Jumat, 29 Januari 2010

Sanggupkah FORKOPI ?

Jakarta, 29 Januari 2010. Pertemuan hari ini antara FORKOPI dengan PP Pelti cukup ramai juga karena ada ketidak puasan atas kebijakan PP Pelti terhadap Seleknas KU 16 tahun, yang dipandang perlu mendapatkan masukan sebelum memberikan keputusan.

Tetapi bagi saya yang lebih banyak diamnya, dibandingkan banyak bicara, kecuali diminta oleh pimpinan rapat Johannes Susanto. Lebih cenderung menganalisa mau kemana arah pembicaraan tersebut. Yang sebenarnya saya sudah tahu betul maksud dan tujuannya.

Sebelum semua pembicaraan selesai, maka saya minta ijin kepada Johannes Susanto selaku yang mengundang mereka untuk menyampaikan sedikit anjuran.
Sayapun menghargai pertemuan seperti ini yang sudah memasuki untuk kedua kalinya. Dan saya sangat menghormati upaya yang dilakukan oleh rekan rekan yang mengatas namakan sebagai wadah resmi bagi para orangtua petenis di Indonesia, yaitu FORKOPI. Dan Pelti sebagai induk organisasi lebih senang jika bisa dikoordiner sesuai harapan masyarakat banyak atas sepak terjang FORKOPI ini. Saya sendiri sebenarnya masih meragukan sepak terjang mereka karena dalam pengamatan saya ini lebih cenderung memikirkan kepentingan anak sendiri dibandingkan kepentingan anak orang lain.

Sayapun minta bantuan sebagai bentuk kerjasama lebih bermanfaat antara FORKOPI dengan Pelti karena selama ini biang kerok kekacauan penyelenggaraan turnamen tenis adalah akibat ulah orangtua sebagai biang protes , yang anggota FORKOPI (Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia) ini , bahkan peristiwa terakhir di Surabaya Ketua FORKOPI mengata ngatai petugas pertandingan dengan kata MONYET. Seharusnya sadar fungsi mereka di setiap turnamen yaitu PENONTON saja. Laporan dari Referee justru yang beri contoh Ketuanya. Disamping itu juga saya minta tolong kepada organisasi ini dalam kasus CURI UMUR atlet tenis dimana pelakunya adalah orangtua petenis, yang juga sebagai anggota FORKOPI ini. Permintaan saya ini sepertinya tidak mau dilayani karena ketidak mampuannya dan dengan mengalihkan ke cerita lainnya. " Apakah saudara saudara SANGGUP apa tidak? "
Ternyata permintaan saya untuk mendapatkan jawaban SANGGUP tidak berani dikeluarkan. Bahkan sudah ditambah oleh Johannes Susanto." Seharusnya sanggup." Toh tidak berani menjawabnya. Bahkan saya bisa bantu mereka menunjukkan fotocopy akte kelahiran yang MERAGUKAN. Tidak perlu semua petenis diperiksanya, cukup yang mencurigakan. Jangan hanya ribut ribut di turnamen yang bikin kesal Referee yang bertugas. Sayapun katakan Pelti tidak sanggup, coba bantulah kami. Sayapun sempat memukul meja karena masing masing berbicara tidak menjawab pertanyaan saya. Ini sikap keras saya karena saya sedang serius.
Permintaan ini sebenarnya sudah pernah saya kirimkan dengan email kepada mereka dan tidak ditanggapi. Kekecewaan saya dengan keberadaan FORKOPI bisa membantu permasalahan pertenisan kita semua tetapi hasilnya masih dipertanyakan. Yang saya ketahui hanyalah kalau ada keputusan PP Pelti selalu muncul dengan protes protes mengatasnamakan FORKOPI yang sebenarnya menurut saya pribadi hanyalah trik trik Ketuanya untuk mencari perhatian belaka.
Setelah keluar dari ruang rapat saya bertemu tamu salah satu orangtua lainnya yang bertamu ingin bertemu saya. "Apa itu FORKOPI" itulah pertanyaannya membuat saya heran karena putrinya juga salah satu petenis DKI yang aktip disetiap turnamen tetapi tidak tahu ataupun tidak mau tahu. Ini yang saya kurang tahu.
Bahkan ada pertanyaan dari rekan lainnya, yaitu " Kapan sih dan dimana berdirinya FORKOPI."
Hal yang sama ketika berbicara dengan pelatih Bunge Nahor soal FORKOPI, justru mengatakan tidak mengakui keberadaan FORKOPI. Kesimpulan saya FORKOPI itu hanyalah milik segelintir orang saja di Jakarta. Saya hanya kuatir saja bahwa sepak terjang oknum tertentu dengan berlindung diwadah organisasi. Karena nyatanya justru biang ributnya adalah salah satu petingginya seperti laporan yang saya terima dari rekan Referee.

Masalah seleksi nasional KU 14 tahun, sempat masuk berita kalau akan diambil alih oleh FORKOPI inisiatip seleksi, sedangkan Pelti sudah memutuskan kalau tidak ada seleksi. Berita menyebar kepara orangtua untuk tujuan tertentu. Sedangkan sikap Pelti tetap tidak berubah. "Silahkan seleksi sendiri." Ternyata keinginan itu tidak dapat tanggapan dari orangtua. Dan akhirnya keputusan tetap ditangan PP Pelti.

Akhirnya saya terima SMS dari salah satu orangtua petenis . " Kiapa deng tu FORKOPI ? Kt liat2 so tarlalu byk dikase angin jd makin jadi..."

Serangan SMS dari Surabaya

Jakarta, 29 Januari 2010. Hari ini saya terima 4 SMS berturut turut dari nomor 0813 574 153 92, yang tidak pernah saya tanggapi lagi karena sudah pasti orang yang sama. Kritikan maupun masukan dari siapa saja selalu saya terima dengan lega dan tidak perlu kepala panas. Karena nomor ini bukan untuk pertama kali, sehingga saya simpan dengan kode GILA.

Yang pertama muncul “ Dgn tidak adanya sponsor buat persami di Jatim, mjdi indikasi bhw dukungan kpd FR meluntur krn FR mau as a commander (not manager) thd smua prmasalahan tenis nas & daerah & gerak PP Pelti shg FR cenderung one man show & otoriter. Ada yg katakana FR merasa mampu sekali &/ato mngkn FR pengin tena !. Maaf.”
Dan dilanjutkan lagi SMS berikutnya “ Krn meluntur, so hendaknya FR mau brhitung JIKA mau ambisi jagokan diri lagi pada pemilihan 2012. Semoga FR bisa memahami indikasi melunturnya dukungan tsb secara bijaksana dan mampu legowo hatinya utk bersikap madeg pandhito ratu, sehingga nama baik FR tetap terjaga & terhormat. Mohon maaf.. Tks.”
Yang ketiga saya buka, bunyinya demikian.” Ada yg katakan JIKA FR masih tetap ambisi jagokan diri lagi maka FR pakai prinsip BONEK = BONdo NEKat atau ANYER = Asal NYERuduk… Maaf.”

Yang keempat bunyi demikian. Saya sampaikan ini krn saya tahu semua dan saya masih “dibelakang layer” panggung tenis Indonesia. & agar FR tetap dalam nama baik ketika ada penyerahan estafet.. Semoga menjadi bahan renungan ..MAAF & TKS.

Begitulah kejadian hari ini yang saya sadari sekali masih ada orang orang yang tidak senang ataupun tidak puas kepada Pelti tetapi dilimpahkannya kepada saya pribadi. Bukanlah hal yang aneh sekali bagi saya masalah ini. Saya pernah ketemu di Senayan dugaan saya orang ini yang bernama P asal Surabaya, dengan sering menggunakan berbagai nama di dunia maya.
Kalau didunia lain, serangan fajar sering terjadi. Kalau saya adalah serangan SMS, begitulan saking canggihnya dunia ini sehingga bisa dengan mudah menyamapaikan ketidak puasannya dengan cara sendiri sendiri. Sayapun tidak akan membalas SMS tersebut. Yang saya bisa lakukan adalah “delete “ bikin penuh inbox HP.

Etika Pergaulan

Jakarta, 29 Januari 2010. Hari ini saya menerima satu peristiwa yang sangat diluar dugaan. Ada pemberitahuan dari rekan Johannes Susanto bahwa ada keinginan pelatih bertemu muka dengan pembawa keputusan atas rencana seleksi nasional KU 16 tahun. Semalam saya terima telpon dari rekan Christian Budiman yang ikut dalam pemegang keputusan soal seleksi nasional memberitahukan bahwa ada pertemuan tersebut.


Setelah tiba di kantor PP Pelti saya baru sadar ada pertemuan antara FORKOPI dengan PP Pelti dimana akan hadir petinggi FORKOPI seperti Ketua, Humas dll. Pukul 14.00 saya memasuki ruangan rapat sudah hadir rekan orangtua pemain, Freddy Rumambi , pelatih Roy Morison dan Achmad Saefullah orangtua petenis Ramdhani Khadafi dan dari Pelti ada Johannes Susanto dan Slamet Utomo didampingi Slamet Widodo. Selesai memberikan salam kepada yang hadir sayapun duduk ditempat yang kosong. Tidak lama kemudian masuklah salah satu orangtua petenis yunior, Indriatno Sutjiadi (Humas). Langsung memberikan salam kepada yang hadir dengan berjabat tangan. Tidak lama kemudian masuklah HG , dan satu persatu diberikan jabat tangan sebagai salamnya. Setelah Slamet Utomo yang duduk disamping saya, ternyata yang bersangkutan pergi tanpa memberikan salam kepada saya. Saat itu saya sedang menerima telpon duduk disamping Slamet Utomo dan memperhatikan kedatangannya. Sayapun terheran heran mendapati perilaku yang tidak biasa terjadi dikampung saya Sulawesi Utara. Saya baru sadar kalau dia itu memandang musuh dengan saya , sedangkan saya tidak demikian. Apakah karena perbedaan etika pergaulan. Atau karena pendidikan saya lebih rendah. Biarlah tidak semuanya yang rendah itu jelek. Ada contoh, yang baik adalah rendah hati.
Salah satu karakter yang harus dimiliki orang yang ’ berlabel Kristen ’ adalah murah hati. Hal ini disampaikan Yesus saat Ia mengajar orang banyak di atas bukit: ” Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” ( Matius 5:7 ).

Sebagai umat beragama hanya sabar dan sabarlah. "Orang sabar dikasihi Tuhan." Begitulah kata kata orang bijak kepada saya.

Kamis, 28 Januari 2010

Goblok Untuk PP Pelti


Jakarta, 28 Januari 2010. Kata GOBLOK adalah kata yang kurang tepat diberikan kepada siapa saja. Selama ini saya sudah pernah mendengar pelatih maupun orangtuanya menggunakan kata GOBLOK sebagai ungkapan kekecewaannya kepada anak anak.

Siang ini saya menerima telpon juga dari rekan Johannes Susanto.Dan menyampaikan kalau ada orangtua petenis yang mengatakan GOBLOK kepada pengurus-pengurus Pelti. Kenapa sampai terungkapkan kata kata mutiara seperti itu datang dari orangtua yang cukup berpendidikan. Keluhan ini datang dari rekan Johanes Susanto disampaikan pertilpon. Masalahnya apa ya !. Ternyata permasalahan datang dari rencana PP Pelti adalan Seleknas KU 16 tahun yang diputuskan kemarin dalam rapat koordinasi antar biang PP Pelti. Selama ini sudah sering dilakukan PP Pelti seleknas baik putra dan putri bersamaan waktunya. Apakah yang dipermasalahkan itu pemberitahuan ini mendadak karena biasanya seleknas KU 16 tahun itu dilakukan paling cepat akhir Februari bahkan Maret ataupun April. Ataukah yang dipermasalahkan perubahan waktu event Junior Davis Cupnya. Saya cukup sedih sekali kalau sampai itu terjadi. Sedih kenapa. Karena seharusnya cari tahu dulu alasan rencana seleknas putra dan putri digabung waktunya bersamaan sedangkan turnamen Junior Davis Cup (putra 16 th) lebih awal daripada Junior Fed Cup( putri 16 th) .

Begitu mudahnya mengeluarkan kata kata mutiara seperti itu. Yang dikatai Goblok itu jauh lebih tua usianya. Sedih dan prihatin rasanya kalau mendengar kata kata mutiara ini. Tapi begitulah situasi dinegara tercinta ini yang sangat terkenal dengan ramah tamahnya. Bukan hanya didunia politik terjadinya tetapi di pertenisanpun bisa terjadi.

