabupaten/kota dalam provinsi tersebut. Berbagai alasan dikemukakan untuk pindah domisili. Paling banyak justru dari luar daerah ke Jakarta bukan berarti tidak ada antar provinsi diluar Jakarta. Ada juga.
Sayapun sampaikan ada yang suka nakal, mau ganti KTA hanya sementara sedangkan KTA lama mau dipertahankan. Ini yang tidak sportif. Bisa saja KTA lama tidak dikembalikan dengan alasan hilang. Ini so pasti akan terjadi, berarti niat dari petenis tersebut sudah tidak sportif.

Ketika ditanyakan masalah PON XVIII tahun 2010, saya hanya katakan kita ikuti ketentuan dari KONI Pusat selaku pemilik event akbar tersebut. Apakah gunakan KTA yang dikeluarkan oleh PP Pelti, tentunya tidak, selama tidak ada perubahan Ketentuan KONI Pusat yang sudah pernah dikeluarkan KONI Pusat.

Minggu, 11 April 2010

Akte kelahiran asli atau Palsu ?

Kemayoran, 12 April 2010. Hari ini saya ke Kemayoran dimana diselenggarakan seleknas KU 14 tahun berlangsung. Pag pagi sudah terima SMS dari rekan Christian Budiman yang menagharapkan kehadiran saya di Kemayoran. Ada kekuatiran karena sering kali disetiap pembukaan seleknas selalu ada saja timbul protes dari orangtua peserta.

Memang sebelumnya saya pernah menyampaikan keinginan saya bertmu dengan salah satu pelatih dari luarkota yang anak asuhnya saya ragukan keabsahan akte kelahirannya. Ini menyangkut atlet putri.
Hari ini langsung saya ketemu pelatih tersebut yang membawa akte kelahiran yang asli diiringi oleh ayah dari putri tersebut.

Sebelumnya saya sampaikan keluhan saya masalah pencatutan umur yang terjadi selama ini dipertenisan kita, sudah banyak kasus kasus yang muncul dan mayoritas yang kena kasus ini dari salah satu provinsi di pulau Jawa . Dan juga paling menonjol datang dari salah satu kota di provinsi tersebut. Hari ini juga yang saya lihat juga atlet dari kota tersebut yang beberapa bulan lalu sudah pindah keluar pulau Jawa.

Saya tanyakan juga apakah bapak ini yang mengurus sendiri pendaftaran akte kelahiran ke kantor catatan sipil, dan mendapatkan jawabannya kalau dikampungnya, anak tersebut lahir dirumah bukan di rumah sakit. Hal ini menjawab pertanyaan saya karena ingin minta surat kelahiran dari Rumah Bersakin atau Rumah Sakit. Apakah benar demikian sayapun tidak tahu. Dikatakan pula kalau kebiasaan didesa yang mengurus adalah aparat desa ke kecamatan dan seterusnya.
Memang lain kota lain didesa kira kira begitu jawabannya. Saya melihat mimik ayahnya begitu yakin atau hanya pura pura saya tidak tahu betul karena saya bukan ahlinya.

Setelah melihat akte kelahiran asli yang ditunjukkan kepada saya , sepertinya tidak ada yang salah, tetapi timbul suatu pertanyaan dalam diri saya dan sudah saya ungkapkan yaitu keragu raguan atas tanda tangan tersebut. Apakah tanda tangan tersebut itu tanda tangan asli atau stempel tanda tangan. Pengelihatan saya sepertinya tanda tangan stempel. Apakah mungkin tanda tangan stempel untuk dokument penting seperti ini. Ini merupakan tanda tanya besar. Saya bertanya kepada rekan rekan masalah dokumen penting seharusnya tanda tangan harus asli bukan stempel tanda tangan.
Saya aendiri secara pribadi kemukakan kepada pelatihnya karena saya secara pribadi sudah lama mengenal pelatih ini sewaktu saya masih aktip sebagai petenis veteran di Jakarta Timur. Sayapun kemukakan agar tidak memelihara petenis yang bermasalah, karena yang akan kena dampaknya adalah pelatih tersebut. Ini yang harus diperhatikan oleh pelaku pelaku tenis. Sayapun tekankan kalau kita selaku pembina selalu menekankan sportivitas kepada atlet tetapi pembina sendiris ering tidak sportif.

Itulah hasil pertemuan saya dengan ayah dan pelatih atlet tersebut. Pembicaraan selanjutnya mengenai proses perpindahan atlet dari kota lama kekota yang baru lain provinsi.

Jumat, 09 April 2010

Siapa yang Layak Dapat Rumah Dari Pemerintah ?

Jakarta, 9 April 2010. Saya pernah kedatangan tamu mantan petenis nasional yang cukup populer yaitu Donald Wailan Walalangi. Dia mempertanyakan masalah usulan petenis Indonesia yang ditujukan ke Menteri Pemuda dan Olahraga RI. Usulan tentang permintaan rumah yang sudah ada dalam salah satu program Pemerintah semasa dipegang Menegpora Adhyaksa Dault.
"Kok si A (bukan nama sebenarnya) diajukan mendapatkan rumah oleh PP Pelti. Sedangkan dia belum pernah menjadi juara SEA Games sekalipun." ujarnya yang membuat saya kewalahan juga, karena tidak melihat adanya usulan dari PP Pelti tersebut.
Memang dalam kriteria dari Pemerintah adalah mantan atlet yang pernah keluar sebagai juara di SEA Games ataupun Asian Games. Dan juga belum memiliki rumah sendiri.