Pagi ini setelah sibuk kirimkan informasi, saya juga disibukkan dengan permintaan salah satu orangtua yang lain atas keputusan seleknas KU 16 tahun tersebut.
Wajar saja orangtua itu menanyakan permasalahannya, karena merasa ada kekeliruan dalam perhitungannya, sehingga putrinya tidak ikut diundang PP Pelti ikuti Seleknas tersebut. Ketegangan sempat terjadi saya dengar ketika orangtua itu berbincang bincang di telpon dengan rekan Christian Budiman Wakil Ketua Bidang Pembinaan Yunior dan Ketua Bidang yaitu Danny Walla. Memang tujuannya untuk mencari tahu permasalahan apa yang menyebabkan putrinya tidak masuk dalam 10 petenis yang diundang tersebut. Ketegangan muncul terdengar dari suara suara dengan nada tinggi dari yang muda kepada yang llebih tuan. Tetapi akhirnya dia sadar kalau ada kekeliruan didalam penyampaiannya. Permintaan maaf langsung didepan saya per telpon disampaikan kepada Danny Walla.
Saat itu saya harapkan sabar saja sampai Christian Budiman datang karena dia yang membawa datanya.
Sewaktu bertemu antara keduanya, saya sedang tidak ON masalah ini karena masih ada permasalahan lain dan sedang siapkan bahan bahan untuk surat jawaban kepada Gubernur Sumatra Selatan. Saya mau ketemu Ketua Umum PP Pelti dikantornya. Jadi saya lihat keduanya sibuk berdiskusi.
Akhirnya sayapun sampaikan jikalau ada kekeliruan sebaiknya kita perbaiki. Tetapi yang jadi masalah adalah keputusan rapat jikalau ingin diperbaiki juga dalam rapat. Bukan saat ini, asalkan membawa datanya. Jadi tidak bisa saya dan Christian yang perbaiki. Akhirnya saya sampaikan kepada Christian dalam menjawab permintaannya itu kita tampung dulu kemudian dibawa kepada rekan rekan lainnya yang ikut dalam rapat terakhir antar bidang.

Tetap atau Mundur

Jakarta, 27 Januari 2010. Keasyikan dengan persoalan turnamen sehingga tidak terlalu memperhatikan situasi perpolitikan yang dikembangkan oleh media massa. Setelah menerima peserta kurang lebih 128 petenis yang telah mendaftarkan diri sebagai peserta turnamen nasional yunior RemajaTenis di Jakarta yang direncanakan tanggal 29 - 31 Januari 2010 di Senayan., saya hari ini telah selesai ikut serta di Rapata Koordinasi Antar Bidang PP Pelti.
Setelah itu sewaktu kembali kerumah saya sempat menerima salah satu masukan dari orangtua peserta yang kuatir akan dampak rencana demonstrasi besar besaran besok tangal 28 Januari 2010 seperti yang diekspos di media massa. Saya sampai lupa kalau akan ada demo besar besaran melanda Jakarta dan kota kota besar lainnya.

Saat itu juga saya kirimkan SMS kepada orangtua peserta meminta pertimbangan apakah RemajaTenis diteruska seperti rencana semula atau ditunda. Cukup banyak alamat yang saya kirimkan minta pendapat. Yang pertama masuk dari Cianjur kemudian dari Bandung, yang keduanya memberikan masukan yang cukup membesarkan hati. "Jalan Terus." kira kira begitu. Tetapi setelah itu masuk lagi banyak SMS sebagai balasan yang meminta diundur saja demi keselamatan. Disni saya mulai bimbang dan ragu atas jawaban yang datang dari banyak orangtua.
Memang kalau dipikir, kota Jakarta terjadi masalah karena pihak keamanan sudah mengantisipasinya.Ya, memang kalau dipikir tidak ada dampaknya. Tetapi begitu saya terima SMS yang setuju untuk diundurkan maka sayapun mulai berpikir ulang. "Terus atau undur." begitulah yang terjadi saat itu.
Larut malam sayapun berpikir pikir terus. emudian terpikirkan kalau sampai diteruskan sedangkan banyak yang setuju diundur maka ada kemungkinan peserta jauh berkurang. "Apa jadinya bagi peserta yang datang dari luar kota, sudah jauh jauh datang ternyata putra/putrinya dikelompoknya hanya ada 2-3 pesertanya. Apa jadinya kekecewaan itu akan muncul bukan hanya orangtua tetapi bagi si anak sendiri. Itulah saya mulai bimbang dan akhirnya saya putuskan diundur saja. Langsung malam ini kirimkan emali kepesertayang mendaftar.

Rabu, 27 Januari 2010

Saya punya 2 pendapat

Jakarta, 27 Januari 2010. Hari ini saya dapat pertanyaan dari rekan sendiri Christian Budiman masalah pemilihan atlet tenis ke Shen Zhen tgl 14-28 Maret 2010. Kenapa Christian menanyakan hal ini, karena sebagai penanggung jawab pembinaan yunior dia mengehendaki masukan datang dari saya sehingga dalam memutuskan pemilihan pemain bisa berjalan dengan lancar. Karena tidak ada seleksi tanding sehingga hal ini perlu ditanyakan. Disamping itu Pelti menerima surat melalui email dari salah satu orangtua petenis yang ternyata masuk dalam nominasi ke urutan 9 dimana kemungkinan masuk ketiga besar lebih kecil. Orangtua satu ini suka ajukan protes kepada PP Pelti dengan menggunakan nama Forum komunikasi sebagai wadah orangtua dan yang pernah mengajukan surat ke PP Pelti agar saya di nonaktipkan. Kali ini email sebagai pribadi orangtua anaknya sendiri.

"Dalam hal ini, saya ada dua pendapat. Sebagai PRIBADI saya terus terang tidak suka sama dia. Tetapi sebagai wakil sekjen usulan dia patut dipertimbangkan. Karena saya tidak mau lagi dikatakan oleh dia saya vested." ujar saya kepada Christian Budiman. Pernyataan ini pula saya sampaikan diaat beberapa jam kemudian didalam rapat koordinasi antar bidang kepada Ketua Bidang Pembinaan Yunior PP Pelti Danny Walla.
Yang hadir lainnya pada ketawa mendengar pernyataan saya ini.
Dalam rapat sayapun sampaikan prestasi dari Mark Ginting cukup bagus sehingga bisa dipertimbangkan untuk dipilih, menggeser rekan rekan lainnya ada 6 petenis yang juga menyatakan kesediaan membeayai sendiri ke China.
Dari rapat akhirnya dipilihlah 3 (tiga) nama putra dan 3 (tiga) nama putri yang akan dikirimkan ke Shen Zhen China. Mereka yang terpilih adalah Raheta Riki Ardiansyah dari Karawang, Armando Soemarno dari DKI dan Mark Ginting. Sedangkan putri terpilih Indhun Safaati, Woyla Waluyo dan Alif Nafiah.

Selasa, 26 Januari 2010

Tanggal 26 Januari 1974


Jakarta, 26 Januari 2010. Hari ini tepat 36 tahun saya berkeluarga. Karena tepatnya hari Sabtu 26 Januari 1974 saya berada di Gereja Paulus jalan Imam Bonjol Jakarta berikrar janji didepan pendeta (saya lupa namanya). Hampir peristiwa ini gagal disebabkan setelah 15 Januari 1974 yang dikenal dengan peristiwa MALARI, kota Jakarta berlaku jam malam. Nah jam malam ini sebagai kendala rencana menikah saat itu. Tetapi Tuhan menghendaki lain, karena 25 Januari 1974 jam malam dihilangkan.
Mengenang saat sebelum menikah, banyak kejadian kejadian yang saya tidak bisa lupakan. Mulai dari acara keluar rumah, dirumah tante sendiri Lenny Arifin-Raturandang di jalan Rasamala Menteng Jakarta. Saat mau keluar rumah saya memegang cincin yang pernah saya dapat dari teman wanita lain. Tapi cincin ini bukan cincin pertunangan, hanya sebagai souvenir saya dapatkan waktu itu. Saat itu disamping saya rekan kantor saya Drg Widyananda , langsung ambil cincin tersebut. Karena kuatir saya salah ambil cincin sewaktu digereja nantinya. Saya tidak lupa saat itu saya menggunakan jas hitam yang saya buat di Singapore sewaktu kunjungan pertama ke Singapore tahun 1973.
Sewaktu itu saya rencanakan dan laksanakan sendiri mulai dari persiapan sampai acara di Gereja maupun tempat resepsi di Gereja juga.
Dari seluruh rencana saya semua disetujui oleh orangtua tetapi ada satu rencana saya yang tidak bisa diterima oleh Bapak saya (Jo Albert Raturandang alm)karena sewaktu di cek rencana rencana saya semua ini. Orangtua saya semua tinggal di Manado sedangkan adik adik saya semua sudah di Jakarta, kecuali adik terkecil Joan Ilona Octova Raturandang (sekarang Ny Henuhili). Waktu itu saya punya rencana dari Pulo Raya menuju ke Gereja Paulus dengan pakaian pengantin bukan menaiki kendaraan Mercedez Benz yang disediakan oleh adik adik Bapak saya. Pilihan saya yaitu naik bus PPD rute Blok M ke lapangan Banteng. yang melewati depan Gereja (letaknya disamping Gedung Bapenas). Langsung keinginan saya ditolak oleh Bapak saya. " Kalau ini saya tidak terima. Yang lainnya sih okey saja." ujarnya saat itu.

Kejadian kedua yaitu rombongan calon penganten pria tiba dirumah calon penganten wanita. Saya langsung disambut oleh mertua laki laki. " Mana Non ?" ujarnya bertanya kepada saya, karena pangilan dirumah Sarce adalah Nona. Langsung teringat saya waktu itu saya kirim kendaraan kerumah calon mempelai wanita dengan sopir dari kantor (Carlo Erba) untuk persiapan ke salon. Acara ini memang direncanakan dan dilaksanakan oleh kami bedua saja. Ternyata belum selesai dari salon. Akibatnya acara ditunda sebentar sambil menunggu calon mempelai wanita tiba.
Kejadian lainnya adalah sewaktu didalam gereja. Waktu itu tidak ada gladi resik sehingga saya tidak diberitahu tata caranya.
Disaat Pendeta memberikan kode dengan tangan agar saya membuka penutup muka pengantin wanita, saya berpikir berbalik badan. Langsung saya balik kanan mengahadap kebelakang. Semua yang hadir tertawa. Sadar kalau saya buat kesalahan akhirnya balik lagi ikuti keinginan Pendeta.
Setelah selesai acara pernikahan , disaat ramah tamah karena tempat pesta saya lakukan di ruangan samping Gereja saya sempat bercanda kepada Pendeta. " Itu buktikan kalau saya belum pernah menikah."

Acara pesta pernikahan ini merupakan upaya eras saya dalam mempersiapkan acara pernikahan dengan hasil kerja selama ini saya kumpulkan. Bukan berasal dari kocek orangtua. Ini merupakan kebanggaan saya, mulai dari beaya pesta sampai lain lainnya. Mungkin ada juga bantuan dari orangtua tetapi saya saat itu uang simpanan habis untuk pernikahan.
Ego ataupun keangkuhan saya saat itu, dimana oleh Adik adik Bapak saya berkumpul ( Jan Raturandang, Lenny Arifin, Pop Waworoentoe, Fred Raturandang yang semuanya sudah almarhum saat ini) ingin membantu pernikahan saya. menunggu saya meminta kepada mereka tetapi saya diam saja. Bayangkan saking angkuhnya saya waktu itu merasa ingin menikmati hasil jerih payah saya selama ini untuk membeayai pernikahan saya sendiri. Dan saya sampai harus menangis melawan keangkuhan saya waktu itu tidak ingin dibantu mereka, tetapi karena adik adi Bapak saya sangat besar keinginannya membantu putra kakaknya sendiri sehingga sepakat akan membantu, tetapi saya tidak mau. Ini masalahnya. mereka ingin membantu tetai saya saking sombongnya menolak. Tapi akhirnya saya harus mengalah.

Setelah menikah saya tinggal belum dirumah sendiri, tetapi menumpang dirumah adik saya Alfred Raturandang yang mendapatkan satu rumah di jalan Jaksa Menteng dari bosnya Pak Kosasih (alm)yang tinggal di jalan Mangunsarkoro Jakarta. Saya tinggal untuk 2-3 bulan sambil mengumpulkan uang dulu karena setelah pernikahan uang saya hanya tinggal Rp. 5.000 saja. Setelah beberapa bulan, saya diajak oleh rekan Benny Mailili (alm) untuk kontrak rumah di Bukit Duri Tebet Utara, disamping rumahnya. Jadi tetangganya. Masuk jalan kerumah, melalui gang yang cukup untuk jalan motor, setelah itu ada jalan disamping rumah itu ada kabel melintang didepannya. Sehingga teman teman suka bercanda tentang rumah saya. Sudah masuk gang masih harus menunduk dulu karena ada kawat listrik melintang.
Teringat rumah kontrakan itu ibaratnya seperti kandang ayam saja. Karena kawat didepan ruamh itu dari kawat bulat bulat seperti kandang ayam punya. Modal kawin saat itu adalah satu tempat tidur dan lemari pakaian saja. Tetangga saya adalah 2 keluarga asal Gorontalo tempat asal Benny Mailili (alm) , sehingga suasana seperti di manado saja. Waktu itu biasanya kontrak rumah harus 2 tahun sekaligus. Tetapi saat itu saya boleh bayar setahun saja sekitar Rp. 15.000.Karena Pak haji pemilik rumah senang kalau rumah kontrakannya itu ada yang hamil. Itulah kisah tinggal di Bukita Duri dan putra pertama lahir di Bukit Duri, Albert ferdinand Raturandang yag dipanggil dengan nama Dino. Kenapa nama Dino, karena swaktu itu Dino lahir 10 Oktober 1974 saya tergila gila dengan World Cup dimana favorit saya adalah ITALIA, dengan goalkeepernya Dino Zoff.

Setelah 36 tahun berumah tangga, saya harus mengucapkan syukur kepada Tuhan yang telah memberkati keluarga dengan 2 anak dan sekarang dua cucu. Belum lagi sudah memiliki rumah sendiri di alamat sekarang diatas tanah 300 m2 yang cukup besar ukuran keluarga kecil. Sehingga saya sudah sepakat mau menjualnya. Sudah pasang iklan melalui internet tetapi belum ada yang melihat langsung kerumah di Taman Alfa Indah, Kebon Jeruk Jakarta Barat, baru sekedar telpon tanya harganya
.

Senin, 25 Januari 2010

Tidak ada sponsor, Persami tidak jalan

Jakarta, 25 Januari 2010. Saya terima SMS dari orang Surabaya (tidak ngaku) yang selama ini membayangi sepak terjang saya dengan kirim SMS maupun email. SMS ini mau beritahu saya masalah PERSAMI di Jawa Timur yang kesulitan sponsor sehingga sulit dijalankan dengan rutin. Ini dikutip dari berita Jawa Pos.
Sebenarnya saya sudah lama mendengar masalah ini, karena sewaktu saya terima SMS pemberitahuan dari salah satu pelaku tenis di Surabaya beberapa tahun lalu yang menyampaikan kalau mereka menunggu sponsor untuk menjalankan PERSAMI. Maka sayapun kirim balasan dengan mengatakan kalau cari sponsor dan dapat sponsor sebaiknya buat saja Turnamen Nasional. Karena PERSAMI adalah turnamn yang bisa berjalan TANPA SPONSOR. Bahkan saya saat ada kesempatan berkunjung ke Surabaya sekalipun saya jelaskan arti dari Persami tersebut.Kapan, Bagaimana cara selenggarakan Persami. tetap saja tidak mau mengerti. Apakah saya harus turun langsung ke Surabaya ?

Andaikan berita dari salah satu media cetak asal Surabaya benar seperti yang saya terima SMS hari ini , maka ketergantungan terhadap sponsor akan membuat tidak akan ada PERSAMI yang juga merupakan salah satu bentuk turnamen atau kompetisi yang sangat dibutuhkan oleh petenis.

Dalam SMS yang saya terima, ada cemohan diberikan kepada saya kalau tidak mungkin bisa selenggarakan PERSAMI tanpa Sponsor. Ya, biarkan saja oramg tersebut yang tidak mau dan bisa mengerti tentang tenis ataupun Persami berceloteh semaunya. "Emangnya gue pikirin."

Kembali ke tahun 1996 di lapangan tenis Kemayoran, saat Persami diperkenalkan oleh Pengda Pelti DKI Jakarta. Waktu itu Persami mendapatkan suntikan dana dari Ketua Pengda Pelti DKI Jakarta Martina Widjaja. Keinginan Martina waktu itu agar kegiatan turnamen setiap akhir minggu. Dan dicobalah dengan PERSAMI itu. tetapi rasanya hanya sekali saja. Setelah itu berhenti karena harus ada sponsor dana dari Ketua Pengda Pelti DKI Jakarta. Karena terhenti beberapa bulan maka saya ambil inisiatip dngan jalankan sendiri . Saat itu saya duduk sebagai Komite Pertandingan dan juga Komite Promosi dan Pemasaran Pengda Pelti DKI Jakarta.

Setelah saya jalankan sampai saat ini yang 4-5 tahun silam atas anjuran salah satu orangtua peserta Persami untuk mengubah nama Persami menjadi Piala Ferry Raturandang. Alasannya masuk akal, dimana idea dan pelaksana saya sendiri maka dianggap layak menggunakan nama Piala Ferry Raturandang.

Selama jalankan Piala Ferry Raturandang, saya pernah mendapatkan sponsor tetapi tidak dalam bentuk DANA, melainkan dalam bentuk hadiah seperti datang dari INDOMILK, OREO, ANDEC. Tetapi sewaktu di Bandung saya juga mendapatkan DANA dari salah satu orangtua peserta (Jahja T Tjahjana ) dan saya berikan kepada pemenang sebagai hadiah dalam bentuk voucher telpon. Ini berjalan 2-3 kali turnamen di Bandung.
Sewaktu di Palangka Raya, Piala Ferry Raturandang -69 bulan Nopember 2009, saya terima sponsor dari Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto dalam bentuk hadiah raket DUNLOP, dan juga T-shirts dari pelatih Hadiman dari Sekolah Tenis KTKG.

Nah, apakah ada ketergantungan dengan sponsor ? Saya termasuk yang tidak mau tergantung terhadap sponsor. Karena saya tahu jika kalau ada ketergantungan maka kelanjutan turnamen Persami akan tersendat sendat karena sepengetahuan saya sendiri perusahaan jika mau sponsor kegiatan ada masa atau periode tertentu tidak untuk selamanya. Sehingga periode sponsorship juga ada batas batasnya.
Apakah saya menolak jika ada yang mensponsori ? Tentunya sangat naif sekali kalau saya menolaknya.

Minggu, 24 Januari 2010

Sebaikmya RemajaTenis dikembangkan

Jakarta,23 Januari 2010 "Sebaiknya RemajaTenis dikembangkan." ujar rekan Johannes Susanto kepada saya disiang yang indah ini. Memang keinginan mengembangkan bukan hanya RemajaTenis tetapi juga ke turnamen tenis lainnya sudah ada didalam pemikiran selama ini . Bahkan saya sudah mulai mengembangkan turnamen turnamen diluar DKI Jakarta, dan Puji Tuhan sudah beberapa daerah mau mengikuti anjuran saya.
Yang jadi masalah semua ini saya kerjakan sendiri, mulai dari membuat konsep sampai persiapannya. Tapi inilah seninya, untuk mengisi waktu luang bisa berbuat sesuatu.

Siang ini sayapun menerima telpon dari rekan Muhammad di Tarakan. Dia itu kalau tidak salah Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kotamadya Tarakan. Keinginan Muhammad menyambut baik inisiatip saya agar dikota Tarakan diselenggarakan lagi turnamen yunior skala nasional. Konsep saya dengan RemajaTenis bisa diterimanya. Memang kota Tarakan setiap tahun selenggarakan turnamen internasioal Women's Circuit dan tahun lalu pernah selenggarakan turnamen nasional yunior.

Sepengetahuan saya, setiap daerah punya keinginan yang sama hanya bedanya mereka itu tidak tahu bagiamana caranya. Sebagai contoh setelah saya perkenalkan Remaja Tenis di Medan, hari ini saya juga terima SMS dari Medan salah satu rekan yang juga pengurus Pelti kota Medan. Minta ijin mau selenggarakan Remaja Medan Bangkit seri kedua dengan menggunakan nama Remaja Medan Bangkit-2. Bagi saya bukan masalah karena kepentingan tenis di Medan itu lebih penting daripada kepentingan sendiri.

Disamping itu saya terima SMS dari Palangka Raya (Kalimantan Tengah) dari petenis yunior. Mereka bertanya kapan Piala Ferry Raturandang diselenggarakan lagi di Palangka Raya. Ini permintaan tuus datang dari atlet yunior. Sudah ada 3 SMS dari Palangka Raya menanyakan hal ini. "Kapan ya ?"

Keasyikan dengan penuh semangat kegiatan remajaTenis saya lakukan sehingga sedikit melupakan Persami saya sendiri. Saat ini saya sedang siapkan RemajaTenis di Gelora Bung Karno Jakarta , tepatnya tangal 29-31 Januari 2010. Sudah tercatat sampai 103 peserta yang sudah mendaftar. Ada sedikit yang aneh, saya buka kelompok 18 tahun sebagai persiapan darah menghadapi PON XVIII th 2012. Tidak ada yang mendaftar, beda dengan diluar Jakarta, ada yang ikuti

Jumat, 22 Januari 2010

Adakan seri Masters RemajaTenis


Jakarta,22 Januari 2010. "Sebaiknya RemajaTenis adakan juga seri Mastersnya." ujar Pardjan salah satu Referee RemajaTenis memberikan masukan kepada saya. Ini sebenarnya diawal peluncuran RemajaTenis di Jakarta saya sudah menerima masukan dari orangtua petenis peserta. Memang ada daya tarik tersendiri bagi peserta jikalau ada seri Masternya. Tetapi saya punya alasan lain yang belum saya ungkapkan kepada masyarakat.
Awalnya saya harus buktikan kalau Turnamen itu adalah kebutuhan atlet, sehingga saya kurang tertarik membuat turnamen dengan memberikan hadiah bermacam macam. Kuatir motivasi ikut turnamen untuk mendapatkan hadiah, bukan prestasi.Bahkan baju kaospun di Jakarta, Jogja dan Cirebon tidak saya berikan kaos tersebut kepada peserta, dan akibatnya sempat diributkan di Jogjakarta, sehingga sempat diisukan image AFR menurun dengan RemajaTenis di Jogja.
Jadi, jika selenggarakan seri Masters supaya seri seri sebelumnya jadi banyak pesertanya, dengan penuh janji janji hadiah bukan prestasi, maka ini tidak akan saya lakukan.

Tetapi jika motivasi ikut Masters adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap prestasinya ini maka saya akan berubah pikiran. Memang ada kebanggaan jika terpilih salah satu dari ratusan atlet lainnya, ini saya juga sadari.
Sekarang timbul masalah bagi saya adalah agar terealiser keinginan seperti ini maka saya harus memberikan bentuk hadiah apa yang bisa diberikan. Artinya saya harus mendapatkan sponsor. "Disinilah masalahnya."

Setelah berjalan ditahun 2009 , saya telah mencoba di Jakarta, Jogjakarta, Cirebon dan Medan kemudian diawal tahun 2010 di Mataram dan akhir Januari mendatang di Jakarta, saya setelah merenungkan semua ini dengan berbagai kejadian yang kurang menarik, maka sayapun berkesimpulan hanya orang gila saja yang mau laksanakan turnamen tersebut.

Keinginan adakan Masters terungkap oleh Referee Pardjan kepada saya, akhirnya saya kemukakan kendalanya. Yaitu saya dalam posisi sulit. Karena saya duduk di Pelti tentunya harus mementingkan kepentingan Pelti didalam pencarian sponsor bukan kepentingan pribadi. "Kenapa tidak cari sponsor untuk Pelti?"
Ada kekuatiran adanya vested interest sudah pernah diungkapkan oleh salah satu orangtua petenis yang sebelumnya sangat fanatik selenggarakan turnamen yunior, dan diungkapkan langsung kepada saya.

Tetapi saya berikan solusi juga kepada Pardjan untuk disampaikan kepada orangtua yang bertanya atau menyampaikan keinginan diadakannya seri Masters RemajaTenis. Yaitu jika mereka mau carikan sponsor untuk seri Masters maka rencana seri Masters akan bisa dilaksanakan."Enteng kan."

Rabu, 20 Januari 2010

Percobaan Bunuh Diri

Jakarta,19 Januari 2010. Hari Senin kemarin saya tidak keluar rumah karena ingi istrahat setelah dua hari dirumah badan terasa tidak nyaman. Tidurpun terasa dingin padahal tidak gunakan alat pendingin (AC). Istrahat jalan terbaik.
Hari ini saya berangkat ke Sekretariat PP Pelti, dan didepan kantor sekretariat PP Pelti saya lihat ada Police Line, berarti ada kejadian hebat sampai Polisi menutup jalan ke pintu masuk. Langsung dibenak saya timbul kecurigaan ada terjadi sesuatu dikantor PP Pelti. Apakah ada kantor Pelti kemasukan maling atau ada kejadian lainnya? Ternyata tidak ada kehilangan atau kemasukan maling.

Setelah bertemu beberapa orang didepan pintu, akhir mendapatkan jawaban atas keberadaan Police Line tersebut. Ternyata semalam ada kejadian yang sedang populer kalau kita ikuti berita di media massa. Semalam ada anak muda lakukan percobaan bunuh diri dengan jatuh dikanopi. Waduh gimana nasib pemuda tersebut. Ada bekas darah yang ditutup dengan gravel tepat didepan pintu masuk.
Menurut salah satu wasit tenis tepatnya semalam pukul 21.00 ada pemuda yang tak dikenal jalan diatas kanopi dan kanopinya jebol dan pemuda tersebut jatuh dan berita yang saya terima sudah diangkut ke RSCM. Ada yang mengatakan koma belum meninggal.

Informasi yang saya terima pemuda tersebut adalah mahasiswa dari Bandung yang malam itu terlihat sangat gelisah berjalan jalan distadion tenis diatas kantor PP Pelti.
Ada ada saja . Beberapa tamu yang datang juga kaget melihat didepan kantor ada police line berwarna kuning tersebut.

Selasa, 19 Januari 2010

Permintaan Aneh aneh

Jakarta, 18 Januari 2010. Kalau diluaran sering kita dengar masalah yang sangat hangat diberitakan oleh media massa, sayapun menerima tawaran rada aneh aneh belakangan ini. Yang saya maksud dipemberitaan sejak diungkapkannya kasus Anggodo adalah masalah makelar kasus atau dikenal dengan MARKUS.