Usulan boleh saja tetapi penentuan tetap oleh Pemerintah sendiri dalam hal ini adalah Kementerian Pemuda dan Olahraga. Saya pernah dengar ada satu mantan atlet nasional yang ditolak usulan tersebut karena setelah diselidiki oleh Pemerintah yang bersangkutan sudah punya rumah.

Nah, saat ini kira kira siapa sih atlet nasional yang belum punya rumah dan pernah membawa prestasi di Internasional. Mulailah saya telusuri, seperti mantan ratu tenis seperti yayuk Basuki, Angelique Widjaja. Begitu juga Suharyadi (suami Yayuk Basuki). Tentunya ketiganya sudah memiliki rumah atau dianggap mapan alias mampu. Ada Romana Tedjakusuam, Wynne Prakustya, Daniel Heryanto tetapi sekarang sudah berdomisili d Luar Negeri. Ada Lita Soegiarto, Soegiarto Soetaryo, Lanny Kaligis Lumanau. Semuanya sudah ada rumah sendiri, kira kira begitu. Begitu pula Suwandi sudah jadi pengusaha Pom Bensin di Bandung. Coba kebelakang lagi seperti Abdul Kahar MIM, yang berdomisili di Bekasi. Apakah sudah ada rumah sendiri ? Saya belum tahu. Hal yang sama denga Donald Wailan Walalangi sendiri saya belum tahu juga. Ada Bonit Wiryawan di Surabaya. Begitu pula sepupu sendiri Andrian Raturandang yang saya tahu sekarang masih tinggal di Taman Mertua Indah artinya masih menumpang dirumah mertuanya sendiri. Ada Wukirasih Sawondari yang sudah pindah ke Bali (anggota Asian Games diBusan pemegang medali emas beregu putri). Lisa Andriyani sudah menikah dengan WNA.
Ya, siapa tahu ada yang bisa berikan masukan lagi, tentunya saya tidak ingat semuanya.

Obyek Wisata di Lombok

Jakarta, 9 April 2010. Setelah kembali dari dua kali kunjungan ke Provinsi Nusa Tenggara Barat, mulai dari pulau Lombok dan Sumbawa, saya mencoba mengenang kisah kisah masa lalu saya sewaktu bermukim di Lombok. Tepatnya saya tinggal ditahun 1959 - 1961, kemudian ke Bogor karena sekolah SMA Negeri 1 Bogor hanya satu tahun dari kelas 1 dan naik ke kelas dua (1961-1962), kembali lagi ke Lombok karena tidak betah di Bogor. Maklum baru pertama kali keluar dari orangtua. Setelah itu masuk ke SMA Negeri 1 Mataram. Tinggal di Karang Ujung yang waktu itu nama jalannya adalah jalan Saleh Sungkar. Sekarang sudah berubaha nama tersebut. Tetapi yang saya tidak lupa di Ampenan rumah tersebut terletak di sebelah rumah RS Katolik.

Coba mengingat ingat tempat wisata di Lombok, seperti pemandian Suranadi. Tempat yang unk, karena udara ditemapt pemandian ini panas seperti biasanya, tetapi air kolam renang itu dinginnya bukan main. Waktu itu punya sepupu dari Bogor Priyo Jatmo (alm) berkunjung ke Lombok dan sempat dibawa ke Suranadi. Dipikirnya sama dengan Puncak. Tanpa tanya, dia langsung loncat kedalam air, dan saat itu pula dia loncat naik ke atas, keluar dari kolam renang. Tidak disangka airnya dingin bukan main. Itu pengalaman unik yang saya ingat. Ada tempat yang disebut Narmada, ini komplek yang cukup luas dengan kebon bekas kerajaan Hindu dengan bangunan Pura tempat sembahyang bagi umat Hindu Bali. Lombok tediri dari 3 kabupaten waktu itu yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur. Sekarang ada 4 kabupatena dan 1 kotamadya. Yaitu tambahan Kabupaten Lombok Utara dan Kotamadya Mataram Pengarus Hidhu Bali sangat terasa di Lombok Barat. Berbeda dengan Lombok Tenga dan Lombok Timur dimana mayoritas penduduk asli suku Sasak.

Kalau Senggigi saat yang lalu belum populer, dan saya baru dengar setelah keluar dari Lombok. Saat ini Senggigi terkenal dengan pantai nya. Tempatnya seperti pantai di Kuta, terlihat juga turis asing sudah mengenalnya dan juga sudah banyak hotel hotel internasional. Ada juga Batu Bolong yang dari namanya jelas ada batu dengan lobang cukup besar menarik perhatian turis yang hanya 8 km dari Mataram

Begitu pula Gunung Rinjani dengan danau Segara Anak, saya belum pernah kesana hanya mendengar namanya saja saat itu dan sampai sekarang. Saat ini makin banyak obyek wisata seperti pantai SIRE dengan batu batuan letaknya agak jauh 36 km dari Mataram. Ada Kuta, nama seperti Kuta di Bali, dengan pantai yang cukup sepi yang letaknya agak jauh keselatan 56 km dari Mataram.
Keingian melihat semuanya belum sempat karena waktu hanya singkat berada di NTB, tapi siapa tahu dimasa mendatang bisa datang lagi. Semoga !