Saya terima telpon dari salah satu orangtua petenis yang meminta bantuan secara personal kepada saya masalah keinginannya memperbaiki kehidupannya. "Ada lagi masalah ini ."
Biasanya permintaan bantuan jika alami musibah atau kesulitan dalam kehidupannya. Tapi ini minta bantuan masalah mau meningkatkan kehidupanya yang saat ini dianggap sangat menyedihkan.
"Apakah ada kenalan di Markas Besar setingkat Jenderal." ungkapnya kepada saya pertelpon. Ini belum pernah saya lakukan pendekatan terhadap petinggi militer walaupun ada yang saya kenal, bahkan ada yang masih hubungan famili.
Agar tidak mengecewakan saya ingin ketahui permasalahannya. Tetapi sayapun tidak mau beri janji karena masalah ini belum pernah saya hadapi. "Saya tidak janji." kira kira begitu ungkapan saya kepadanya.

Kemudian datang lagi SMS dari luar pulau. Intinya ingin ikuti ITF Level-1 National Coaches Course tanggal 713 Februari 2010 tetapi hanya mengharapkan sertifikatnya saja. Mau membayar entry fee sebesar Rp. 1.500.000 tetapi tidak bisa ikuti teori dan praktek apalagi ujian. Dengan harapan agar bisa dapat sertifikat. Karena sulit dapat ijin dari kantor.
Bulan Desember 2009, saya juga terima SMS dari pelatih diluar Jawa. Dalam memori telpon seluler saya tidak terdaftar nama pelatih tersebut. Permintaannya adalah buatkan undangan fiktif, yaitu ada penataran pelatih internasional dari tanggal 14-28 Desember 2009, sedangkan SMS itu datang disekitar tanggal 20 Desember 2009. Dikatakan pula ini untuk menghabiskan dana akhir tahun dari KONI didaerah tersebut, maka jika saya mau ikuti kemauannya maka akan dapat imbalan berupa uang. Ini betul betul permintaan gila yang tidak mungkin saya penuhi.
Yang jadi pertanyaan saya, sebegini rendahnya mentalitas pelatih didaerah, karena mengejar sertifikat belaka dengan cara cara seperti diatas.

Sabtu, 16 Januari 2010

Mau Cari Untung

Jakarta,16 Januari 2010. Ada tudingan maupun kata kata kurang bijak atas apa yang saya lakukan untuk pertenisan di Tanah Air. Bukan hanya kegiatan turnamen tetapi kegiatan lainnya. Karena selama ini saya selain aktip selenggarakan turnamen baik Piala Ferry Raturandang (Persami)maupun RemajaTenis bukan hanya di Jakarta bahkan sudah melebar kedaerah daerah seperti di Palembang, Cilegon, Bandung, Sidoarjo, Manado,Singaraja, Balikpapan, Palangka Raya untuk Piala Ferry Raturandang . Kalau RemajaTenis di Jakarta, D.I.Y, Cirebon, Medan dan Mataram.
Dua tahun lalu saya selenggarakan penataran pelatih ITF Level-1 National Coaches course di Senayan. Responsnya cukup besar, bisa dibayangkan datang dari Papua, Papua Barat, Sumbawa dll.
Melihat perlunya peningkatan SDM bukan hanya petenisnya tetapi juga pelatihnya maka sayapun tergerak untuk selenggarakan penataran kepelatiah. Pengalaman saya dua tahun silam bisa selenggarakan ITF Level-1 coaches course dimana Pelti tidak keluar dana maka inisitaip ini saya kemukakan kepada bidang yang menangani selama ini, bukan PP Pelti. "Ada kesan saya cari untung." inilah dia jawaban negatip yang saya terima sehingga sayapun mulai kendor masalah kepelatihan pelatih. Saya hanya bisa menghimbau daerah daerah agar sadar kepentingan peningkatan kualitas pelatihnya harus dapat perhatian. Apa lagi kedepan kepentingan daerah di PON XVIII di tahun 2012 butu perhatian pelatihnya.

"Mau cari untubg." begitulah saya sering terima baik secara langsung maupun tidak di turnamen Piala Ferry Raturandang dan Remaja Tenis. Terakhir kali sewaktu selenggarakan RemajaTenis di D.I.Y sehingga citra Remajatenis (katanya) sedikit negatip dimasyarakat tenis DIY khususnya. Ini karena saya tidak sediakan T-shirt yang jadi bahan guncingan yang gencar.

Mau cari untung, dan saya hanya menanggapi dengan mengatakan seharusnya Anda berdoa saya harus untung untuk kegiatan tersebut. Kalau tidak untung saya tidak akan dua kali selenggarakan ditempat Anda. Seangkan kaos itu bukan kebutuhan atlet, yang penting adalah turnamennya. Keluhan seperti ini datangnya bukan dari anak anak yang sangat butuh terhadap turnamen. Ocehan datang secara gamblang didepan saya dengan cara cara menyedihkan bagi saya dilakukan orang yang jauh lebih muda usianya.
Tetapi ini datangnya dari satu dua orangtua atau pelatih, sedangkan mayoritas tertawa atas ulah orangtua seperti ini . "Datang kemari untuk cari turnamen bukan kaos." begitulah tanggapan dari orangtua yang datang dari Surabaya ke Jogja saat itu.

Hal yang sama juga sewaktu saya sampaikan keinginan diselenggarakan ITF Level-1 National Coaching Course, menurut adik saya sendiri seperti yang disampaikan oleh rekannya adalah saya cari untung. Sehingga sedikit berat untuk memenuhi kehendak selenggarakan ITF Level-1 Coaching course. "Ya, apa boleh buat ." Padahal mereka ini lupa kalau saya paling sering terima pertanyaan melalui telpon seluler saya masalah keinginan ada penataran pelatih.

Bulan Desember 2009, saya disampaikan oleh rekan rekan dari Tabloid Tennis, ada keinginan selenggarakan ITF Level-1 National Coaches course. Langsung saya dukung dengan edarkan surat kedaerah daerah. Yang lebih hebat begitu saya kirimkan SMS ke nomer nomer HP pelatih maupun pengurus didaerah, langsung masuk pendaftaran sekitar 17 peserta yang berminat ikuti kegiatan ini. Ini sebagai contoh betapa penataran pelatih sangat ditunggu tunggu oleh pelatih didaerah daerah. Kalau dua tahun silam pesertanya beberapa mantan petenis sebegai peserta (Bunge Nahor, Albert Polohindang, Achmad Yusuf, Erni, Paulinawati, Mario dll).
Untuk ITF Level-1 National Coaches Course yang diadakan tangal 7-13 Februari 2010 di Senayan, ikut mendaftar mantan petenis nasional Prima Simaptiaji dan Wukirasih Sawondari (Bali). Muncul permintaan dari Linggau (Sumsel), Riau, Palangka Raya, Bali, Makassar, Papua dan lainnya.

"Mau dirapatkan Dulu "


Jakarta,16 Januari 2010. Menggiatkan tenis didaerah tidak cukup dengan sebar wacana saja , karena saya yakin sekali TURNAMEN adalah KEBUTUHAN atlet. So, apa yang harus kita lakukan dan mau mulai dari mana ? Inilah masalah serius yang saya pikirkan selama ini.
Tetapi masalah ini bisa saja terabaikan kalau kita sudah punya NIAT, sehingga kebutuhan atlet tenis bisa terealiser. Di era boomingnya IT, maka kesulitan tersebut bisa diatasi dengan cepat. Kalau dulu saya sering kirimkan surat resmi kedaerah daerah menghimbau mereka agar kegiatan turnamen ditingkatkan mulai dari PERSAMI (pertandingan sabtu minggu) sampai ke TDP (Turnamen Diaku Pelti=turnamen nasional)dan kurang responsnya. Maka sekarang saya ubah dengan menggunakan IT. Bahkan Persami yang saya selenggarakan berubah namanya menjadi Piala Ferry Raturandang yang sudah masuk ke 69 kalinya tanpa keterlibatan SPONSOR dalam bantuk dana.

Saya sangat gandrung dengan telpon seluler, bahkan sebelum tidurpun masih siapkan SMS yang akan dikirimkan besok pagi, mumpung tidak lupa. Kebiasaan SMS ini ada juga dampak burukya yaitu disaat sedang mengendarai mobil masih tidak luput kirim maupun baca SMS. Telpon seluler saya ini lebih banyak penggunaannya untuk SMS dibandingkan kirim telpon. Tapi menerima telpon juga sering maupun SMS. Jika sudah berlaku Undang Undang Lalu Lintas, bisa kena tilang nyetir sambil telpon. Kira kira Rp. 750 ribu dendanya. "Katanya".

Beberapa hari ini saya kirimkan SMS kemasyarakat tenis di daerah daerah, baik ke orangtua maupun pelatih dan juga rekan rekan Pelti didaerah. Karena saya lihat banyak orangtua rajin kirimkan anaknya bertanding ke turnamen di pulau Jawa ini yang padat turnamen. Sehingga saya lebih berkonsentrasi kedaerah saja sehingga awalnya mulai dari Jakarta sampai lupa selenggarakan di Jakarta. Beberapa SMS masuk ke telpon seluler menanyakan waktu penyelenggaraan RemajaTenis di Jakarta.Bahkan himbauan juga datang langsung untuk tidak melupakan Jakarta. Begitu juga ada pelatih yang datang berhadapan langsung minta diselenggarakan di Jakarta turnamen RemajaTenis. Tanpa mengetahui kendala kendala saya jika di Jakarta.

Dari kebiasaan kirimkan SMS, saya punya pengalaman atas jawabannya yang negatip terhadap kebiasaan saya ini kirimkan informasi tentang kegiatan tenis khususnya turnamen. Sedangkan mayoritas sangat menyambut baik atas informasi tersebut. Memang ada sedikit kurang ajar (mungkin kata ini kurang tepat), saya sering berulang ulang kirim SMS dengan berita yang sama , karena yang dikirim tidak berikan jawabannya. Akhirnya datang juga yang ISENG berikan jawabannya. Mau tahu, tanggapan yang dikeluarkan. Yaitu saya dikatakan CEREWET kirimkan SMS ini berulang ulang, cukup sekali saja. Ini datang dari Bali (kalau tidak salah dari KarangAsem). Dan yang datang dari Riau lain lagi. Dianjurkan agar saya tidak ngurusin turnamen ataupun pembinaan, karena ada bidang yang mengaturnya, sebaiknya urusin Sekretariat PP Pelti, karena dia sangat kecewa tidak ada jawaban atas suratnya. Memang ada suratnya bertanya, sudah didisposisikan kepada bidang bersangkutan, tetapi kemungkinan belum ada jawaban karena ketua bidang tersebut keluar kota. Tentunya saya belum bisa menjawabnya. Ini yang buat dia kesal. Tetapi sebagai Wakil Sekjen saya punya kewajiban kirim informasi dengan SMS karena dengan SMS lebih cepat dan tepat sasaran. Banyak surat surat yang dikirimkan ke daerah tidak disebar luaskan diwilayahnya sebagai bentuk tanggung jawabnya. Maka dari itu saya melihat sarana SMS maupun surat elektrinik lebih tepat.

Saya kirimkan SMS kepada masyarakat dan Pelti setempat, dan saya dapatkan jawaban yang sama. "Mau dirapatkan." begitulah jawaban klasik yang saya terima. Ini bermakna bagi saya pribadi berdasarkan pengalaman selama ini, ini artinya tidak akan ada respons. Bahkan sebulan lalu SMS serupa saya layangkan kepadanya dengan jawaban yang sama (mau dirapatkan). Kenapa begitu, sepengetahuan saya didaerah untuk acara rapat saja sudah jarang dilakukan tidak seperti kami di senayan, minimal dua minggu sekali ada rapat koordinasi antar bidang.Yang tempatnya lebih banyak direstoran saja dengan beaya dari masing masing ketua bidang bukan dari anggaran kegiatan Pelti. "Maklum ketua bidang ini masih banyak uangnya (pribadi),"
Kalau sulit ketemu, tawaran ini jadi kelupaan. Begitulah nasib tenis didaerah, tetapi jangan pikir didaerah tidak ada turnamen. So pasti ada tetapi sifatnya lokal. Dan sedihnya saya dapatkan informasi didaerah turnamen lokal khususnya yunior berikan hadiah uang kepada pemenang. Ini sebenarnya dilarang sesuai ketentuan TDP maupun ITF. Tambah sedih kegiatan ini dilakukan oleh Pelti setempat. "Apa mereka tidak tahu ada aturan tersebut ?" Bahkan bangga beritahu saya kalau sanggup buat turnamen berhadiah untuk yunior. Begitulah kejadian kejadian didaerah yang saya terima informasi dari pelatih mauun orangtua adanya kegiatan tersebut berhadiah uang.

Nah, jika tidak tergugah , bukan berarti saya menyerah. Sayapun sudah berniat terjun langsung tidak melibatkan rekan rekan didaerah. Tapi ini ada resikonya, akan membuat kecemburuan rekan rekan didaerah. Bisa bisa saya dikatakan kurang ajar kenapa tidak kulonuwun. Kalau sudah siap semua tinggal melaksanakan maka sayapun baru memberitahukan. Jadi bukan dari awal tetapi setelah siap baru diberitahukan. Bahkan pernah terjadi saya ditanyakan siapa yang bertanggung jawab atas TDP tersebut. Ini pernah terjadi. Itulah resikonya, bisa bisa mereka buat laporan resmi, seperti yang pernah terjadi oleh salah satu ketua forum mengatas namakan orangtua, tulis surat mengusulkan agar saya diberhentikan atau di non aktipkan dari PP Pelti. Ini usulan ke kanak kanakan menurut beberapa rekan saat membaca surat resmi ke PP Pelti.