Kamis, 08 April 2010

SIAP tapi belum tentu siap


Jakarta, 8 April 2010. Kegiatan hari ini menghadiri Sarasehan yang diselenggarakan oleh SIWO PWI Jaya dengan topik "Jadi Tuan Rumah SEA Games yang Baik." di gedung Bung Karno Jakarta. Hadir disini Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Malarangeng, Ketua Umum KONI Pusat Rita Subowo, dan juga wakil wakil dari Pemprov dan KONI Prov. DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatra selatan.

Ada sedikit ganjelan saya yang akan saya kemukakan, tetapi kapan akan saya lakukan . Apakah disaat masih ada Menteri atau tidak. Tetapi saya pilih lebih baik langsung ke perwakilan dari DKI, Jateng, Jabar dan sumsel yang akan menjadi tuan rumah SEA Games 2011.

Saat dari Jateng presentasi, disebutkan kalau pimpinannya adalh seorang komandan (maksudnya militer ?) kata "SIAP" disebutkan sekali sebagai suatu kebanggaannya. Disinilah saya tergugah lebih besar untuk kemukakan uneg uneg saya.
Setelah semua perwakilan tuan rumah SEA Games berbicara, maka kesmepatan tanya jawab diberikan dan saya urutan kedua bertanya.

"Saya sering sekali mendengar kata SIAP." ujar saya membuka kesempaan bertanya. "Artinya siap sebagai pelaksana , maupun sarana dan prasarana. Tentunya konsekuensi langsung adalah siap dengan pendanaannya. Tetapi yang saya prihatinkan ternyata kata siap itu tidak sepenuhnya. Karena setelah ditunjuk sebagai tuan rumah, buntut buntutnya minta Dana sama Pemerintah Pusat." Hal ini saya sayangkan sekali, ternyata hanya merupakan lips service saja.Duduk disamping saya rekan dari ISSI Zul (mantan Humas KONI usat) dan mengatakan kepada saya. "Tega juga loe ngomong gitu." Langsung saya katakan kepadanya kalau saya sudah muak dengan sikap sikap seperti ini.

Sebenarnya sebelum diputuskan oleh KONI Pusat seharusnya dilelang saja daerah mana yang betul betul siap. Kejadian seperti ini sudah lama berlangsung disetiap kesempatan setiap daerah berlomba lomba menjadi tuan rumah PON. Tetap saja meminta ke Pemerinah Pusat melalui APBN, yang seharusnya daerah yang menyatakan siap itu betul betul berupaya mencari adan sendiri.

Menurut saya, sebaiknya dana Pemerintah Pusat itu diberikan kepada Provinsi yang PADnya rendah , dana Pemerintah Pusat digunakan untuk membangun sarana olahraga didaerah lainnya. Jika sanggup sebagai tuan rumah SEA Games berarti sudah siap segalanya termasuk pendanaannya.Karena saya sering keluar kota maka sayapun melihat banyak daerah butuh bantuan Pemerintah.
Kalau ditanya kepada mereka yang menyatakan siap tetapi masih minta dana pemerintah pusat maka jawabannya so pasti mengatakan Pemerintah Pusat harus sharing juga karena ini program dari pusat bukan
daerah . Aneeh 'kan !

Berkunjung Ke Newmont

Jakarta, 7 April 2010. Kesempatan ke Sumbawa (1 - 5 April) telah datang dan dimanfaatkan sekali untuk melihat fasilitas fasilitas lapangan tenis di lain kabupaten yaitu Kabupaten Sumbawa Besar. Undangan datang dari Pelti Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) untuk ke Taliwang Ibukota KSB tidaklah sia sia sehingga tidak akan dilepaskan kesempatan ini.
Diantar dengan mobil dari Sumbawa Besar (Kabupaten Sumbawa)menuju ke Taliwang, menyusuri pantai pantai yang masih bersih dari polusi, terlihat warnanya masih biru sangat menyejukkan mata sepanjang perjalanan. Kemudian memasuki Kabupaten Sumbawa Barat kendaraan memilih mengikuti jalan lama , yang naik berliku liku. Pemandangan dari bukit kearah pantai merupakan pemandangan yang menarik. Kemudian di KSB ini ada danau yang cukup besar disebelah kiri jalan yang sudah ditutupi oleh enceng gondok sehingga tidak terlihat adanya danau tersebut. Danau atau Lebuk sebutannya dinamakan Lebuk Meraran yang merupakan sumber kehidupan masyarakat di sekitarnya dengan ikan ikan mujair yang merupakan sumber kehidupan mereka.

Memasuki kota Taliwang yang awalnya hanya ikukota Kecamatan tetapi setelah adanya pemekaran menjadi Kabupaten Sumbawa Besar (KSB) dan Taliwang menjadi ibukota Kabupaten Sumbawa Besar. Bupati Sumbawa Drs. H.Jamaludin Malik sebelum menjadi Bupati pernah menjadi Sekretaris Kabupaten Sumbawa Besar. Perjalanan menuju ke kantor Pemkab KSB untuk bertemu dengan rekan Drs. Malik Nurdin salah satu pejabat teras di Kabupaten Sumbawa Besar yang juga pembina tenis. Gedung kantor masih baru mencolok dengan adanya bangunan Mesjid Raya yang cukup besar.
Setelah bertemu maka seluruh barang barang saya pun dipindahkan kemobil lainnya karena mobil dari Sumbawa Besar akan kembali ke sumbawa Besar.

Dikota Taliwang hanya memiliki 2 lapangan tenis dan hari ini sudah direncanakan melihat lihat fasilitas olahraga di Newmont Nusa Tenggara yang letaknya kurang lebih 23 km dari Taliwang yang letaknya kearah selatan.
Perjalanan ke Newmont Nusa Tenggara yang letaknya di kecamatan Maluk ini agak berbeda dengan perjalanan sebelumnya. Kali ini jalan agak menanjak menaiki bukit bukit yang penuh dengan MANGAN terlihat bukit bukit dengan batu batuan, disisi kananya terlihat lautan luas yang katanya ombaknya cukup menarik perhatian pecinta surfing.

Memasuk kecamatan Jereweh yang cukup besar, perjalanan dilanjutkan ke arah kecamatan Maluk sebagai tempat tujuan akhir perjalanan ini. Kemudian memasuki kecamatan Benete dan akhirnya masuk ke kecamatan Maluk dan kendaraan masuk ke halaman parkir luar Newmont Nusa Tenggara. Disinipun ganti kendaraan lagi karena tidak semudah diperkirakan saya sebelumnya, kendaraan harus dipandu oleh petugas Newmont Nusa Tenggara (NNT) ini dan setiap tamu harus mendapatkan ID tamu dari NNT.
Pindah kendaraan Xenia dari Kijang dijemput oleh Heri petugas dari External Communication Dept dari NNT. Memasuki pintu gerbang, kendaraan dihentikan security dan memeriksa ID pengendara mobil dan dicatat dan kendaraan diperiksa sepenuhnya. Setelah itu diperkenankan masuk, kendaraan menanjak perlahan karena sudah ada aturan kecepatannya. Setiap pengendara harus mematuhi aturan aturan ini, kalau melanggar maka akan ditilang oleh petugas dari NNT, bukan dari Polisi . Jalannya tidak mulus tetapi batu batu di lapisi. Kenapa tidak di aspal, karena seringnya kendaraan kendaraan berat yang berlalu lalang.

Akhirnya ada persimpangan , kekiri ke proyek pertambangan, kekanan keperumahan karyawan NNT yang disebut BUIN BATU Newmont. Terus ke lapangan tenis yang disampingnya ada sekolah (TK,SD dan SMP).
Ada 2 lapangan tenis yang kondisinya tidak seperti saya perkirakan seperti dikompleks hotel hotel internasional. Dengan dilapisi beton yang hanya dilapisi cat lapangan, bukan seperti Plexy pave lazimnya . Tetapi melihat kondisi lapangan masih layak digunakan untuk pertandingan, didukung fasilitas lampu yang memadai.
Munculnya Sport Manager Zaenuddin tidak disangka sangka sehingga sempat untuk berbincang bincang. Keberadaan lapangan tenis ini sudah 5 tahun dan sudah ada pelatih tersedia yang berasal dari Mataram. Tetapi tidak sepat ketemu pelatih tersebut.
Keinginan Zaenuddin mengikuti penataran pelatih sangat besar karena melihat selama ini sudah 5 tahun belum menghasilkan petenis andal yunior dan keinginannya ikuti penataran pelatih disampaikan kepada saya dan akan diberitahukan jika ada kesempatan maka undanganpun akan dilayangkan.

Zaenuddin-pun memberikan kesempatan jika ada keinginan selenggarakan turnamen nasional dan sayapun akan menyiapkan rencana ini kedepan karena masyarakat tenis di Provinsi NTB sangat membutuhkan TDP tersebut. Hal ini pernah dilontarkan juga oleh Bupati Sumbawa Drs H Jamaluddin Malik disetiap kesempatan bertemu dengannya.
Kemudian sayapun melihat fasilitas 2 lapangan lainnya yang terletak tidak jauh dari lapangan yang ada ini. Disamping lapangan tenis ada kolam renang. Tempatnya cukup menyenangkan bagi keluarga petenis yang ingin berenang setelah bertanding tenis.

Setelah melihat lihat fasilitas ini sayapun bersama Drs. Malik Nurdin yang setia mengantar kelokasi ini dan juga Eko Supriatna Referee TDP Sumbawa Bersaing kembali keluar dari komplek NNT tesebut. Untuk langsung ke Lombok. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 waktu Indonesia tengah.

Sewaktu masih berada di Taliwang sebelum ke Newmont Nusa Tenggara saya berusaha bertemu dengan Kawanua yang saya dengar banyak berada di NNT . Dapat berita dari rekan Ferry Kumayas di Mataram, saya mendapatkan nomer HP dari Vence (tidak ahu nama familinya). Saya berusaha kontak dan berhasil, tetapi sayangnya Vence sedang sakit dan berada dirumah.Dan saya diberikan nomer HP dari rekan lainnya yaitu John Noldi Dayoh yang juga hobi main tenis, dan saya berusaha menilponnya tetapi tidak bisa kontak. Akhirnya tidak bisa berhubungan dengan Kawanua dinegeri seberang ini.

Kembali dari NNT ke Taliwang melewati jalan jalan yang sama, dan setelah tiba di Taliwang rekan Drs. Malik Nurdin berganti kendaraan untuk kembali ke kantornya. "Terima kasih banyak telah mengantar ke Newmont." ujar saya kepadanya.