Tetapi banyak juga rekan rekan Pelti didaerah menyambut baik setelah perencanaan TDP mau dilaksanakan oleh masyarakat tenis bisa terealiser, bahkan berterima kasih terlaksananya kegiatan tersebut diwilayah mereka. Sebagai contoh turnamen RemajaTenis bisa terealiser baik di Jakarta, D.I.Y, Medan, Cirebon, Mataram. Bahkan kedepan sudah siap kota Palu (Sulawesi Tengah) dan Sumbawa Besar (NTB)

Petinggi didaerah menyambut baik RemajaTenis

Jakarta, 15 Januari 2010. Hari ini terima telpon dari Sumbawa membawa berita cukup menyenangkan bagi saya karena Bupati Sumbawa menyambut baik rencana turnamen nasional RemajaTenis di Sumbawa ( 2-4 April 2010 ) . Ini hasil kunjungan saya ke Mataram diawal tahun 2010 lalu. Andaikan Bupati tidak ada respons bukan berarti kegiatan akan terhenti karena komitmen saya dengan rekan Effendi Winarno sudah cukup untuk merealisasikan rencana tersebut demi pertenisan di Sumbawa. Keinginan Effendi agar setelah kegiatan ada dampak positip terhadap pertenisan di Sumbawa yang sebenarnya punya potensi karena ada petenis yunior yang sudah berlatih dikota Sumbawa.

Agar tetap meriah sayapun mengusulkan agar acara dibuka oleh Bupati dan dimeriahka juga dengan program Play & Stay atau Mini Tenis dengan mengundang guru guru sekolah dasar ikuti penataran. Nanti PP Pelti kirim tenaga pelath dari Jakarta beserta peralatannya baik raket maupun bola dibawa dari Jakarta.
Sayapun mengusulkan agar rekan rekan Pelti dikabupaten se NTB diundang hadir dan main tenis bersama dengan Bupati yang juga hobi main tenis.'

Ada keinginan agar di sumbawa bisa dikenal oleh petenis nasional dengan ikut sertanya petenis dari pulau Jawa. Kalau di Mataram, pesertanya ada yang datang dari Riau dan Jawa Tengah. Mudah mudahan keinginan ini bisa terealiser di Sumbawa.

Hal yang sama saya usulkan juga dengan rekan rekan di kota Palu, karena saya akan selenggarakan turnamn sejenis pada tangal 26-28 Februari 2010 di Palu dengan label RemajaTenis Sul-Teng. Acara pembukaan dimeriahkan juga dengan acara Play & Stay. Sebenarnya di Palu akan ada acara peresmian lapangan tenis yang baru selesai dibangun atau direnovasi sejumlah 6 lapangan.

Sulawesi Tengah sebenarnya punya andil dipertenisan nasional. Itu terjadi di tahun 1988 an, dan sudah absen kurang lebih 5-10 tahun, tidak pernah lagi muncul petenis yunior dari Sulawesi Tengah. Mudah mudahan kali ini tenis di Palu mulai muncul lagi, kenapa tidak !

Rabu, 13 Januari 2010

Sumbawa Dan Palu Siap digelar Turnamen Nasional RemajaTenis


Jakarta, 13 Januari 2010. Hari ini saya terima berita gembira juga datang dari kota Sumbawa Besar Nusa Tenggara Barat. Telpon dari rekan Effendy Winarno SH. Telpon ini Effendy setelah menerima surat saya kepadanya menawarkan diselenggarakan turnamen nasional seperti di Mataram. Ini sebagai tindak lanjut pembicaraan selama berada di Mataram. " Secara pribadi saya sanggup memenuhi permintaan didalam surat tersebut. Tapi saya juga akan laporkan ke Bupati."ujarnya dengan semangat, karena dia berkeinginan dampak dari pelaksanaan turnamen tersebut dimasa mendatang. "Nanti dalam dua hari mendatang saya laporkan ke Pak Ferry kalau Bupati mau meresponsnya. Andaikan tidak maka saya pribadi akan menanggungnya." ujarnya pertelpon.

Saya mengusulkan diselenggarakan tanggal 2-4 April 2010, karena tanggal 2 April (Jumat) itu hari libur maka konsep turnamen ini tidak menggangu jadwal sekolah anak anak. Saya sendiri memberikan beberapa opsi kepadanya selain tanggal 2-4 April ini tetapi Effendy lebih cenderung dibulan April ini.

Sebelumnya saya sudah dapat konfirmasi dari Palu, rekan Jemmy Hosan sudah siap diselenggarakan turnamen nasional Remaja Tenis pada tanggal 26-28 Februari 2010. Dimulai hari Minggu (26 April) dan ada hari libur juga di tanggal 28 April.

Sedangkan dari Pematang Siantar Sumutra Utara masih belum tuntas atas penawaran saya setelah mereka meminta langsung sewaktu berada di Medan. Program berikutnya adalah Sumatra Selatan dan Lampung.
Disamping itu pula saya melihat potensi juga ada di Bali. Tinggal pilih di Singaraja atau Denpasar. Semoga tahun 2010 saya bisa menggelar kegiatan RemajaTenis di Bali.
Keinginan diadakan di Solo tepatnya stadion Manahan juga ada, hanya menunggu rekan di Solo untuk melihat waktu yang tepat. Karena sekarang jadwal ujian atau EBTANAS bisa berbeda beda disetiap provinsi.
Disamping itu pula saya menrima konfirmasi dari rekan Tony Sangitan yang ingin menggelar turnamen nasional yunior Bakrie ditahun 2010.Dan direncanakan dibulan Juli selama dua minggu yang kemungkinannya akan diikuti juga oleh atlet dari negara tetangga. Ditahun 2010 ada turnamen Bakrie tiga kali, dua kali di Juli dan sekali di September , diperkirakan 2 minggu setelah Lebaran, dan setelah itu ada Mastersnya seperti biasa.

Semangat saya adakan kegiatan turnamen diluar Jakarta sempat digodain oleh rekan Diko Moerdono sewaktu ketemu dalam rapat di PP Pelti. " Loe sebenarnya cocok jadi Ketua Bidang Pertandingan. Lihat aja loe aktip adakan turnamen diluar Jakarta." ujar Diko. Sayapun menyambut guyonannya dengan mengatakan." Abis gua diperintah oleh Ketua Bidang Pertandingan Johannes Susanto." ujar saya sambil ketawa didepan rekan rekan PP Pelti.
Tetapi ada juga rekan dari Pengprov Pelti disatu daerah di Sumatra yang sewaktu saya kirim SMS mengenai RemajaTenis di Medan, yang memberikan nasehat sebaiknya saya urus Sekretariat PP Pelti yang perlu perhatian , bukannya urus Pertandingan. Ya, beda pendapat sih bisa saja. Padahal saya hanya kirim informasi yang juga merupakan tugas sebagai Wakil Sekjen PP Pelti.
Ini saya lakukan karena tidak mempan dengan hanya kirim surat himbauan agar daerah buat turnamen nasional. "Harus terjun langsung sehingga mereka terangsang bikin hal yang sama."

SMS dari New Armada XIV

Jakarta, 12 Januari 2010. Setiap ada turnamen yunior, saya selalu mendapatkan SMS berupa pertanyaan ataupun laporan tentang keberadaan petenis yang dimata masyarakat tenis sebagi petenis yang tidak sportip. Sewaktu Pemalang Open bulan Desember lalu, saya diminta mencek keabsahan atlet Kudus Bayu Ekha L karena diragukan usianya yang dicantumkan dalam foto copy akte kelahirannya dan fotocopy buku rapor SD dan SMP tahun 1997 sedangkan yang bersangkutan sudah kelas 2 SMP, dan ikut KU 12 tahun.

Saat ini di Magelang sedang berlangsung turnamen nasional yunior New Armada Cup XIV, saya menerima SMS yang bertanya soal usia salah satu petenis putri asal DKI Jakarta Oxy Gravitasi. Info tersebut mengatakan kecurigaan atas usianya karena sejak tahun 98 dia sudah juara KU 10 tahun, Patricia dan Irania dibawah dia. Sekarang semua sudah naik ke KU 12 th. Pemikiran seperti ini sah sah saja, tetapi soal kebenarannya saya kurang tahu betul. Saya berada diluar Senayan pagi ini sehingga saya hanya membalas mengatakan kalau perkiraan saya foto copy akte kelahirannya adalah pemutihan. Memang betul sekali karena yang bersangkutan tercatat lahir tanggal 11 Juni 2000 dan aktenya dibuat tanggal 19 Mei 2004. Berarti setelah 4 (empat) tahun lahir baru ingat dibuatkannya Akte Kelahiran. Saya hanya melihat data yang dikirim ke Pelti, dan saya anjurkan agar coba selidiki saja sendiri ke Kantor Catatan Sipil mengenai kebenarannya tersebut. Disamping itu pula saya hanya sampaikan kalau banyak orangtua berkeinginan menjadi JUARA ( sedangkan atlet yunior ini masih dalam pembelajaran). Yang dicari seharusnya PRESTASI, artinya kalau sudah pernah juara di KU 10 tahun sebaiknya ikut ke KU 12 tahun dan seterusnya. Ini sih pendapat pribadi saya. Bisa benar bisa salah. Karena beda cara memandangnya.

Sebelumnya saya juga menelusuri keabsahan dari petenis Bayu Ekha L dari Kudus karena saya melihat kejanggalannya sehingga saya SMS ke Panitia setempat maupun Refereenya agar minta petenis tersebut membawa akte kelahiran dan buku rapor yang asli karena yang bersangkutan ikut mendaftar ke New Armada Cup XIV ini. Ada keinginan saya melihat langsung ke Magelang tetapi tidak bisa , hanya punya keinginan saja. Kalau saya ditugaskan so pasti saya datang ke Magelang.
Kelanjutannya saya terima telpon dari Referee dan sudah melihat buku rapornya. "Saya yakin fotocopy buku rapor SD dan SMP yang dikirim ke PP Pelti itu palsu." ujar saya. Tetapi sayang sekali saya tidak berada di Magelang karena saya akan minta Akte kelahiran dan buku rapor aslinya dari SD dan SMP yang dimaksud.
Kali ini atlet tersebut ikut di KU 14 tahun dan prestasinya hanya sampai babak kedua saja.
Saya mencoba membaca hasil KU 14 tahun putra, dari petenis yang masuk 8 besar ternyata beberapa petenis yang saya ragukan secara pribadi usianya (karena menggunakan fotocopy akte kelahiran pemutihan) tidak lolos ke babak delapan besar. Begitu juga petenis putri KU 14 tahun yang sampai kebabak delapan besar tidak ada yang diragukan usianya. Yang ada diragukan usianya sudah kandas sebelumnya.
Jadi saya yakin sekali bagi atlet yang tidak sportip tidak akan berprestasi lebih baik. Saya tidak perlu sebutkan nama nama atlet yang saya pribadi juga meragukan karena saya belum lihat akte kelahiran yang asli. Kalau KU 16 putri saya lihat ada atlet yang pernah terlibat kasus curi umur dari kota yang sama. Tetapi belum tahu hasilnya, tapi saya yakin sekali juga akan mengalami nasib yang sama
.

Senin, 11 Januari 2010

Andrean Raturandang Patah Kaki Karena Sepakbola

Jakarta, 11 Januari 2010. Pagi ini saya terima SMS dari kolega dr.Samuel Simon yang cukup aktip sebagai petenis dan berprofesi dokter spesialis Kulit dan Kelamin. Inti isnya adalah agar beritahu adik saya Alfred supaya anaknya Andrean Raturandang janganlah berobat dengan cara alternatip, tetapi dianjurkan ke dkter bedah tulang (orthopedi). Wah, ini berarti ada kejadian Andrean patah tulang sedangkan semalam saya masih berjalan bersama Alfred , dan tidak ada cerita masalah Andrean tersebut.
Saya hanya bisa forward SMS tersebut ke Alfred, tapi tidak ada respons Siangnya saya terima telpon dari Johannes Susanto yang bertanya Andrean diopname dimana . Tentunya saya tidak tahu betul. Sayapun mulai bimbang, kenapa Alfred tidak cerita setelah saya forward SMS dari dr.Simon.
Kemudian saya terima telpon dari Zandra Darmawan yang cerita kalau dia telpon Andrean langung untuk keperluan lain dan diterima langsung oleh Andrean yang juga mengatakan sedang di rumah sakit karena patah tulang.
Berarti apa yang disampaikan kepada saya pagi ini ada kebenarannya. Tidak lam lagi telpon masuk dari Felix Mangunpratomo, rekan tenis juga yang menanyakan nomer tilpon dari Alfred.
Apa kejadian yang terjadi sama keponakan Andrean kemarin. Hudani Fajri yang mengetahui permasalahan kemudian bercerita kalau hri Minggu malam, Andrean bermain sepak bola bersama petenis lainnya seperti Nesa Artha, Hendri Pramono melawan UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Dalam pertandingan sepak bola tersebut terjadilah pelanggaran kepada Andrean dan accident ini membuat Andrean patah kakinya.
Tetapi saya dengar langsung kepada rekannya Prima Simpatiaji yang juga ikut bertanding saat itu, dikatakan Andrian menerima bola lambung sambil berlari kearah pertahanan lawan dimana sudah berdiri pemain belakang lawan. Bola itu sambil berlari kencang Andrian mengunakan kepala sambil loncat dimana pemain lawan untuk menghentikan laju larinya Andrean dengan cara melompat dengan menendang paha Andrean. Bukan bola yang ditendang tetapi paha Andrean sehingga semua yang hadir saat itu mendengar patahnya kaki Andrean yang cukup keras. Disini ada unsur kesengajaan dimana lawannya adalah memang pemain sepak bola sedangkan Andrean bukan pemain sepakbola. Andaikan sewaktu ditendang paha Andrean yang masih berada diudara belum menginjak tanah, tetapi jika kali Andrean sudah menginjak tanah maka hasilnya bisa berbeda. Bisa jadi akan keluar paha yang patah tersebut. Saat itu Andrean langsung berguling ketanah.
Waduh Andrean , apakah akan berakhir sudah kariernya sebagai petenis Indonesia yang saat ini masih masuk dalam peringkat nasional nomor 6.

Saya teringat akan almarhum aayah saya sewaktu itu cerita kalau dia itu adalah pemai sepak bola sebelum terjun ke tenis. Begitu mengenal tenis dan pindah dari Makassar ke Singaraja Bali, tidak mau turun kelapangan sepak bola, bahkan nonton sepak bolapun sudah tidak mau. Sewaktu pindah ke Lombok, ayah saya (Jo Alber Raturandang alm) baru masuk kelapangan sepakbola untuk bertemu dengan temannya sendiri Opa Mangindaan (alm) yang saat itu membawa tim PSSI bertanding dilapangan sepakbola Ampenan. Saya tidak lupa saat itu tim PSSI membawa salah satu bintang dari Irian Dominggus yang akhirnya pindah ke Belanda. Saat itu Opa Mangindaan mengundang 2 pemain dari Lombok untuk ikut TC PSSI di Salatiga yaitu Junaidi Abdilah dan Alfred Raturandang (ayah dari Andrean Raturandang). Junaidi masuk TC tetapi ayah saya melarang Alfred main sepak bola karena lebih cenderung main tenis saja.

Berbagai macam Kasus Curi Umur

Jakarta, 10 Januari 2010. Saya mulai lagi menerima SMS ataupun tilpondari masyarakat tenis masalah pencatutan umur. Diberitahukannya bahwa beberapa nama yang diguga memalsukan umurnya. Hal ini sudah lama terjadi dipertenisan Indonesia. Bukan berarti saya setuju, tetapi kemampuan saya membongkar ketidak jujuran atlet tersebut. Sebagai petugas di Pelti saya hanya bisa mengirimkan surat ke Kantor Catatan Sipil menanyakan keabsahan foto copy Akte kelahiran mereka ini.

Saya membuka kembali data petenis yang pernah saya lakukan tahun 2007 lalu. Memang masih banyak foto copy akte kelahiran diterima PP Pelti sewaktu membuat Kartu Tanda Anggota Pelti, hanya saya belum masukkan data tersebut ke computer saya. Saat ini dari data th 2007 saya sudah mengumpulakan 1106 fotocopy akte kelahiran yang diberikan sewaktu mendaftarkan diri di TDP saat itu.

Saya kira masyarakat perlu juga tahu apa yang dilakukan mereka didalam memalsukan identitas melalui foto copy Akte Kelahiran. Yang pasti mereka yang catut umur mempunyai foto copy akte kelahirannya adalah akte kelahiran PEMUTIHAN artinya pembuatan akte kelahirannya melebih 2 (dua) bulan dari tanggal lahir. Kode nya adalah ada tulisan ISTIMEWA, tidak seperti yang sebelum 2 bulan, dengan kode UMUM.
Banyak kejanggalan yang saya baca, karena banyak juga yang menggunakan kode UMUM tetapi kalau kita baca tanggal pembuataannya ternyata seharusnya masuk ke ISTIMEWA. Dari perbedaan kode ini maka sebenarnya bisa ditelusuri kekantor catatan sipil. Tapi saya ini bukan polisi. Cara saya adalah bertemu dengan atletnya (belum pernah) atau ketemu orangtuanya dimana saya bisa dengan cara saya menekan sampai oragtuanya bisa mengaku kesalahannya. Tetapi tidak semua atlet yang memiliki Akte Kelahiran Pemutihan terlibat catut umur.

Ada yang aneh juga dari satu nama , beda kantor catatan sipil dan beda pula nama orangtuanya. Ini berarti ada 2 orang yang tidak sportip didalam keikut sertaannya di turnamen. Nama atlet ini adalah Akad Subeki lahir tanggal 13 Mei 1990 dari Kota Tegal dengan nama orangtuanya Muljono dan Samiran sedangkan Akad Subeki lainnya lahir tanggal 12 Oktober 1991 dikeluarkan Akte Kelahiran dari Kabupaten Pemalang dengan nama orangtuanya Sumardi dan Retnowati. Informasi yang saya terima orang tersebut sama. Begitu nekadnya sampai membuat akte dengan nama orangtua yang berbeda.
Sadarkah mereka ini kalau masalah ini bisa sampai ke Polisi maka urusan orangtua tersebut atau pelatih yang terlibat akan lebih berat kasusnya.

Kejanggalan lainnya adalah ada petenis baru membuat akte kelahiran setelah 10 tahun lahir, bisa saja diartikan setelah mengenal tenis baru sadar buat akte kelahirannya. Semua kejanggalan kejanggalan ini akan terungkap kalau bisa di cek langsung ke kantor catatan sipil yang berwenang keluarkan akte kelahiran. Saya pernah kirim surat ke kantor catatan sipil tetapi tidak banyak yang meresponsnya.
Ada satu kasus lagi , karena saya curiga terhadap salah satu atlet Sumatra , maka saya melayangkan surat ke kantor catatan sipil dikota tersebut, kebetulan saya kenal juga dengan petugas tersebut. Bahkan informasi awal saya dapat juga dari rekan tersebut. Tetapi surat jawabannya sangat mengagetkan sekali karena menyatakan keabsahan tersebut.
Beberapa tahun kemudian saya ketemu lagi rekan saya itu yang sudah pindah kerja tidak dikantor catatan sipil. Dan sayapun menggugat kembali apa yang pernah saya layangkan surat kekantornya. Ternyata saya dapat jawaban yang mengagetkan . “ Ibunya minta tolong sama saya. “ ujarnya. Alasan solidaritas saja yang diungkapkan kepada saya sehingga diapun membohongi dengan melayangkan surat resmi. Begitulah kejadian kejadian dipertenisan kita yang cukup memprihatinkan sekali. Saya hanya bisa mengelus elus dada saja dan tetap berkomitmen agar pemberantasan catut umur tetap akan saya tuntaskan semampu saya, karena saya ini bukan POLISI

Minggu, 10 Januari 2010

Daerah Mulai bergairah

Jakarta,9 Januari 2010. Makin pro aktip saya dengan sering bertandang kedaerah makin terbuka keinginan daerah selenggarakan turnamen tenis yunior skala nasional. Yang jadi masalah adalah ketidak tahuan mereka terhadap turnamen sehingga belum terealiser keinginan tersebut. Hal ini saya temui dibeberapa daerah akhir akhir ini. Sebagai contoh sewaktu ke Medan, ketemu rekan rekan dari Pematang Siantar, sayapun menanyakan kesulitannya sehingga dikota tersebut belum ada turnamen tenis nasional. Hal yang sama juga ketika ke Mataram Lombok. Ada keinginan datang dari rekan rekan di Sumbawa Besar maupun Selong Lombok Barat.
Tetapi ada juga daerah daerah yang belum pernah saya kunjungi berkeinginan yang sama setelah mendengar maupun membaca berita ataupun cerita tentang keberadaan turnamen Remaja Tenis yang bisa berkiprah didaerah daerah lainnya.
Salah satunya dengan berkomunikasi melalui dunia maya ataupun telekomunikasi lainnya sehingga berminat juga ada turnamen nasional atau TDP.
Sebagai contoh kota Palu Sulawesi Tengah yang baru selesai pembangunan lapangan tenis sejumlah 6 (enam) di GOR KONI, juga menyambut baik keberadaan RemajaTenis di Palu.
Dengan menggunakan SMS saya telah menyebarkan informasi tentang keberadaan TDP di kota Palu membuat gairah tenis di kota Palu mulai menggeliat
Hal ini diceritakan oleh salah satu rekan dari Palu Jemmy Hosan yang menceritakan saat ini setiap sore anak anak terlihat berlatih di lapangan GOR KONI ini setelah mendapatkan SMS dari saya.
Memang saya berupaya mencari nomer HP dari pelatih ataupu orangtua petenis yunior didaerah daerah. Dengan menggunakan SMS saja sudah cukup berikan informasi kepada masyarakat tenis didaerah daerah. Dengan SMS pula saya mendapatkan berita dari Manado, Balikpapan dan Makassar yang sudah siap mau berangkat ke Palu. Untungnya saya juga SMS kembali soal penundaan TDP di Palu.
"Lain kali daftar dulu baru pesan tiket pesawat. Bukan sebaliknya. Kalau ada penundaan ataupun pembatalan maka tidak merugikan." ujar saya kepada rekan rekan di Makassar dan Manado.
Yang cukup mengagetkan ada keinginan juga dari Sumatra Selatan dikota Linggau yang jaraknya 5 jam perjalanan darat dari Palembang. "Lebih dekat dari Bengkulu, cukup 2 jam saja."
Saya melihat keinginan ini bukan hanya dari kota kota tersebut, tetapi jika saya punya akses kekota kota lainnya tidak tertutup kemungkinan mereka ini memiliki turnamen nasional khususnya kelompok yunior seperti yang saya kehendaki
.

Selasa, 05 Januari 2010

Kasus Catut Umur di awal th 2010

Jakarta, 5 Januari 2010.Diawal tahun 2010 masih banyak masalah yang harus dikerjakan atau bisa dikatakab PR di tahun 2009 yang belum sempat digarap. Salah satunya adalah masalah catut umur yang tetap selalu ada dipertenisan kita. Bukan hanya tenis saja terjadi hal ini, karena ini merupakan penyakit kronis disetiap cabang olahraga. Sejak masih sebagai petenis yuniorpun saya sudah merasakan keberadaan petenis tidak sportip seperti ini.
Kenapa bisa tetap berlangsung , yang menurut saya di pertenisan karena tidak ada ketentuan hukumannya. Tetapi untuk tahun 2010, sudah dicantumkan dalam Ketentuan Turnamen Diakui Pelti masalah hukumannya yaitu diskors tidak boleh ikut TDP selama 1 (satu) tahun. Berarti tertutup ikut serta disemua TDP, bukan hanya kelompok umur saja.

Diakhir tahun 2009, sewaktu berada di Mataram saya menerima SMS dari salah satu orangtua petenis yang sedang mengikuti turnamen Pemalang Open di Pemalang. Tercatat memiliki KTA Pelti kelahiran tahun 1997 , ikut di KU 12 tahun. Sayapun hanya bisa menganjurkan agar bersabar dulu karena saya akan melihat file di PP Pelti sewaktu mengisi Formulir KTA Pelti.

Langsung sayapun mencoba kirim SMS ke Wakil Ketua Pengprov Pelti Jawa Tengah yang juga berdomisili di Kudus yang menurut yang bersangkutan masih juga sebagai Ketua Pengkab Pelti Kudus. Dan lucunya dapat jawaban yaitu gampang saja tanyakan kalau dia punya KTA Pelti Kudus. Ini jawaban tidak menolong, karena di setiap TDP Nasional yang berlaku adalah KTA Pelti yang dikeluarkan oleh PP Pelti. Akhirnya tidak ketemu dalam pembicaraan per telpon karena dia tetap ngotot minta KTA Pelti Kudus yang berlaku. "Saya hanya minta tolong agar dia cel langsung file anak tersebut di Kudus apakah benar lahir tahun 1997." Tetapi dianjurkan hubungi wakil ketua Pengkab Pelti Kudus yang saya tidak kenal dan tidak punya nomer HP, dan dia menjanjikan akan kirimkan tetapi sampai sekarang belum dikirimnya.

Setelah tiba di Jakarta, saya melihat file anak tersebut yang berasal dari KUDUS Jawa Tengah. Tercatat di copy Akte Kelahiran lahir tahun 1997. Kelihatannya sudah betul foto copy Akte Kelahirannya. Tapi perasaan saya masih ada yang tidak benar. Kemudian lihat fotocopy buku rapor yang dikirimnya. Buku rapor SD dan SMP karena anak tersebut sudah kelas 2 SMP. Disinilah saya menemukan keanehan menurut mata saya.
Tetapi sayang saya tidak ditempat , karena bisa saja saya akan panggil dan investigasi langsung kepada anak maupun orangtuanya.
Ini masalah yang dilakukan oleh pelatih dari Kudus dan sudah populer dimata masyarakat tenis sebagai biang pemalsuan umur. Saya kenal baik pelatih tersebut yang sampai sekarang selalu menghindar ketemu saya.