Perjalananpun menuju ke Poto (Pelabuhan)Tano melewati jalan yang sama, dan tiba di Poto Tano, sudah menunggu FERRY M Lestari yang masih sepi kendaraan yang masuk. Tidak lama kemudian kapal FERRY ini berangkat ke Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur. Dengan udara cerah dan tanpa ombak kapalpun berjalan lebih cepat bisa tiba di Lombok Timur, cukup 1 jam lebih sedikit sudah tiba. Ini dia Ferry naik FERRY.
Kembali ke Lombok atau Mataram dengan singah makan di Lombok Timur (Masbagik ), maka kendaraan tiba di Mataram pukul 21.15. Awalnya ingin menginap di Senggigi tetapi karena besok pagi pukul 05.00 harus meninggalkan hotel ke bandara Selaparang dan saya ingin bertemu dengan rekan Kawanua di Mataram yang saya belum kenal Ferry Kumayas maka saya pilih istrahat di Mataram saja yaitu Hotel Lombok Raya yang terletak di Cakra.

Memang betul kurang lebih pukul 10.00 saat mau tidur, saya terima telpon dari Ferry dan ketemu dilobi hotel. Disini Ferry ketemu Ferry. Dengan terkantuk kantuk ngobrol sampai pukul 12.00 malam. Ngantuuk deh !

Rabu, 07 April 2010

Jadi Talent scouting aja ya !


Jakarta, 7 April 2010. Dalam beberapa percakapan dengan rekan rekan tenis dibeberapa daerah, tersirat keinginan memajukan tenis daerah sendiri, tetapi tidak mengetahui permasalahannya. Ini cerita menarik sebenarnya. Sehingga ketika saya melihat potensi atlet tenis dibeberapa daerah dalam beberapa kesempatan, saya secara sepintas melihat permainan ataupun gaya permainan atlet tenis yunior didaerah masih jauh dari harapan.

Pengalaman melaksanakan turnamen tenis baik itu Persami Piala Ferry Raturandang maupun RemajaTenis, saya sudah mulai mengenal kualitas petenis di Medan, Mataram, Kalimantan Tengah, Palu. Sehingga muncul keinginan saya untuk menjalankan fungsi talent scouting demi kepentingan induk organisasi tenis atau dikenal dengan Pelti.
Saya baru saja ditanya oleh Ketua Umum PP Pelti Martina Widjaja ketika baru kembali dari Sumbawa, mengenai pendapat saya dengan kualitas petenis didaerah.
Sasarannya adalah petenis KU 10 tahun dan 12 tahun, yang saya lihat banyak persamaannya dengan petenis di Jawa ini. Perbedaan mencolok terjadi di KU 16 tahun atau 18 tahun. Khususnya kelompok putri. Kalau KU 14 tahun putra, perbedaannya adalah minim pengalaman bertanding yang lebih menonjol.

Timbullah pemikiran saya untuk kedepan dimana kegiatan RemajaTenis dikembangkan didaerah daerah, saya akan merekam permainan petenis daerah tersebut.
Sewaktu di Sumbawa, saya melihat ada satu kekeliruan yang dibuat petenis KU 10 tahun khususnya. Yaotu jenis raketnya sudah merupakan raket dewasa (mid-size).
Khususnya petenis purri KU 10 tahun , saya melihat beberapa pemain khususnya yang sampai semifinal, sudah memiliki gaya memukul cukup baik dan menarik perhatian saya, hanya saya lupa menanyakan namanya. Punya backswing, ada folllow through, ada swingnya juga.

Dimana kelemahan atlet tenis diluar Jawa ? Mungkin jawaban saya tidak sepenuhnya disetujui oleh rekan rekan sendiri karena saya pernah coba mengungkapkannya. Yaitu minimnya pelatih berkualitas didaerah daerah. Apakah masih berlaku seperti guru di TK, SD,SMP,SMA dan Universitas itu sama ? Tentunya tidak, makin tinggi permainan maka dibutuhkan tenaga pelatih yang lebih tinggi kelasnya.

Selasa, 06 April 2010

Aturan PORPROV

Jakarta, 6 April 2010. Dengan berubah aturan masalah ketentuan batas usia peserta Pekan Olahraga Nasional dari bebas usia menjadi kelahiran tahun 1991 membuat kesibukan tersendiri bagi pelaku olahraga didaerah daerah. Masalahnya adalah ketidak siapan daerah atas pembinaan yunior selama ini. Atau boleh dikatakan dengan adanya aturan baru ini terkuak sudah kekurangan kekurangan daerah selama ini dalam membina atletnya. Atau boleh dikatakan daerah sudah tidur lama sekali. Tetapi bagi daerah yang selalu lakukan pembinaan atlet yunior masalah ini menjadi motivasi sendiri sehingga membuka kesempatan atlet daerah menunjukkan prestasi di ajang akbar PON.

Tahun 2010 banyak provinsi akan selenggarakan Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) sebagai ajang persiapan PON. Jika masa lalu setiap PORDA atau PORPROV, pengamatan saya ada beberapa daerah kecolongan karena ada petenis nasional atau ex petenis nasional bisa ikut beberapa PORDA atau PORPROV. Akibat dari daerah hanya mengejar PRESTISE bukan PRESTASI.

Bagaimana mengatasi permasalahan kesulitan kesulitan kabupaten atau kotamadya dalam keikut sertaannya di PORPROV mendatang? Mengatasi hal tersebut jika diterapkan aturan batas susia kelahiran 1991, maka banyak kabupaten atau kotamadya tidak mempunyai pemain, akibatnya PORPROV tidak bisa diikuti oleh kabupaten atau kotamadya tersebut. Ada kesan sayang dana yang disiapkan oleh KONI daerah tersebut tidak bisa dimanfaatkan oleh segelintir orang. Nah, kalau sudah begitu apa mau dikata ?