Ternyata masuk surat dari masyarakat tenis ke PP Pelti yang memberikan informasi tentang atlet yang dimaksud, yaitu Bayu Ekha Listyanto.Disertai pula fotocopy Akte Kelahiran No. 2943/1997 dengan tanggal lahir 13 September 1997 dan juga foto copy akte kelahiran No. 2465/1966 dengan tahun kelahiran 1996. Dengan bukti ini sudah jelas ada pemalsuannya. Tetapi saya melihat keanehan dari kedua fotocopy akte kelahiran tersebut. Disini jelas jelas ada niat jelek dari sipembuat fotocopy akte kelahiran tersebut. Terlihat yang memalsukan ini kurang jeli saat ini. Mana yang benar dari kedua akte kelahiran tersebut, saya akan telusuri langsung ke Kantor Catatan Sipil Kudus. Mudah mudahan saya bisa membantu masyarakat tenis dengan mengungkapkan kasus kasus yang dilakukan oleh orangtua maupun pelatih. "Saya bingung sampai dimana peranan dari salah satu organisasi yang mengatas namakan orangtua petenis, tetapi tidak bergiming dengan kasus kasus pemalsuan umur dilakukan oleh anggotanya yang nota bene orangtua." Andaikan saya pengurus organisasi tersebut tentunya lebih mudah menelusuri langsung ke Kantor Catatan Sipil atau minta bantuan anggota lainnya yang berdomisili dikota kota tersebut. "Ini kalau mau memajukan tenis Indonesia. Jangan NATO lah "

Kuantitas dulu Baru Kualitas


Jakarta, 5 Januari 2010. Pengamatan saya selama ini berkunjung ke daerah daerah , ternyata banyak pihak didaerah yang belum tahu betul dengan pertenisan kita ini. Ini bisa dimaklumi sekali karena mereka ini muka muka baru di pertenisan.
Saya mencoba menginventariser permasalahan didaerah selama ini. Bukan berarti tenis didaerah itu tidur. Tetapi sebenarnya dari dulu pertenisan didaerah masih berputar putar dimasalah lama yaitu lebih mementingkan kepentingan sendiri. Maksudnya kegiatan tenis selalu berputar terhadap kegiatan kegiatan veteran sebenarnya dengan akibat minimnya kegiatan pertenisan yunior.


Turnamen Nasional
Banyak pihak di Mataram kaget dengan bisa dilaksanakan turnamen nasional didaerah seperti yang saya rintis ke Medan, Cirebon dan Mataram. Karena masalah fasilitas sering menjadi kendala pelaksanaan kegiatan tersebut, khususnya sarana lapangan diluar pulau Jawa lebih menonjol daripada masalah lainnya. Ada yang berpendapat untuk turnamen nasional harus menggunakan lapangan tenis dalam satu lokasi. Berarti untuk turnamen nasional yunior minimal 8 lapangan. Tidak banyak kota yang memiliki lapangan tenis lebih dari 4 lapangan disatu lokasi. Akhirnya setelah diberitahukan lapangan yang dimaksud bukan masalah kalau kita melihat jauh kedepan. Karena didaerah biasanya satu lokasi hanya ada 2lapangan sehingga merasa kesulitan dalam pelaksanaannya. Bahkan ada yang 1 lapangan. tetapi kalau kita mempunyai niat meningkatkan pertenisan didaerah maka kendala ini bisa diatasi. Hal ini yang saya sampaikan kepada petinggi Pelti daerah daerah.
Belum lagi kita melihat ukuran lapangan , yang menurut saya tentunya pemborongnya sudah mengerti standard ukuran lapangan yang tidak berubah. Kecuali ukuran dari garis lapangan paling luar ke dinding terluar lapangan baik kesamping ataupun kebelakang. Memang harus diakui mayoritas lapangan didaerah adalah lapangan untuk rekreasi ( weekend player) sehingga ukuran lapangan khususnya ukuran dari garis terluar ke pinggir atau dindingluar banyak yang belum memenuhi persyaratan.
Saya dalam hal ini jika untuk turnamen nasional masih bisa memakluminya, tetapi kalau turnamen internasional tentunya harus dipikirkan kembali.
Dalam benak saya, sebaiknya kita meminimalkan semua kendala agar tujuan kegiatan turnamen itu adalah kebutuhan atlet bisa dijalankan dengan lancar. Jika sudah sering melaksanakan barulah kita pikirkan persyaratan yang harus dipenuhi. Ibaratnya Kuantitas dulu baru kualitas.

Pawang Hujan diganti dengan Sinar LASER

Jakarta, 4 Januari 2010. Selama ini sering kali pelaksana turnamen selalu disibukkan dengan turunnya hujan sehingga mengganggu kelancaran turnamen. Terutama jika dilaksanakan musim hujan. Sedangkan sekarang sangat sulit memprediksi cuaca terhadap turunnya hujan.
Bagaimana caranya mengatasi permasalahan seperti ini ? Tentunya sudah merupakan rahasia umum yaitu dengan menggunakan tenaga PAWANG yang ahli terhadap permasalahan pengalihan turunnya hujan sehingga menjamin kelancarannya kegiatan. Hal ini bukan hanya dikegiatan turnamen tenis, dilakukan pula dikegiatan kegiatan lainnya.

Pengalaman menarik sewaktu berada di Mataram, Lombok. Selama pelaksanaan turnamen Remaja NTB Bersaing bisa lancar tidak ada hambata karena turunnya hujan. Sewaktu di Medan tanggal 18-20 esember 2009 turnamen Remaja Medan Bangkit dihari terakhir saat dilaksanakan babak final , cuaca tidak bersahabat. Untungnya ada lapangan indoor. Gimana jadinya jika tidak ada lapangan indoor.

Yang menarik di Mataram seperti yang disampaikan oleh oleh Andi Hadianto SH Ketua Pengprov Pelti Nusa Tenggara Barat (NTB) selama pelaksanaan Turnamen nasional Remaja NTB Bersaing tanggal 1-3 Januari 2010 bisa diatasi masalah hujan bukan dengan menggunakan tenaga PAWANG. Saya juga agak terkejut dan kagum apa yang dilakukan Pelti Provinsi NTB. Ternyata yang dilakukan dengan menembak kelangit dengan sinar laser sehingga hujanpun tidak akan turun. Saya sendiri kurang jelas mekanismenya sehingga bisa terjadi hal tersebut. Tetapi akibatnya ada yaitu udara dilapangan sangat panas sekali. Berbeda sekali dengan panasnya Jakarta yang selama ini saya rasakan. Cara seperti ini perlu juga ditiru.

Senin, 04 Januari 2010

Kunjungan yang tidak sia sia ke Mataram

Mataram, 3 Januari 2010. Berada di kota Mataram dalam rangka menggalakan tenis Nusa Tenggara Barat, saya merasakan ada manfaatnya juga, karena bisa berjumpa dan melihatlangsung perkembangan tenis di Nusa Tenggara Barat maupun Bali dimana kedua pulau ini saya sempat mengenal dan belajar tenis dalam masa lalu saya.

Bali, karena saya belajar tenis di Singaraja yang waktu itu masih Ibukota Provinsi Sunda Kecil dan menjadi Provinsi Nusa Tenggara. Sejak tahun 1949 orangtua pindah dari Makasaar ke Singaraja sampai 1959 dimana saya menyelesaikan sekolah Rakyat di Singaraja. Kemudian tahun 1959 masuk ke Lombok. Mengenal tenis karena kedua orangtua saya pemain tenis dan juga karena belajar tenis otodidak ayah saya (Jo Albert Raturandang alm) bersama ibunda Stien Marie Montolalu alm) di Singaraja. Saat itu belajar tenis setelah para orangtua selesai latihan, jadi situasi saat itu sangat berbeda sekali dengan sejkarang dimana anak anak bisa latihan terpisah dengan orangtua, tetapi tetap saja bisa berlatih tenis.

Selama latihan di Mataram dan Ampenan, kemudian berhasil sebagai wakil NTB di PON V 1961 Bandung di usia 15 tahun, maka saya melihat sekarang populasi tenis di NTB sudah melebar bukan hanya di Lombok Barat tetapi sduah sampai ke Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa , Sumbawa Barat dan Bima. Saya belum melihat yang berasal dari Dompu salah satu Kabupaten diujung timur pulau Sumbawa. Peserta turnamen Remaja NTB Bersaing dari daerah daerah tersebut ditambah dari Singaraja, Denpasar, Riau dan Sukoharjo Jawa Tengah cukup mengagetkan saya. Betapa hausnya mereka dengan turnamen apalagi skala nasional yang untuk pertama kali diadakan di Mataram Lombok.
Karena tempat tempat bertanding di 4 lokasi dimana saya berada di lapangan Handayani untuk KU 14 tahun maka saya belum sempat memperhatikan bibit bibit lainnya. Begitu juga Dino yang menangania KU 12 tahun dilain lapangan (UNRAM).

Ada kesimpulan yang saya dapatkan dari finalis yang berlaga dihari terakhir yang dikonsentrasikan di lapangan DPRD Provinsi NTB jalan Udayana yang dekat dengan Bandara Selaparang, Rembiga. Ada yang dari Praya (Lombok Tengah), Lombok Timur, Lombok Barata/Mataram, Sumbawa dan Bima. Waktu final KU 18 tahun turun petenis dari Lombok Timur dan Sukoharjo (Jawa Tengah). Petenis Lombok Timur M. Rauqi gagal tidak bisa melanjutkan pertandingan karena ketidak siapannya dan kram melanda otot kakinya. Hal yang sama andalan tuan rumah di semifinal Dito gagal dihadang petenis Sukoharjo Brian Purbojati karena kram juga. Hal ini saya sampaikan juga kepada Ketua Pengprov Pelti NTB Andi Hadianto SH, fisik kedua petenis tersebut tidak menunjang. Sebaiknya segera konsultasikan ke pelatih fisik dan juga psikolog olahraga. Karena saya dapat laporan kalau Dito ini sering alami kejang kejang kakinya disetiap pertandingan. Ada kemungkinan dia stress atas pressure didapat dipertandingan. "Ini calon calon yang layak masuk pemusatan latihan Pelti NTB."
Penonton datang kelapangan cukup antusias mendukung petenisnya (seperti rombongan dari Lombok Timur bersama Pelti Lombok Timur hadir).
Manfat lainnya saya sempat bertemu rekan Pelti Sumbawa yang saya sudah kenal di Jakarta dan juga Pelti Lombok Timur. Setelah saya berbincang bncang dan menyampaikan inisiatip agar dikedua tempat ini diadakan turnamen nasional seperti Remaja NTB Bersaing ini. Langsung oleh Effendi Winarto dari Sumbawa Besar menyanggupinya bekerja sama selenggarakan di Sumbawa Besar beberapa bulan mendatang. Kesulitan kesulitan mereka dilapangan telah disampaikan dan sayapun memberikan solusinya seperti keberadaan lapangan yang terpisah pisah (yang sebenarnya bukan masalah) maupun tenaga wasit. Kesimpulan saya mereka tidak menyangka kalau tidak sulit selenggarakan turnamen nasional. Hanya bagaimana caranya meinimalkan tingkat kesulitan disetiap turnamen. "Yang penting
sudah punya NIAT maka masalah DANA bisa diselesaikan."
Disamping itu pula kualitas pelatih daerah perlu mendapatkan perhatian. Saya melihat pelatih maupun ateltnya disini karena minim ikut serta maupu pengetahuan pertandingan sehingga banyak ketidak tahuannya. Sebagai contoh final tunggal putraKU 18 tahun, sewaktu atlet Lombok Timur ketemu Brian Purbojati (Jateng) kram untuk kedua kalinya, langsung pelatihnya maupun ofisial pertandingan memberikan pertolongan dilapangan. Langsung Brian karena tahu peraturannya protes dan sampaikan tidak boleh ditolong. Refereepun datang melarang pelatih tersebut beri pertolongannya.

Dalam kesempatan berbincang bincang dengan rekan rekan dari Lombok Timur saya sampaikan kalau Pelti itu fungsinya lebih kepada fasilitator, regulator bukan eksekutor. Masalah pembinaan diserahkan kepada klub , pelatih dan orangtua sendiri. "Bukan satu kewajiban Pelti membeayai anak anak di turnamen turnamen individu seperti ini. Tapi kalau team event seperti PORDA, PON dll maka Pelti wajib menyiapkannya. Kalau setiap anak minta dana ke Pelti, berapa ribu anak yang harus ditanggung. Bisa bangkrut Peltinya"

Tidak disangka selama turnamen muncul juga teman teman lama setelah mendengar kehadiran say di Lombok. Karena sudah lama tidak jumpa sehingga sayapun sudah lupa. "saya bisa bertemu dengan Ferry ? " begitulah pertanyaan datang dari seorang wanita dengan kerudungnya ke lapangan Handayani. "Saya Nani, masih ingat ?" ujarnya mengejutkan ketika saya katakan sayalah Ferry itu. Begitulah akhirnya saya menyadari kalau Nani ini dulu tinggal di Kampung Jawa Mataram. Begitu juga muncul lagi yang lainnya seperti Lakshmi putri Pak Ngurah bersama suaminya Zaini. Keakrabanpun muncul dilapangan sambil tertawa tawa mengenang masa lalu dan saling tukar informasi rekan rekan yang diingatnya. Pertukaran informasi terjadi dimana banyak teman teman yang ditanya ternyata sudah mendahului kita.

Dinner di Hotel Bukit Senggigi Mataram

Mataram, 3 Desember 2010. Sebelum meninggalkan kota Mataram, malam ini diundang oleh Ketua Umum KONI Prov NTB Kasdiono bersama Ketua Pengprov Pelti NTB Andi Hadianto dalam jamuan makan malam di Hotel Bukit Senggigi. Begitu tiba bertemu rekan dari Jakarta Paulus Pasurney bersama istrinya yang ternyata berasal dari Mataram. Sama sama lulusan SMA Negeri 1 Mataram hanya saya lebih dulu dari dia.

Setelah makan malam dilanjutkan dengan sambutan dan menyanyi diawali dari Ketua Umum KONI Prov. NTB Kasdiono diikuti rekan rekan lainnya. "Saya mengucapkan terima kasih ke PakFerry yang telah selenggarakan turnamen nasional di Mataram. Sewaktu saya masih jadi Ketua Pengda Pelti NTB, saya belum sempat selenggarakan TDP di Mataram."ujarnya. Hal yang sama disampaikan juga oleh Ketua Pengprov elti NTB Andi Hadianto ikut menyampaikan ungkapan terima kasih atas peran serta saya di NTB.

Ternyata Kasdiono berasal dari Ambon, terdengar dialek Ambonnya setelah berbincang bincang dengan Paulus Pasurney yang tahun 1950an meninggalkan Ambon ke Jawa. " Orang Ambon waktu lahir saja langsung menynyi." ujar saya kepada merka. Dan Paulus pun menyumbangkan bukan hanya 1 lagu tetapi beberapa lagu lainnya. "Mana tu orang Manado, musti menyanyi." ujar Kasdiono.
Tetapi saya masih belum mau tampil karena menyadari akhir akhir ini suara mulai suka menurun nadanya aliashampir hilang.
Malam ini suara suara merdu mengalir datang dari Andi Hadianto yang pernah keluar sebagai juara menyanyi sewaktu Munas Pelti di Jambi bulan Nopember tahun 2007.

Melihat sudah mau makin larut malam sedangkan saya esok hari haru kembali ke Jakarta dengan Lion Air pukul 06.00 maka sayapun harus pamit dengan cara maju kedepan seolah olah mau menyanyi.
"Saya sebenarnya bukan asing lagi di Lombok.Karena saya dulu tinggal di Ampenan dan sekolah di Mataram. Dan perlu saya laporkan disini kepada Pengurus Harian KONI Prov. NTB yang hadir saat ini bahwa saya ini pernah mewakili NTB dalam ajang PON V tahun 1961 di Bandung. Saya sangat berterimakasih dan bangga bisa memenuhi keinginan sebagai mantan atlet tenis NTB menggelar turnamen nasional di Lombok. Kami keluarga Raturandang yang juga besar di Lombok siap membantu NTB dalam membina atlet tenisnya ke PON XVIII 2012 di Riau mendatang. Dalam hal tarik suara saya punya pengalaman menarik karena selama hidup saya menyanyi didepan umum tidak melebih jari disatu tangan saya. Rasanya malam ini yang kelima. Yang pertama adalah saya menyanyi di Radio Republik Indonesia Mataram." demikian sambutan saya dan sayapun mencoba menyanyi lagu Ambon. " Bulan pake payung, tuturuga batolor. Sinyo dari Ambon datang kaweng di Lombok. Kaweng bae bae jangan sampe bakalai. Kalau sampe bakalai minta pulang lebe bae. Ole sio , sio sayange. La rasa sayang sayang badane." begitulah lantunan suara saya yang hancur sekali tapi tetap pede saja. "Untung tidak ada anak dan istri saya yang dengar. "Ha ha ha"

Minggu, 03 Januari 2010

Menikmati SUNSET di Senggigi Beach Hotel


Mataram, 2 Januari 2010. Menikmati pantai Senggigi di Lombok Barat sama seperti menikmati pantai Kuta di pulau Dewata, Bali. Sore hari setelah penat dilapangan tenis menghilangkan semua kepenatan fisik maupun pikiran sebaiknya menikmati sunset dipantai Senggigi. Duduk dipantai Senggigi di bar Hotel Senggigi Beach bersama Dino dan Sarah sambil minum soft drink ataupun Bir sudah merupakan kenikmatan tersendiri.Saya sudah lama tidak pernah bersantai bersama anak tertua Dino dan istri, karena anak kedua ada di Jakarta bersama keluarganya sendiri. Hal terakhir prnah saya lakukan di Bali tahun 1980 an karena waktu itu anak anak masih kecil dan mudah mengatur acara keluarga. Saat ini semua anak anak punya kesibukan baik bersama dengan keluarganya maupun pekerjaannya sehingga berlibur bersama belum kesampaian.
Tetapi saat ini begitu dengar mau ke Lombok, Dinopun tergerak hatinya mau mengetahui pantai Senggigi ataupun obyek pariwisata di Lombok yang saat ini sedang berpromosi layaknya pulau Bali dengan pantainya yang cukup jernih dan menarik sekali.
Ada keinginan Dino mau melihat Gili salah satu obyek dan pantai Kuta Lombok. Akhirnya hanya Senggigi dan Kuta saja yang bisa dinikmatinya. Maklum saya sibuk saja di lapangan tenis menikmati permainan anak anak. Sudah jelas anak anak ini sangat butuh pertandingan agar bisa menaikan prestasinya. Next time saya akan menikmati diluar kesibukan tenis lainnya.

SOS, SOS Lapangan Tenis Tm Maruya


Mataram,1 Januari 2010. Kesempatan melihat lapangan tenis Taman Mayure di Cakra, ada 3 lapangan gravel dan 1 hard court. Letaknya disamping atau belakang dari Taman Mayure Cakra. Sedih, saya melihat kondisi lapangan yang masih tersisa adalah tinag net saja, sedangkan lapangannya sudah penuh dengan alang alang alias rumput yang sudah tumbuh 50 cm bahkan 1 meter. Kenapa sampai tega amat, ternyata lapangan tersebut dikelola oleh salah satu media cetak di Mataram dan tidak diurus.

Begitu menyedihkan melihat kondisi lapangan yang telah memiliki tribun penonton sendiri. Masyarakat tenis tentunya kalau melihat ini sangat memprihatinkan sekali, sudah sebaiknya pengelola saat ini jika tidak sanggup mengelolanya maka sebaiknya diserahkan kembali kepada pemiliknya. Jelas tertulis dipintu masuk GOR Taman Maruya, berarti ada venue lainnya juga dan saya lihat ada kolam renang yang aktip digunakan masyarakat.
Sewaktu berbicara dengan Ketua Pengprov NTB Andi Hadianto SH yang juga Humas Kantor Gubernur Prov. NTB. " Saya lagi minta agar pengelolaan diambil kembali oleh Pemda." ujarnya yang juga prihatin kondisi lapangan GOR Taman Mayure tersebut. Keinginan ini merupakan niat tulus memperbaiki lapangan tersebut yang jelas milik Pemerintah sehingga sudah waktunya Pemerintah peduli terhadap lapangan tenis Mayure tersebut agar masyarakat tenis khususnya di Mataram atau NTB (Nusa Tenggara Barat).
Melihat kondisi seperti ini sebenarnya tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ada keinginan hal ini dilaporkan kepada Menegpora RI yang baru 2 bulan dilantik. hanya ini yang saya bisa berikan kepada masyarakat tenis di Nusa Tenggara Barat, semoga berhasil !

Masyarakat bergairah adanya kegiatan Turnamen Nasional

Mataram 1 Januari 2010. Bernostalgia di kota Mataram cukup mengasyikkan juga.Setelah tahun 1965 saya meninggalkan kota Mataram , saya masih sempat kembali pada tahun 1991 lalu dengan urusan tenis pula.
Sekarang tahun 2009 saya bisa kembali lagi dengan tujuan untuk menggalakkan kota Mataram atau Prov. Nusa Tenggara Barat dengan turnamen tenis nasional yunior. "Ini saat yang baik bagi saya menyumbangkan pikiran dan tenaga bagi pertenisan Nusa Tenggara Barat. Saya merasa juga dibesarkan di Ampenana/Mataram soal tenis. Pernah mewakili NTB di PON V Bandung tahun 1961. Jadi sudah waktunya saya berikan kesempatan buat turnamen nasional yunior."
Ternyata sambutan cukup besar datang dari petenis Singaraja, Denpasar, Bima, Sumbawa, Sumbawa Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat. Dan juga datang dari Riau, Sukoharjo untuk tampil di kota Mataram.

"Ini yang kami tunggu tunggu ada turnamen nasional." ujar salah satu orangtua di lapangan tenis DPRD Prov NTB saat pembukaan pagi ini kepada August Ferry Raturandang. "Terima kasih Bapak sudah beri kesempatan ada turnamen nasional." ujarnya pula didukung oleh beberapa orangtua yang baru saya kenal.
Saya sendiri cukup bangga bisa realisasikan keberadaan turnamen nasional yunior di Mataram. "Saya baru sadar akhir akhir ini kalau saya orang Lombok juga." ujar saya kepada Andi Hadianto SH Ketua Pengprov Pelti NTB.

Menyadari sekali disetiap pelaksanaan turnamen tenis yunior yang jadi biang kerok perdebatan adalah orangtua. Sayapun tidak hilang akal, langsung saya buat himbauan yang cukup besar sehingga bisa dibaca oleh masyarakat masalah hak mereka disetiap turnamen. Tetapi tetap saja ada yang malas membacanya.
Sayapun sewaktu di lapangan Handayani sempat mendengar omelan salah satu orangtua dari Singaraja. "Ini turnamen tidak profesional." ujarnya kepada saya. Yang dimaksudnya adalah tidak ada wasit dan ballboys diangapnya tidak profesional. Sayapu menerangkan kepadanya karena dianggap melanggar peraturan tanpa wasit dan ballboys. Akhirnya saya jelaskan dengan baik agar mau mengerti permasalahan turnamen. Sayapun mengganggap orangtua ini belum pernah ikuti turnamen di pulau Jawa, Setelah itu diapun kaget waktu mendengar turnamen bisa berlangsung tanpa wasit maupun ballboys. Setelah itu dia tidak banyak komentar. Begitu juga orangtua lainnya setelah mendengar penjelasan saya akhirnya mau mengerti. Dan tidak ada satupun peserta yang protes masalah ini. Memang say lakukan tanpa wasit khususnya KU 14 tahun, 16 thun dan 18 tahun, tetapi KU 10 tahun dan 12 tahun tetap menggunakanwasit karena sya mengganggap anak anak ini belum banyak yang bisa menghitung sendiri.

Gagal Ke Gereja diakhir tahun 2009

Mataram, 1 Januari 2010. Ingin Old & New di Mataram kesampaian juga setelah berada di Mataram sejak 31 Desember 2009. Kemarin langsung berkeliling kota Mataram ingin mengenang masa lalu saat bersekolah di Lombok tahun 1959 - 1961 kemudian kembali lagi ke Lombok tahun 1963 menyelesaikan SMA Negeri 1 Mataram
Banyak perubahan dibandingkan puluhan tahun lalu dimana saat itu jalan dari Ampenan karena tempat kediaman di jalan Saleh Sungkar Karang Ujung Ampenan ke sekolah di Mataram melalui satu satunya jalan besar yaitu jalan Langko, sekarang sudah menjadi dua jalan terpisah yang menghubungkan kedua kota tersebut dimana saat dulu ditenga tengah (Dasan Agung) masih banyak sawah atau masih belum banyak bangunannya. tetapi sekarang jalan Langko sudah merupakan jalan satu jalur saja (oneway) untuk tidak membuat macet. Saat ini jalan antara kedua kota tersebut oneway.
Puas berkeliling akhirnya kembali ke hotel.

Karena ada keinginan mau ke gereja diakhir tahun, maka sayapun dapat informasi dari rekan rekan di Mataram (Bertus Jairupan ) melalui SMS ttentang jadwal Gereja Immanuel yang terletak ditengah pusat kota Mataram. Ini gereja terakhir kalinya saya masuk tahun 1965 sebelu ke Surabaya untuk kuliah di Universitas Airlangga.
Informasi diberikan jadwalnya pukul 18.00 dan 21.00, sebagaimana lazimnya. Setengah jam sebelumnya sudah siap didepan gereja tetapi pintu gerbang masih terkunci.. Kontak langsung ke rekan lainnya George Wenas, dapat jawaban kalau biasanya 5 menit sebelumnya pagar baru dibuka. Tunggu punya tunggu , kelihatan tidak ada perubahan. Ya, jalan saja meninggalkan Gereja tersebut dan kembali pukul 19.00. Hal yang sama, pintu pagar tetap terkunci. Akhirnya kembali ke hotel sudah capek juga.

Menjelang pukul 23.00 saya bertamu ke George Wenas yang kebetulan masih sepupu istri dan ceritakan masalah gereja Immanuel tersebut. Mereka pun minta maaf karena Gereja Immanuel sudah lama ditutup tidak digunakan lagi walaupun papan nama masih terpapang didepannya. Sekarang di Mataram sudah berdiri Gereja GPIB terbesar di Indonesia karena memiliki kapasitas 2.500 tempat duduk. "Ya, batal sudah keinginan ke Gereja diakhir tahun 2009."