Jikalau mau melihat kedepan atau mau mengejar PRESTASI tentunya aturan itu harus ditegakkan. Apakah ini cara terbaik mengatasi kemacetan prestasi olahraga yang sudah kronis sekali. Bisa ya bisa juga tidak. Tetapi saya punya juga solusinya mengatasi hal tersebut dengan cara membuat kombinasinya sehingga PORPROV bisa sukses besar. Ini akibat dari setiap penyelenggara selalu menghendaki kesuksesan yaitu sukses sebagai penyelenggara, sukses prestasi menjadi juara umum.

Caranya, bisa dengan persyaratan dari 3-4 petenis putra atau putri dalam regu dari setiap kabupaten atau kotamadya sebagai peserta, diselipkan aturan bahwa 50 % harus ikuti aturan dengan batasan usia kelahiran 1991 sedangkan yang lainnya bisa bebas atau dibatasi juga 23 tahun. Tetapi agar tidak ada kepalsuannya maka harus dibuat aturan yaitu dari 2 Tunggal yang dimainkan diwajibkan 1 petenis kelahiran 1991 dan pemain ganda 1 petenis harus kelahiran 1991, pasangannya boleh saja usia diatasnya.

Kira kira begitu solusinya jika ingin mengetahui pendapat pribadi saya sendiri. Tetapi bukan berarti semua Kabupaten maupun Kotamadya bisa ikut. Artinya tenis dikabupaten atau kotamadya tersebut betul betul TIDUR.

Biarlah Jadi Ketua Seumur Hidup

Sumbawa Besar, 5 April 2010. Saya baru kali ini melihat Sumbawa Besar dengan Peltinya telah melakukan yang seharusnya dilakukan oleh rekan rekan daerah lainnya. Pelti menarik iuran kepada anggotanya setiap bulan sehingga mempunyai kas sendiri. Disamping itu dilapangan tenis yang dikelola Pelti Sumbawa dikelola pula koperasi yang mensupply kebutuhan atlet seperti penjualan kaos, sepatu, bola ( Dunlop dan Tens), minuman dll.
Saya sendirisewaktu diceritakan oleh Effendi Winarto, melihat langsung kantin atau koperasi yang disiapkan. Hasil dari koperasi tersebut selalu diumumkan pertanggung jawabannya yang ditempelkan dipapan pengumuman.

Hasil pendapatan digunakan jika kebutuhan try out petenis keluar kota Sumbawa Besar. Tetapi yang menarik perhatian kalau Pelti menarik iuran kepada anggotanya setiap bulan.
Apakah selama ini ada Pelti daerah lainnya lakukan, saya belum mendengar. Mungkin ada juga tetapi karena belum semua daerah saya kunjungi maka saya belum mendapatkan data data seperti itu.

Apa yang dilakukan oleh Effendi Winarto sudah didengar sendiri oleh Bupati Sumbawa Drs Jamaluddin malik. Bahkan dalam perbincangan dengan Bupati disela sela pembukaan Remaja Sumbawa Bersaing, Bupati juga mengusulkan agar Efendi tetap saja jadi Ketua Pelti Kabupaten Sumbawa Besar seterusnya karena masa baktinya sudah mau habis.
Dikatakan pula ada yang mengusulkan Effendi jadi Ketua KONI Kabupaten.
Seorang figur Effendi Winarto ini sebagai Notaris di Sumbawa Besar cukup dikenal masyarakat Sumbawa karena sejak lulus jadi Notaris 14 tahun lalu langsung ke Sumbawa Besar.

Sewaktu berjumpa bersama Alfred Raturandang dan Amin Pudjanto, Effendi langsung mengatakan kalau dia sangat berkeingian saya bisa hadir di Sumbawa Besar melihat pertenisan didaerah tersebut. Yang saya tidak sangka sangka Alfred Raturandang bisa muncul memberikan coaching clinic di Sumbawa Besar. Begitulah ungkapan yang disampaikan Efendi kepada saya didepan Amin Pudjanto dan Alfred Raturandang.

Masukan dari Daerah Sumbawa

Sumbawa Besar, 5 April 2010. Dalam pembicaraan santai dengan rekan rekan Pengurus Pelti Kabupaten Sumbawa, saya melihat pengorbanan yang telah dilakukan oleh Ketua Pelti Kabupaten Sumbawa Effendi Winarto cukup besar tetapi yang didapat justru kekecewaan. Bisa dibayangkan Pelti setempat telah membayar pelatih untuk petenis yunior dan bahkan ada yang ditampung dirumahnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Martina Widjaja dirumahnya di Ragunan.

Kekecewaan muncul karena justru setelah mulai maju atletnya mulai bertingkah. Sayapun menyampaikan cara seperti itu sebaiknya diubah. Mungkin sudah ketinggalan jaman karena pola yang baik menurut saya, seharusnya beaya seharusnya orangtua ikut juga merasakan bukan Pelti yang harus menanggungnya semua. Bayangkan pengiriman atlet untuk try out keluar kota ditanggung oleh Pelti setempat.

Yang muncul adalah petenis yang baik datangnya dari kalangan orangtuanya yang tidak mampu. Kalau subisidi silang sudah dilakukan tetapi orangtua yang mampu tidak mau membantunya. Inilah masalahnya.
Sayapun memberikan pandangan kepadanya, sebaiknya Pelti tidak ikut dalam pembeayaan try out atlet. Cukup sebagai fasilitator dengan sediakan turnamen sebanyak mungkin di Sumbawa, datangkan pelatih untuk coaching clinic.Jika kegiatan kegiatan seperti ini sering dilakukan maka orangtua mempunyai kewajiban untuk try out.

Dimana peranan Pemerintah Daerah? Saya melihat suatu kejutan di Sumbawa Besar, petenis dari Lombok Timur datang 40 anak, dan Pemda berikan bantuan 1 unit bus untuk mengantar atlet atlet Lombok Timur ke Sumbawa. Datang banyak orangtua mendampingi putra dan putrinya. Berbeda dengan Sumbawa Besar, pelatih dibayar oleh Pelti setempat tetapi di Lombok Timur pelatih menarik iuran dari atlet yang belajar kepadanya. Ini sama seperti di Jakarta.
Sayapun sampaikan kalau bisa meniru cara Lombok Timur, dimana pelatih sendiri yang menarik iuran kepada atletnya sehingga Pelti cukup sediakan lapangan untuk latihannya.

Rumah Ini Ada Yang Tungguin

Sumbawa Besar 4 April 2010. Selama berada di Sumbawa Besar yang baru pertama kali saya menginjakkan kaki, disiapkan tempat penginapan di Pendopo Bupati Sumbawa. Ini keinginan Bupati sendiri agar saya bisa tingal disana, seperti pejabat Kabupatena jika berkunjung ke Sumbawa Besar selalu ditempatkan di Pendopo ini.

Ini pendopo adalah rumah peninggalan Belanda, dengan bangunan yang tinggi. Fasilitas cukup memadai, dimana disuguhkan buah buahan setiap harinya. Yang tidak saya sangka sangka kalau petugasbnya mengharapkan agar setiap hari buah buahan tersebut diganti yang baru, sehingga ada kewajiban untuk menghabiskannya. Ini pelayanan yang cukup baik sekali.
Tetapi ada hal yang cukup menankutkan bagi orang yang takut. Saya berangkat tidak sendirian, tetapi sudah berangkat anggota tim pelaksanan 3 orang dari Jakarta yang tiba lebih dulu. Selama saya dalam perjalanan dari Jakarta ke Mataram dilanjutkan dengan ke Sumbawa saya selalu trima laporan dari anggota tim tersebut.
"Pak rumah ini ada penjaganya." demikian bunyi SMS tersbut.Yang dimaksud adalah ada hantunya.
Diruang tamu ada foto dari Ratu Kerajaan yang lalu. Menurut salah satu anggota tim saya beritahukan kalau dia pernah sendirian malam malam memandang foto tersebut ternyata matanya bisa berkedip. Ini berita yang lucu juga. Diapun katakan kalau pembantu yang menjaga rumah tersebut pernah menanyakan kepadanya soal ada yang mengganggu apa tidak selama tidur disana. Ini semua disampaikan kepada saya masalah itu, dan juga dikatakan kalau setiap malam mereka ada saja yang tergangu tidurnya seperti ketindihan dsbnya.
Sayapun tidur seperti biasa sendirian tidak merasa ada gangguan tersebut. Hal yang sama ketika rekan Amin Pudjanto tiba dihari Sabtu malam, langsung katakan kalau dia dikamar mandi ada yang tegur dia. "Memang rumah ini ada yang nunggu." ujarnya

Tetapi sampai hari ini tidak ada hal yang sampai heboh atau gangguan gangguan yang menyolok mata. Dan sayapun punya kebiasaan sebelum tidur untuk berdoa kepada Tuhan sehingga tidak perlu kuatir akan gangguan tersebut.

Kombinasi Turnamen Yunior dan Veteran

Sumbawa Besar, 3 April 2010. Keinginan diadakan Turnamen Nasional di Nusa Tenggara Barat boleh dikatakan hampir 100 prosen bisa terpenuhi. Awal tahun 2010 tepatnya tanggal 2-4 Januari 2010 berhasil sudah selenggarakan Turnamen nasional yang biasa disebut TDP (Turnamen Diakui Pelti) di Mataram NTB, yang saat ini sedang berlangsung mulai 2-4 April dilapangan tenis Sumir Batir di Sumbawa Besar yang juga Ibukota Kabupaten Sumbawa.
Sambutan masyarakat Nusa Tenggara Barat khususnya kota Sumbawa Besar cukup menarik perhatian saya juga karena keinginan mereka sejalan dengan keinginan saya pribadi maupun induk organisasi Pelti di Jakarta.
Memang banyak liku liku yang harus dialami sehingga bisa terwujudnya keinginan tersebut, jika kita kurang menghayati permasalahan kebutuha atlet terhadap turnamen maka sulit rasanya bisa terealiser keinginan masyarakat tenis tersebut. Sudah saya amati sejak awal, dimana saya sudah berusaha baik secara pribadi maupun organisasi agar disetiap daerah bisa bangkit dengan menggelar kegiatan turnamen tenis khususnya yunior.
Apa yang saya bisa lakukan selama ini, saya tetap berusaha agar tidak putus putus menyadari rekan rekan didaerah agar tidak melupakan kegiatan turnamen ini harus bisa dilaksanakan.
Setiap saat, telepon seluler saya bekerja dengan kirimkan SMS memberikan pandangan pandangan terhadap kegiatan tersebut. Mulai dengan melemparkan permasalahan yang muncul selama kemudian memberikan solusinya. Ada yang cuek saja, dan ada yang memberikan respons cukup besar. Disaat saya sedang setir mobilpun kalau muncul pemikiran pemikiran tersebut saya tetap kirimkan SMS kepada rekan rekan tersebut.

Dari percakapan dengan rekan Ketua Pelti Kabupaten Sumbawa Effendi Winarto SH maupun dengan Bupati Sumbawa Drs. H.Jamaluddin Malik yang bukan orang asing di dunia olahraga karena pernah menjadi Sekretaris PERSISUM (Persatuan sepakbola Sumbawa). Dengan persamaan persepsi maka keinginan tersebut bisa saja terealiser.
Keinginan di NTB bisa digilir kegiatan TDP tersebut disetiap Kabupatena dan Kotamadya agar bisa juga selenggarakan kegiatan turnamen. Mereke sendiri mengakui kalau selama ini sangat meriah pertenisannya dengan menggelar turnamen VETERAN atau didaerah ini dikatakan pertandingan Las Vegas, artinya ada prize moneynya.

Bersamaan dengan Remaja Sumbawa Bersaing ditempat yang sama digelar pula pertandingan ganda putra Veretan, dengan pembatasan usia. Saya bersama Bupati Sumbawa ikut pula sebagai pesertanya. Dan diatur agar babak pertama pasangan Bupati Jamaluddin Malik/Ruslan ketemu pasangan Jamal dan saya sendiri.
Selama pertandingan godaan jatuh kepada rekan saya dengan sindirian sindiran yang biasanya agar keinginan jangan sampai Bupati tersebut kalah, padahal Bupati ini sangat sportip sekali. Kalah atau menang bukan masalah. Dan sayapun bertanding tidak terlalu memikirkan kalah atau menang. Tapi kalau menang memang harus menang. Akhirnya sayapun kalah dengan terhormat karena kedua belah pihak berjuang dengan sungguh sungguh. Terlihat Bupati sendiri keluar keringat bukan mainm, termasuk saya sendiri.

Kombinasi turnamen yunior digabung dengan veteran untuk menyemarakkan turnamen sangat patut ditiru juga ditempat tempat lainnya.

Senin, 05 April 2010

Perjalanan melelahkan ke Sumbawa Besar

Mataram, 1 April 2010. Perjalanan melelahkan juga dari Jakarta ke Mataram dan ke Sumbawa Besar diprovinsi Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya kalau Jakarta ke Mataram cukup 1,45 jam karena naik pesawat terbang, tetapi dari Mataram ke Sumbawa Besar naik mobil travel (kapasitas 10 orang) dan harus menyeberang dari ujung Timur Pulau Lombok ke ujung barat pulau Sumbawa dan diteruskan dengan perjalanan darai lagi ke Sumbawa Besar. Diusia senja seperti ini saya belum merasakan capek karena tertutup dengan keinginan memajukan tenis di Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu obsesi saya karena pernah menjadi atlet PON V Bandung tahun 1961 sebagai anggota tim tenis Nusa Tenggara Barat.

Berangkat dari Jakarta tanggal 31 Maret 2010 pukul 19.15 dan tiba 22.00 di bandara Selaparang Mataram. Langsung cari hotel untuk istrahat dan sebelumnya menguber Ayam Taliwang dengan plecingnya itu.

Berangkat pagi pukul 09.00 ke arah ujung Timur pulau Lombok duduk berdua dibarisan belakang karena terlambat booking bersama Eko Supriatna salah satu petugas Referee untuk Turnamen nasional Remaja Sumbawa Bersaing yang saya adakan dikota Sumbawa Besar (2-4 April). Perjalanan cukup menyenangkan melihat betapa indahnya sawah sawah dikiri dan kanan jalan. Mirip dengan pulau Bali karena Bali terkenal dengan sawahnya yang bertingkat.
Melewati Kabupaten Lombok Barat menuju ke Lombok Tengah dan tidak terasa memasuki Kabupaten Lombok Timur yang lebih luas dibandingkan dengan kedu kabupaten di Lombok ini.
Lama perjalanan makan waktu 2 jam karena si sopir cukup sopan membawa kendaraan tersebut. Tiba di Pelabuhan Kahyangan di Lombok Timur menunggu kapal FERRY yang akan mengangkut ke pelabuhan Tano di Sumbawa yang makan waktu sampai 2 jam juga.

Menyusuri pantai perjalanan cukup menyenangkan karena melihat betapa indahnya pasir putih sepanjang pantai di Sumbawa ini. Keinginan berenang muncul melihat bersihnya air yang biru dan menurut info kalau banyak ikan dan berita gembira bagi penggemar memancing. Memasuki Labuan Badas terlihat ada tempat pariwisata yang bisa dijual asalkan ada promosinya. Tersedia hotel Laguna Biru diatas bukit sebelah kanan jalan dengan view pantai. Labuan Badas tempatnya kapal kapal yang mau ke Pulau MOJO yang populer dengan kedatangan Lady Diana dari Inggris.

Akhirnya masuk ke kota Sumbawa Besar dan menuju ke Pendopo Bupati, tempat menginap yang diminta oleh Pengkab Pelti Sumbawa agar saya menginap di Pendopo tersebut dan dihalamannya tersedia 3 lapangan tenis. Tiba pukul 15.00 waktu setempat yang berbeda satu jama dengan waktu di Jakarta.